Chereads / Tira dan Angga / Chapter 49 - Hari-hari Menuju Janji II

Chapter 49 - Hari-hari Menuju Janji II

Tira lalu, meninggalkan pabrik dan pulang ke rumahnya yang di antar oleh Angga. Gadis kecil itu ingin Angga tinggal. Namun, pemuda itu menolak karena banyak hal yang harus dia kerjakan.

Akhirnya Tira merelahkan pemuda itu kembali ke kantornya. Sebelum pergi pemuda itu mengatakan bahwa pie buatanya akan diantar oleh pelayanya seperti biasa dan pemuda itu pun pergi.

Dan seperti yang dikatakan pie buatan Angga datang pada tepat waktu.

"Hai!!" sapa Tira senang melihat pienya yang terlihat sangat lezat.

"Ini.." pria itu menyerakan pie tersebut pada Tira lalu pergi.

Tira melihat ke arah pria tersebut dan menyadari jika pria itu terlihay sedang gelisah

"Hoi!!!" panggil Tira.

"Apa?" sahut pria itu cuek.

"Kau ada masalah apa?" tanya Tira.

"Aku hanya banyak pikiran saja," jawab pria itu lalu pergi.

Sebenarnya gadis kecil itu ingin menghentikannya namun, dia sangat menyadari bahwa Donny menyembunyikan sesuatu dan akan bahaya jika dirinya sampai mengetahui hal itu.

"Hm.., Agres Mahesa apa yang kau cari?" batin Tira bertanya-tanya.

Siang hari berlalu, matahari mulai terbenam langit mulai gelap diiringi dengan bintang yang bersinar. Gadis kecil itu melihat membuka jendelanya dan melihat bintang yang begitu terangnya. Wajahnya berbinar-binar seperti anak kecil yang menerima permen.

"Aku janji, nilaiku akan sempurna.. om Angga!!" ucap gadis kecil itu.

Tira lalu menyelsaikan belajarnya dan tertidur.

Keesokan paginya gadis itu itu terbangun dan langsung sarapan. Tira sarapan dengan terburu-buru karena dia ingin segera pergi ke sekolah. Melihat tingkah laku putrinya yang berbeda, pria baru baya itu langsung menegur putri kecilnya itu.

"Tira, mengapa terburu-buru?" tanya pria paru baya itu.

"Aku ingin segera mengerjakan ujiannya lalu selesai dan mendapatkan nilai yang terbaik papa.." jawab Tira tergesa-gesa.

"Mengapa?" tanya sang ayah.

"Aku sudah berjanji pada om Angga akan mendapatkan nilai sempurna!" seru gadis kecil itu.

"Tira, nilai itu bukan hal utama dalam kesuksesan sebagus dan setinggi apapun nilai yang kamu raih. Jika kamu tidak memiliki sifat sosial yang baik. Sama saja seperti emas yang luntur, tidak berharga!!" tegur pria itu.

"Janji memang harus ditepati, dan berusahalah untuk itu. Namun, yang penting bukan apa yang kamu dapatkan. Tapi tentang bagaimana cara kamu meraihnya... sifatmu buruk hari-hari ini Tira. Itu bukan karakter Athira Chandra yang papa kenal..." lanjutnya.

Pria paru baya itu menatap putrinya yang terus meundukkan kepalanya. Karena Tira sendiripun sadar bahwa dia salah. Dia tidak lagi memperdulikan temannya yang bertanya. Dia mempermalukan temannya, padahal hal seperti itu tidak biasa dilakukannya.

"Aku minta maaf, jika obsesiku sudah membuatku seperti ini papa..." seru gadis manis itu meminta maaf.

"Jangan padaku," ucap pria itu manatap wajah putrinya.

Gadis kecil itu pun menganguk dengan senyum dan mengiyakan ucapan ayahnya.

Sesampainya dia di sekolah, Tira langsung menghampiro teman-temanua yang sednag berkumpul.

"Hoi!!" Tira menyapa mereka tersenyum.

"Tira sedang apa? Bukannya biasanya kamu fokus belajar..." ucap seorang teman.

"Lupakan, hehehe.. maaf ya aku egois. Sekarang mari kita belajar bersama ya mungkin tidak akan membantu karena ujian sekolah tapikan termasuk syarat kelulusan juga loh...." rayu Tira pada teman-temannya itu.

"Siplah... lagian, santai aja kan kemaren-kemaren kamu sudah ngajarin kita. Jadi kita pahamlah.... gampang itumah!!"ucap anak-anak itu.

