Chereads / Tira dan Angga / Chapter 48 - Hari-hari Menuju Janji I

Chapter 48 - Hari-hari Menuju Janji I

Ujian terus berlangsung setiap hari, Tira belajar dengan sangat giat dan tidak jarang gadis manis itu menghubungi Angga lewat ponsel untuk menanyakan soal yang tidak dia mengerti.

Dan hari-hari berikutnya pie apel permintaan Tira di antar oleh Donny, sebenarnya gadis kecil itu meminta Donny untuk mengajarinya. Namun, ternyata kakak dari sahabat itu tidak memiliki bakat yang serupa dengan adiknya.

"Dasar Agres Mahesa bego, kan gak enak harus merepotkan om Angga..." guman Tira.

Gadis kecil itu sangat kesulitan dalam mengerjakan soal Fisika. Pasalnya memang dalam bidang matematika tanpa, Angga yang mengajarinya dia tidak akan bisa mengerjakan soal tersebut.

"Ah... mana ponselnya, astaga!!" geram Tira mencari ponselnya di kasur.

Gadis kecil itu pun menemukan ponselnya di bawa bantal tidurnya. Lalu dia langsung menghubungi Angga dengan ponselnya itu.

"Halo om," sapa Tira.

"Ya," balas Angga lembut.

"Sedang apa?" tanya Tira kalau-kalau mungkin, om kesayanganya itu sedang sibuk.

"Aku sedang istirahat lumayanlah, makanan di kantor cukup enak. Bagaimana pienya lezat?" tanya pemuda itu memikirkan pienya.

"tak mengecewakan seperti biasanya," puji Tira.

Tira mengangkat dagunya sedikir kemudian gadis itu mengambil nafas dalam-dalam.

"Hm... bisakah kau membantuku untuk soal ipa tentang teori newton, elektron dan lain-lain!!" pinta gadis itu lantang.

"Hahaha... tentu saja sebutkan soalnya," pinta Angga terkekeh.

"Jadi jenis-jenis gaya, tebak jenis gaya pada gambar ini, ada serang pria mendong sebuah meja kira-kira ini jenis gaya apa, dan huku. newton apa?" tanya Tira bingung.

"Hm, Tira ambil buku IPA mu pada bab 6 halaman 94 di paragraf ketiga sudah ada penjelasannya," terang Angga pada gadis kecilnya itu.

"Sebentar," Tira langsung mengambil bukunya dan membukanya sesuai dengan arahan om kesayanganya itu.

"Wah kau benar!!" Tira takjub.

"Aku memiliki ingatan yang cukup bagus dalam hal pelajaran," jawab Angga.

"Ya, selanjutnya jadi sebuah seorang pria melempar sebuah batu seberat 1,2 ons dengan kecepatan 1 m/s berapa besar gaya..." Tira membacakan soal kedua.

"Gerakan pada soal itu merupakan Hukum Newton kedua. Apakah kamu ingat rumusnya Tira?" tanya Angga.

"Kalau aku tahu untuk apa bertanya!!" geram Tira kesal.

"Ada di halaman 105," terang Angga.

Tira langsung membuka buku tersebut dan benar sesuai yang dikatakan Angga, dihalaman tersebut terdapat rumus yang dibutuhkannya.

"Satu lagi tentang kecepatan rata-rata okay jadi sebuah bola terjatuh dengan kecepatan 50 detik dengan tinggi gedung 10 meter berapakah kecepatan rata-rata bola tersbeut itu jatuh?" tanya Tira.

"Hm.., jadi K sama dengan J/W yaitu Kecepatan sama dengan 10 meter × 50 detik yang hasilnya 5m/s," jawab Angga.

"Yosh, terima kasih!!" seru Tira yang sudha menyelesaikan soal tersebut.

"Ngomong-ngomong kenapa dua soal yang tadi tidak langsung jawab saja seperti yang ini?" tanya Tira.

"Karena dua soal sebelum kamu sudah aku ajarkan, dan Aku ingin kamu mebgingatknya kembali. Apa itu berhasil?" tanya Angga.

"Ya, lumayanlah bisa minta tips menghafal!!" pinta Tira.

