Suara detakan jantung terdengar ke seluruh wilayah. Semua murid mebgunakan pensil 2B mereka dan mulai melihat kertas ujian mereka dengan serius.
Tanpa suara semua murid mulai mengerjakan soal ujian. Waktu terus berlalu cepat dan tidak ada satupun dari anak-anak ini yang terdengar suaranya. Bahkan, nafas mereka pun tidak terdengar.
Di sisi lain ada Tira gadis mungil kesayangan kita yang mengerjakan ujiannya dengan sangat cepat dan teliti. Setiap soal dibacanya dan kertas jawabanya hampir telingkar setengah bagian.
Gadis kecil itu mengerjakan ujiannya dengan semangat apalagi bila mengingat apa yang akan diberikan oleh Angga yaitu pie apel buatannya.
Rupanya Angga telah menenapati janjinya sejak kemarin. Kemarin pemuda itu membawakan Tira sebuah pie apel dengan catatan kertas yang berisikan kata-kata semangat untuk dirinya.
Sebagai anak kecil tentu saja dirinya senang bila dirinya mendapatkan semangat dari sosok yang sangat diidolakannya itu.
"Yosh!" guman Tira yang sedang karena doa sudah menyelesaikan ujiannya.
Mendengar gumanan Tira, seluruh murid dalam ruangan itu langsung melirik kearahnya. Sedangkan Tira dengan tampang cuek maju menuju meja guru dan langsung memeberikan kertas jawabannya dan langsung meninggalkan ruangan.
Saat meninggalkan ruangan gadis manis itu cukup terkejut rupanya dia adalah orang pertama yang telah selesai mengerjakan Ujian Nasional. Akhirnya gadis mungil tersebit hanya bisa menunggu di kantin sampai bel benar-benar berbunyi.
"Hm... om Angga bikin pienya lagi gak ya..." guman gadis itu.
Gadis kecil itu menyatukan kedua tanganya lalu menutup matanya.
"Tuhan.. tolong katakan pada Om Angga agar dia memiliki kesehatan dan kekuatan serta keinginan untuk membuat pie apelnya untuknya lagi...." Gadis mungil itu rupanya sedang berdoa agar Angga sempat membiat pie apel untuknya lagi.
Padahal Angga sudah berjanji padanya, tapi gadis kecil itu masih saja takut jika dirinya tidak akan mendapatkan pie apel lagi.
"Tring... tring... tring..." Bel pulang pun berbunyi, Tira segara kembali ke ruang ujian lalu mengambil tasnya.
Saat dirinya hendak keluar dari ruangan itu tiba-tiba saja sudah ada lima anak yang menghalangi jalannya yaitu Susan dan geng anak pintarnya.
"Tira ikut kami sebentar!" ajak anak perempuan itu.
"Aku.. sibuk, lagi pula kalau mau ngobrol disini saja!!" tolak Tira menepis tangan anak perempuan itu.
"Kamu ini kok bisa paling pertama selesai ujian kan soalnya susah. Kamu.. beli kunci jawaban ya?" tanya anak perempuan itu.
Mendengar pertanyaan dari sainganya itu Tira tertawa terbahak-bahak hingga wajah gadis manis ini memerah.
"Hoi! Mamaku itu ahli sastra tau... bahkan, bisa mengusai 4 bahasa ada Inggris, Jerman, Jepang, Rusia. lalu kalian bertanya kenapa aku bisa mengerjakan ujian dnegan cepat hahaha.. kalian gak tahu ya kepintaran itu berasal dari ibu," terang Tira lalu, pergi meninggalkan mereka.
"Ih... Tira dasar sombong, nybelin banget sih!!" umpat anak perempuan itu kesal.
"Sabar ya.. susan tapi mamanya keren banget bisa bahasa jepang, kalau nonton anime pasti gak butuh subtitle keren!!" puji anak-anak itu
"Jangan puji dia, nanti makin besar kepala dia..." tegur Susan kesal.
"Wah makasih lo...." celetuk Tira yang ternyata belum jauh dari ruang ujian.
"Tuh kan..." geram Susan kesal.
Tiira menghela nafasnya, dalam-dalam gadis itu berdeham kesal. Lalu menghampiri anak perempuan itu dan menasehatinya.
"Oi, Susan kamu ini... kalau mau bahagia carinya jangan sibuk iri dengan orang lain. Apa yang kamu cari, apa yang kamu kejar tidak sama denganku. Jika seandainya aku mendapatkan apa yang kamu kejar itu hanyalah teguran untuk kamu karena terus mengangguku!!" ucap Tira lalu benar-benar pergi meninggalkan ruangan itu.
Saat Tira hendak meninggalkan sekolah sebuah mobil Ferari merah dengan seri SF1000 berada di depanya dengan seorang pria manis berwajah blasteran yang melambai kepadanya.
