Semua anak kelas enam Sekolah dasar , kelas tiga Sekolah menengah dan Sekolah akhir sedang bedebar-debar menunggu kelulusan mereka.
Kecuali sembilan anak ini, yang asyik bermain sepak bola dilapangan komplek dengan seorang pemuda sebagai penontonnya.
"Gol!!" Seorang anak berteriak keras, mereka merayakan kemenangan mereka dengan sorak sorai.
"Hahahaha...." tawa anak-anak itu.
Mereka bermain hingga sore hari, tanpa melihat waktu. Mereka saling mengoper bola hingga bola tersebut terlempar ke halaman bekalang rumah orang lain.
"Wah sungguh tidak asing sekali Tira," seru seorang anak dengan nada sarkas.
"Ya.. ya.. akan aku ambil," sahut gadis kecil tersebut meninggalkan lapangan dan memanjat hampir memanjat halaman belakang rumah orang itu.
Namun, saat dirinya hendak memanjat seseorang sudah melemparnya keluar. Tira yang melihat bolanya terlempar keluar, merasa penasaran dan tetap memanjat halaman belakar rumah orang itu.
Rupanya dibelakang itu ada seorang anak laki-laki berkacamata bulat dengan penampilan rapi yang sedang membaca buku.
"Hoi!!" panggil gadis manis itu dari atas tembok halaman belakang.
anak laki-laki itu menengok ke atas langsung terkejut melihat Tira yang sedang duduk di atas tembok halaman belakangnya.
"Bukannya bolanya sudah dilempar?" anak laki-laki itu bertanya.
"Ya, tapi aku pernasaran mengapa pemilik rumah tidak marah atau setidaknya kesal. Ternyata yang melempar seorang anak kecil hahaha..." kekeh Tira tersenyum.
"Kamu mau apa?" tanya anak laki-laki itu.
"Ujian kan sudah selesai, main yuk!!" ajak Tira.
anak laki-laki itu membulatkan matanya, dia heran mengapa ada seorang asing yang ingin mengajaknya bermain.
"A... itu aku tidak bisa olah fisik," sahut anak laki-laki itu.
"Kau sakit, atau tidak berbakat?" tanya Tira.
cuek
"Sakit, sesuatu dijantungku katanya bermasalah...." ujar anak laki-laki itu dengan polosnya.
"Ah... namaku Tira, dan aku tidak keberatan dengan itu. Temanku juga sakit, tapi mentalnya sih. Kamu ikut saja.., nanti kau jadi wasitnya. Bagaimana!!" ajak Tira.
"Ah.., aku tidak bisa memanjat tembok sepertimu..." jawab anak itu.
"Lewat pagar depan saja..." seru Tira.
"Itu...."
"Akan aku tunggu," jawab Tira tersenyum.
"Baik," jawab anak laki-laki itu tersenyum.
Tira menunggu anak itu keluar dari pagar dan menunggu anak laki-laki itu keluar dari rumahnya.
"Mana dia lama sekali..." gerutu Tira memainkan bolanya.
Lalu tiba-tiba seorang menepuk pundak gadis kecil itu. Dan rupanya itu adalah anak laki-laki tersebut.
"Hai... ja.. jadikan!!" seru anak laki-laki itu.
Tira mengangguk keras dan mengajak anak itu ke lapangan. Ternyata kedatangan mereka sudah ditunggu oleh anak-anak lainya dengan wajah kesal karena Tira sangat-sangat lama.
"Hoi Tira kamu i..., itu siapa?"tanya mereka pernasaran.
"Ini... e...."
"Yonathan Manses," sela anak laki-laki itu.
"Wah keren seperti raja mesir!!" seru anak-anak itu.
"Menes bodoh!!" ketus Tira.
"Hahaha... maaf Tira jadi lama, karena aku..." ujar anak laki-laki itu.
"Tidak apa, kebanyakan dari kami bertemu Tira karena peristiwa halaman belakang hahaha.. umurmu berapa sekolah dimana?" tanya anak-anak itu.
"Umurku 13 tahun, sekolah di sekolah dasar negeri 31.. rencananya akan masuk SMP 3 sih..."
"Serius!! Kita juga akan masuk sana," seru Tira dan anak-anak lainnya.
"Benarkah!!" anak laki-laki itu tersenyum.
"Yap, kau mau main bola!!" ajak anak-anak itu.