"Mudah, bacalah sesutu yang memang intinya contoh. Gaya adalah tarikan, tedangan, kayuhan dan dorongan yang menyebabkan sebuah benda berhenti atau bergerak. Bisa kamu ambil initinya menjadi.., gaya adalah sebuah aksi yang menyebabkan suatu gaya berhenti dan bergerak sesuai keinginan dan tidak sesuai keinginan. More easy right!!" terang Angga pada gadis kecilnya.

"Lalu, kalau menghafal rumus?" tanya Tira.

"Jangan ingat simbolnya, itu membuat kamu bekerja 2 kali. ingat saja keterangannya seperti gaya newton dua, F sama dengan m di kali a. Lupakan itu ingat saja gaya newton dua sama dengan kilo gram dikali m/s, paham??" terang Angga lagi.

"Baik, terima kasih bye bye..." pamit Tira.

"Ya, jangan lupa baca buku dan hafal rumusnya. Ipa itu tentang hafalan dan rumus kamu harus cermat dan pintar dalam keduanya..." ujar Angga mengingatkan Tira.

"Iya... iya... dadah.." Tira menutup ponselnya dan melemparnya keranjang.

"Sudah kuduga om Angga, pasti akan memberikan solusi terbaik!!" seru Tira senang.

Gadis kecil itu pun kembali melanjutkan belajarnya sampai malam. Keesokan harinya Tira kesekolah dengan semangat.

Dia sudah sangat-sangat siap mengerjakan ujian dan berkat tips-tips dari Angga. Gadis kecil itu dapat mengerjakan ujian dengan baik dan benar.

"Hahaha aku pasti akan dapat 100!!" batin Tira.

Dan Tira kembali menyelesaikan ujian paling awal di hari ketiga. Namun, kali ini mereka sudah tidak kaget lagi.

Tira langsung membawa tas dan pulang menuju rumah, rupanya bagi murid yang sudah selesai mengerjakan ujian paling awal diizinkan untuk pulang duluan. Tira pun langsubg keluar kelaa dan meninggal sekolah dengan angkuh.

Sekitar jam 7.30 pagi jalanan keliatan begitu sepi namun, memiliki pemandangan langit yang indah dan sejuk. Gadis kecil itu sangat menikmati indahnya sinar mentari dan warna langit yang belum begitu cerah.

"Ah... enaknya bisa pulang cepat hahaha.., kemana ya... enaknya," celoteh gadis kecil itu.

"..."

"...."

"...."

"Aha!!" gadis itu langsung berlari ke halte bus dan menuju sebuah tempat.

Sepanjang didalam Bus gadis manis itu terus melihat keluar jendela menikmati apa yang dilihatnya sepanjang jalan.

Saat sudah sampai Tira melambaikan tangan, untuk memberhentikan Bus. Bus berhenti dan Tira langsung meninggalkan Bus menuju tempat yang ingin ditujunya itu.

"Permisi, Kak Mikello Chandranya ada?" tanya gadis kecil itu pada seorang penjaga pabrik.

"Adek siapa ya?" tanya penjaga pabrik itu mencurigai Tira.

"Aku, Dewa Ayu Athira Chandra! Kenalkan siapa aku," seru gadis kecil itu.

"Ah maaf saya tidak tahu, si.. silahkan masuk nona kecil..." mendengar Tira menyebutkan nama lengkapnya penjaga pabrik itu langsung ketakutan dan mengantar Tira masuk kedalam pabrik.

"Terima kasih pak," ucap gadis kecil itu tersenyum.

"Sama-sama non, saya pamit.." pamit penjaga pabrik itu.

"Huh.. dasar, harus ya.. sebut nama keluarga dulu baru diperlakukan baik. Dasar Indonesian people!!" guman Tira kesal.

Gadis kcil itu menghela nafasnya lalu, mengelilingi seluruh pabrik. Dan akhirnya dirinya menemukan apa yang dicari-cari.

"Om Angga!!" sapa gadis kecil itu.

"Ti... tira, sedang apa anak kecil seperti kamu di pabrik. Kok.. kamu bisa masuk?" tanya Angga.

"Tentu saja bisa, Tira gituloh...." angkuhnya.

"Masa cuman begitu saja bisa, meskipun kamu sepupunya Miko tetap aneh kamu bisa masuk sini..." ujar Angga.