"Wah murid-muridku kalian bisa mengingat juga ya hahaha!!" kekeh Tira.

Dan anak-anak itu pun tertawa dan belajar bersama. Hingga semua teman-temannya itu dapat menyelesaikan ujian satu jam sebelum waktu ujian selesai.

Lalu Tira dan gengnya itu langsung pulang bersama-bersama dan Tira jiga mengajak mereka untuk belajar di rumahnya.

Hingga hari berganti hari Tira terus melaksanakan ujian dengan baik bersama dengan teman-temannya.

Mereka belajar dan tertawa bersama bahkan, mama Tira sampai harus mengawasi mereka karena dirinya tidak paham dengan apa yang dilakukan putrinya dan teman-temannya itu.

"Seorang Mahesa tidak pernah ingkar janji, tapi seorang Chandra selalu mempedulikan teman-temannya!!" Batin gadis kecil itu sambil memandangi teman-temannya.

"Hoi Tira kamu mau masuk smp mana, pasti SMPN 1 ya?" tanya seroang teman Tira.

"Hm... kalian mau dimana, aku ikut aja. Lagian kata papa sekolah dimana aja yang penting negeri. Tapi nanti pas kuliah kita pisah ya.., aku punya mimpi sendiri!!" ujar gadis itu.

"Mimpi apa?" tanya anak-anak itu pernasaran.

"Ada seseorang yang ingin aku lindungi dengan cita-citaku itu..." jawab Tira.

"Wah... pasti om-om yang dulunya gila itu ya.... hih.. serem!!" seru anak-anak itu.

"Ih, dia gak gila tahu. Cuman sedikit merana aja tapi over dosis hahaha...." kekeh Tira membela om kesayangannya itu.

"Jadi kita pasti satu smp kan?" tanya sala satu anak memastikan.

"Ya, aku akan disisi kalian sampai kalian berjalan sendiri. Tapi jika ketemu lagi, itu namanya takdir hahaha...." sahut Tira tertawa.

Mereka pun tertawa bersama seakan-akan hari telah berhenti.

Hari-hari pun berlalu dan pekan ujian nasional dan sekah pun telah selesai diadakan. Dan para anak itu hanya tinggal meunggu kelulusan mereka.

Disaat Tira dan teman-temannya bersenang-senang ada seorang anak perempuan yang melihat Tira dari kejauhan. Tira pun menghampiri gadis itu dan memberikan tanganya.

"Susan, aku minta maaf untuk semuanya... dan apa yang aku katakan pada hari pertama ujian. Kamu mau memaafkanku?" tanya Tira.

"Ini bukan, jebakan kan..." anak perempuan itu ragu.

"Tidak, aku ini tulus..." ucap Tira.

"Ya, aku juga minta maaf aku selalu iri denganmu. Fisikmu bagus dan lincah sedangkan aku bahkan, tidak pandai olahraga aku belajar mati-matian untuk rangking satu lalu, mendadak kamu merebutnya seperti itu. Mama papaku sangat marah, sampai mereka mengetahui jika kamu seorang Chandra...." ujar anak perempuan itu

"Memangnya keluarga kamu sepintar itu ya?" tanya anak perempuan itu pernasaran.

"Ayahku seorang professor, ibukku memiliki gelar master dalam bidang sastra. Mungkin ya orang tuaku sepintar itu..." sahut Tira.

"E... Tira jika, kita satu SMP kamu mau tidak belajar bareng denganku?" tanya anak perempuan itu.

"Tentu saja!!" jawab Tira tersenyum.

Gadis kecil kita telah bertumbuh dewasa, karakternya mulai melembut. Menandakan masa anak-anak gadis kecil kita akan segera berakhir.

Dan bukan hanya Tiran namun, juga masa anak-anak mereka akan segera berakhirnya. Sembilan anak ini akan menjadi seorang remaja. Tiga gadis kecil, enam anak laki-laki mereka akan tumbuh bersama sebagai geng TYRALAGAS.

Yang berangotakan Tira si multi talented alias ketua , Yudris si anak karate, Rahendra si jago main, Arjun si pinter bolos, Luca si anak saleh, Abimanyu si mafia kelereng, Gibran si jagoan kartu, Anggita si jago masak , Sarah si genit.

Sembilan anak yang sangat dikenal sebagai pembuat masalah ini. Akan bertumbuh menjadi remaja bersama.

apakah mereka akan menjadi lebih baik saat smp atau justru lebih nakal?

apakah akan ada petikaian diantara mereka atau mereka yang membuat pertikaian antar sekolah?

Hanya di Tira dan Angga....