"Apa-yang-kau-lakukan-di-sekolahku?" tanya Tira jutek.
"Kebetulan aku lewat, masuklah Tira..." ujar Pria itu.
"Ti.... dak," jawab Tira singkat lalu, meninggalkan pria itu.
Rupanya pria itu tidak menyerah dia terus mengikuti Tira dengan mobilnya. Bahkan sempat membunyikan klakson beberapa kali.
"Tin.. tin-tin!!" Klakson itu terus berbunyi seakan-akan memanggil Tira dari kejauhan.
Gadis kecil itu lalu menghentikan langkah kakinya dan mengetuk kaca jendela mobil itu. Pria tersebut pun langsung membuka kaca jendela itu dan memandang Tira dengan tatapan kemenangannya.
Itulah yang dirasakan oleh pria itu sampai Tira masuk kedalam mobil itu dan menghajar pria itu hingga pingsan dengan karatenya.
Lalu gadis itu mengambil alih kemudi dan mengendari mobil pria itu dan mermakorkan mobil pria itu di super market lalu meninggalkan pria itu sendrian bersama mobilnya.
"Siapa suruh memaksaku hahaha!!" kekeh Tira.
Tira pun langsung menaikki kendaraan umum dan sampai dirumahnya. Gadis kecil itu pun langsung menaruh tasnya, mandi dan kemudian dia belajar untuk mata pelajaran yang akan di ujian esok hari.
Saat Gadis kecil itu belajar bel pintu rumah berbunyi. Karena sedang tidak ada seorang lun dirumah Tira pun beranjak membuka pintu tersebut dan gadis kecil itu tidak terkejut dengan siapa sosok di balik pintu itu.
"Om Angga, ingin mengantar pie..." rayu Tira.
"Hahaha.. iya," jawab Angga sedikit terkekeh.
Namun, Tira terkejut ternyata pemuda itu datang bersama dengan sosok yang ditinggalkannya sendirian di parkiran super market.
"Selamat siang nona kecil, bagaimana ujian Anda?" tanya pria itu mengepal tangannya.
"Baik, tapi tadi ada seorang pria yang menghadangku.." jawab Tira tersenyum.
"Hah siapa!!?" Angga terkejut.
"Tenang saja, pria sialan itu sudah ku hajar!!" unjuk gadis mungil itu bangga.
"Bay the... way, Om Angga tadi aku menjadi yang pertama menyelesaikan ujian nasional loh..." ujar Tira senang.
"Wah!! Hebat sekali kamu tir, dulu saja aku tidak pernah secepat itu!!" puji Angga bangga.
"Iya dong... ini kan untuk sebuah pie," goda Tira tersenyum.
"Jangan untuk pie Tira, tapi untuk kamu, untuk orang tuamu, dan untuk sang pemberi kecerdasan..." nasihat Angga.
"Itu sudah pasti,bahkan aku juga minta pada sang pemberi kecerdasan agar, temanku ini membawakan masakannnya untukku!!" ngeles Tira.
"Hahaha... dasar," kekeh Angga.
"Om Angga, ingat janji kita kan?" tanya gadis kecil itu tiba-tiba.
"Ingat Tira, Mahesa tidak pernah ingkar janji!" sahut Angga menunjuk bangga dirinya.
"Itu sungguhan kah?" tanya Tira bingung.
"Apa yang sungguhan?" tanya Angga dengan polosnya.
"Slogan itu, 'Mahesa tidak pernah ikar janji' Apakah benar semua Mahesa begitu?" tanya Tira pernasaran.
"Ya, sebenarnya ini slogan baru! Tiba-tiba saja muncul di otakku seperti itu..." jawab Angga bingung.
"Jadi, kau yang pertama membuat slogan itu Hahaha..." keke Tira.
"Sepertinya iya," jawab Angga bingung.
Tira pun terkagum-kagum dengan jawaban Angga namun, disisi lain dia melihat pria berwajah blasteran itu beraut wajah sedih. Gadis kecil itu langsung memahami jika, bukan Angga yang membiat slogan itu pertama kali akan tetapi pria itu.
Dia membuat slogan itu agar adik tersayangnya bisa mempercayainya kapan saja.
"Aku akan membawa dia kembali padamu, Agres Mahesa! Ini sumpah seorang chandra seperti papaku tak pernah ingkar akan sumpah aku pun begitu." batin Tira.
Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?
Apakah janji yang ditanyakan Tira itu?
Akankah Angga segera mengetahui, jika Donny adalah kakaknya?
Dan apakah Tira akan lulur ujian dengan nilai sempurna?
Hanya di Tira dan Angga.
Next in Thursday :) xoxoxo
Jangan lupa voting dan jadikan novel ini dalam koleksimu jika belum.
Komen dan reviem kalian akan sangat berharga xoxoxo