"Hah.. itu rahasia hehehe..." kekeh Tira pura-pura tidak tahu.

"Itu Karena dia, adalah salah satu pewaris utama pabrik ini.." celetuk seorang remaja dengan alisnya yang di naikan

"Hai Kak Miko," sambut Tira.

"Sedang apa kamu disini Tira?" tanya Remaja itu.

"Menemui om Angga," jawab Tira tersenyum manis.

"Aku tahu kamu adalah pewaris utama tapi, memasuki pabrik hanya untuk alasan sepela itu tidak baik Tira. Dan kamu tahu kan aku tidak bisa mengusirmu..." gerutu remaja itu pada adik sepupunya.

"Kenapa?" tanya Angga.

"Karena aku akan mengadu ke kakek, aku ini cucu kesayangan kakekku hehehe..." kekeh Tira angkuh.

"Bukan, aku anak adopsi. sedangkan Tira adalah anak tunggal dari putra sulung keluarga Chandra..." celetuk Miko.

"Ya, bukan hanya akukan... ada kak Hasel, kak Lentik 2 orang itu adalah pewaris pabrik ini juga..." bela Tira.

"Tunggu, lalu jabatanmu apa Miko?" tanya Angga.

"Aku hanya pemgawas, karena aku tidak sedarah dengan mereka. Hanya om Tirta yang mengakuiku sisahnya tidak setuju...." jawab Miko lirih.

"Tenang saja kak Miko, usiaku boleh muda tapi aku memiliki kekuasaan terkuat. Jadi kakak tidak perlu pikirkan paman-paman lainnya, jika papaku mengatakan kakak keponakannya ya itu artinya memang benar," hibur Tira.

"Iya..," jawabnya lirih.

"Memangnya kenapa kamu Tidak di akui Miko? Bukanya aku ingin tahu tapi, biasanya anak adopsi itu kan ya. Haruanya disetujui oleh seluruh keluarga.. kecuali kamu ini. Maaf apakah kamu berasal dari kasta sudra?" tanya Angga.

"Iya, Anda benar!" jawab Miko Lantang.

"Wah, sulit juga ya.. keluarga Chandra itu ketat kalau sudah urusan kasta. Walaupun merrka dididik untuk bergaul dengan siapa saja akan tetapi, untuk pasangan, keturunan, ahli waris.. mereka itu tebang pilih. Kamu beruntung bisa punya jabatan di pabrik ini. Kalau di keluargaku sih, tidak akan di izinkan.." terang Angga.

"Memang Om Angga kasta apa?" tanya Tira.

"Ksatria bahkan, Diana yang sinting dan gila itu juga Ksatria walaupun dia miskin. Aku mendapatkan restu karena memiliki kasta yang sama, " jawab Angga.

"Ya, kekayaan itukan diusahakan bukan keturunan..." sahut Tira.

"Siapapun bisa menjadi sukses apapun latar belakangnya. Mungkin keluarga Diana itu pemalas makanya miskin. Ada kisah tentang seorang bangsawan yang hobi foya-foya dan akhirnya miskin kan..." terang Tira.

"Benar, ngomong-ngomong kamu ada tujuan apa kemari?" tanya Angga pernasaran.

"Aku ingin melihat Om Angga bekerja!!" sahut Tira.

"Hahaha.. bisa-bisa," kekeh Angga.

Pemuda itu langsung memperlihatkan mesin pabrik yang sedang diperbaikinya. Dan Tira memperhatikan Angga dengan sangat serius. Begitu juga dengan Miko yang sangat ingin tahu bagaimana cara Angga bekerja.

Disaat yang bersamaan Tira mencertikan bagaimana ujian dia hari ini. Dan semua yang diajarkan Angga padanya itu berhasil membuat dia mengerjakan ujian dengan mudahnya.

"Hahaha... kau hebat sekali om Angga!!" puji Tira.

"Kau berdoa dulu kan?" tanya Angga.

"Ya, semuanya.." jawab Tira.

"Itu artinya Tuhan yang hebat bukan aku," terang Angga.

"Om ini mirip sekali dengan papa, papa juga kalau dipuji selalu bilang begitu.." seru Tira.

"Memang harus begitu," balas Angga.

"Tuh kan..." seru Tira menunjuk Angga.