"Tidak bisa, ada masalah pada fisiknya dia jadi wasit saja. Ini baca buku aturan sepak bola, yang adil ya pak wasit...." ujar Tira lalu mengajak semua temannya bermain.
"Tira..." panggil anak itu.
"Apa..., oh iya kau duduk saja disana sama pria muda itu. Namanya Angga usianya 22 tahun, aku memanggilnya om..." terang Tira.
"Bukannya..."
"Ya, dia memang begitu..." sahut Angga.
"Namaku Angga Mahesa!!" sapa Angga.
"Saya... Yonathan," jawab anak laki-laki itu.
"Ayo Yonathan kita duduk-duduk saja disini..." ajak Angga menarik anak laki-laki itu.
Dan permainan pun berlanjut, Tira mengoper bola dengan kencang pada Luca. Lalu luca mengiring bola itu ke Arjuna dan bola diambil oleh Sarah.
"Hoi Arjuna, jaga bolanya yang benar!!" teriak Tira.
"Berisik, ini juga sudah benar..."
Dan anak-anak itu pun sibuk bertengkar, sedangkan Yonathan dan Angga hanya memperhatikan mereka dari jauh.
"Ini ha..."
"Tunggu dulu," sela Angga menahan Yonathan.
"Tunggu apa?" tanya anak laki-laki itu.
"Lihat dan perhatikan," tunjuk Angga pada anak kecil itu.
Yonathan mulai memperhatikan anak-anak itu dan dia menyaksikan bagaimana anak-anak itu bertengkar dan berdamai dalam waktu singkat. Lalu, mereka bermain lagi seperti tidak terjadi apa-apa.
"Unik," ujar Yonathan.
"Seperti itulah teman," ucap Angga.
"Aneh, aku tidak pernah memilikinya..." guman anak laki-laki itu.
"Aku juga, Tira adalah yang pertama..." sahut Angga.
Mendengar ucapakan Angga, anak laki-laki itu hanya melirik ke arah mata pemuda itu. Dan menlanjutkan mengawasi pertandingan, sepanjang sore hingga malam anak-anak itu bermain dengan puasnya tanpa jeda yang ada hingga permainan berakhir pada saat Mhagrib.
"Yeah kita menang!!!" seru anak-anak itu.
"Ah kalah," Tira menggerutu kesal.
"Sabar ya Tira," hibur Angga pada gadis kecilnya
"Bodo amat, bay the om Angga aku tunggu janjinya ya..." seru Tira.
"Ya," jawab tersenyum.
"Janji apa?" tanya anak-anak itu ingin tahu.
"Lihat saja nanti..." ujar Tira.
Mereka pun berpisah dan Tira mengantar Yonathan pulang ke rumahnya bersama Angga.
"Terima kasih untuk hari ini," ucap Yonathan lembut.
"Hahaha.. beseok main lagi!!" seru Tira.
"Eh.. itu besok aku ingin diam di rumah saja," ujar Yonathan.
"Kenapa kau lelah, kan cuman duduk doang tubuhmu selemah itu..." ucap Tira cuek.
"Tira..." tegur Angga, menahan mulut gadis manisnya ini.
"Tidak, kitakan sudah mau kelulusan aku takut aku tidak akan lulus. Jadi agak sedikit ngeri untuk sering-sering bermain. apalagi mama sangat galak!!" jawab Yonathan.
"Ini ujian anak sekolah dasar, yang penting kau mengisi semua jawabannya pasti kau akan lulus..." seru Tira.
"Kamu percaya diri sekali ya," ucap anak laki-laki itu.
"Aku cerdas," jawab Tira lalu meninggalkan anak laki-laki itu.
"Sampai jumpa Yonathan!!" Tira melambaikan tangan membelakangi anak laki-laki itu.
"Sampai jumpa Tira..." anak laki-laki itu membalas lambaikan tangan Tira sambil tersenyum.
Angga yang melihat senyuman anak itu merasa cemburu, dia langsung menghampiri anak laki-laki itu dan berbisik.
"Jaga hatimu, she's mine...." bisik Angga lalu meninggalkan anak laki-laki itu.
"E.... apa-apaan itu," anak laki-laki itu bingung dan langsung masuk ke rumahnya.
Angga berlari menghampiri Tira, disepanjang jalan dua sejoli ini berjalan bersama menuju rumah mereka masing-masing. Dan lalu mereka saling melambaikan tangan satu sama lain.
Beberapa hari berlalu, dan pengumuman kelulusan pun keluar. Tira mencentak rekor dengan ujian nasionalnya yang tertinggi dari seluruh angkatan yang pernah lulus.
"Tira selamat, kamu lulus dengan nem terbaik 30,00!!" sambut kepala sekolah.
"Yeah!!! Itulah mengapa aku tetap disini dengan semua kenakalanku wo hu.... ouh yeah... baby," sorak Tira gembira menuju pangung.
"Sudah jangan banyak omong cepat beri kata sambutan kamu," ujar kepala sekolah.
"Idih dinaikan stratanya bukanya makasih, malah gitu..." cetus Tira.
Tanpa disadari Tira mengatakan kata-kata tersebut di mic dan hal itu membuat orang tuanya, Angga sekaligus teman-temannya menepuk dahi mereka.
"Tira always be Tira..." guman Mereka.
"Baik-baik..." gadis kecil itu mulai mengetuk-ngetuk microfone semua murid dan orang tua mereka mulai terdiam memperhatikan Tira.
Tira menarik nafasnya perlahan dan memulai pidatonya dengan percaya diri.
"Terima Kasih Kepada Tuhan yang telah memberkati kerja keras saya. Dengan mengijinkan saya mendapatkan nilai yang sempurna ini. Terima kasih kepada hm.. Kakak Angga Mahesa yang sudah mengajariku setiap hari. Bahkan, disaat yang begitu sibuk kakak sudah selalu ada untuk saya. Dan terima kasih untuk papa yang mengingatku untuk lebih santai dan fokus pada kerja keras dan bukan hasil. Terima kasih pada teman-teman yang selalu bermain bersamaku...." ucap Tira dalam pidatonya.
"Bersekolah disini, tempat yang begitu Indah dan seru. Apalagi dengan semua masalah yang kita buat hahaha... tapi siapa yang berani meremehkan kita disaat kita bersembilan memiliki kenakalan yang seimbang dengan prestasi kita ya kan... Jadi mari lebih bar-bar di masa sekolah menengah kita hahaha... terima kasih, semoga kita semua diterima disekolah impian kita masing-masing," lanjut gadis kecil itu mengakhiri pidatonya dengan menunddukan kepalanya. dan meninggalkan panggung.
"Sungguh pidato yang jangan dicontoh dari juara satu dan pemegang score UN tertinggi kita... tapi, mari tepuk tangan atas prestasinya...." ujar sang kepala sekolah
"Wo...." sorak Tira tidak terima.
Acara kelulusan dilanjutkan dengan guru yang memberi piala pada para murid yang berprestasi. Dan pembagian hasil ujian keoada murid-murid yang lain.
Teman-teman tira lainnya mendapatkan nem yang cukup tinggi yaitu di atas 25 berkat aja ajarannya pada hari-hari terakhir.
"Wah nemmu Tinggi juga ya...." ujar Tira memuji kawan-kawannya itu.
"Tidak setinggi dirimu, hahaha..." tawa mereka.
"Ya, itu karena aku ada janji dengan om Angga. Hoi.... om Angga!!" teriak gadis kecil itu memanggil Angga.
Pemuda itu menghampiri Tira dengan wajah tersenyum cerah sambil mmebaw asebucket bunga untuknya.
"Aster putih untuk gadis baik hati," ucap Angga sambil memberikan bunga itu pada Tira.
"Aku tidak mau bunga," tolak Tira.
"Mau apa?" tanya Angga bingung.
"Janjimu!!" tagih Tira.
"Ya, baiklah akan aku tepati" ujar Angga.
"Aku tunggu janjinya, Angga Mahesa!!" seru Tira menatap pemuda itu dengan mata coklat bulatnya yang indah.
Angga menganggukkan kepalanya kemudian tersenyum. Lalu dia mengusap kepala gadis kecil itu dan mencium keningnya.
"Kau memang kebangganku," ucap Angga.
Dan cerita Tira dan Angga Season I berakhir.
Nantikan Season II pada 6 Juli 2021!!
Jangan lupa untuk voting , love and gift terima kasih.
Tungguin ya semuanya, terima kasih.
Season II berjudul,
Sepasang Merpati terbang...
Nantikan!!