Chereads / Tira dan Angga / Chapter 36 - Tetap Bahagia ...

Chapter 36 - Tetap Bahagia ...

"Ctak.. ctak... ctak..."

Hentakan kaki seorang gadis kecil terus terdengar di setiap oleh setiap penghuni ruangan. Mereka semua merasa risih namun, apa daya mereka tidak berani mengambil tindakan atas tingkah laku gadis kecil itu.

"A... bikin deg-degan aja deh," keluh gadis kecil itu.

"Hoi Tira, bisa gak kaki kamu, jangan kamu hentak-hentak seperti itu!" ucap salah satu anak yang berada di samping kiri gadis kecil itu.

"Tidak, terima kasih..." tolak sang gadis kecil dengan menarik kelopak mata bagian bawahnya, sebagai tanda dia sedang mengejak anak di samping kirinya itu.

Siapakah lagi, jika bukan Tira seorang anak yang berani membuat ulah. Dan mengejek teman, disaat semua murid lainnya sedang sangat cemas-cemasnya dengan hasil Try Out mereka selama sepekan ini.

Tira justru malah membuat mereka tambah stress dengan suara yang di timbulnya gadis kecil itu lewat kakinya yang terus menghentak.

Meskipun sebenarnya hal itu dia lakukan karena dirinya sendiri sedang mengalami hal yang serupa dengan mereka. Namun, tetap saja Tira menganggu murid yang lain.

Guru kembali dari ruang guru, sambil membawa amplop coklat besar yang berisikan nilai dariTry out mereka selama beberapa bulan terakhir ini.

"Baik anak-anak karena untuk mencegahkan adanya kesenjangan ibu hanya akan membacakan 5 anak dengan nilai tertinggi saja...." ujar guru tersebut terus melihat ke arah amplop coklat besarnya itu.

"Sama saja, dibacakan tidak di bacakan kesenjangan sosial akan selalu terjadi. Jadi mending tidak usah di bacakan sekalian..." sela Tira santai.

"Diam kamu!" Guru tersebut mengabaikan muridnya dan mulai membacakan nilai Try out untuk 5 anak itu.

"Kelima Aprilino, dengan rata-rata 85!"

"Prok...!! prok..!!"

Semua anak di kelas pun bertepuk tangan sebagai tanda apresiasi mereka pada temannya itu.

"Keempat Delia, dengan rata-rata 87!"

"Prok...!! prok..!!"

Dan pengumuman pun terus berlanjut.

"Dan murid dengan nilai tertinggi sangat tidak kita harapkan pastinya... Tira, dengan rata-rata 99!" ujar sang guru dengan nada sinis.

Bisa terdengar hanya sedikit murid yang bertepuk tangan untuknya. Sebenarnya Tira bukan anak yang dibenci. Hanya, saja tira yang terlihat sebagai anak nakal dan pembuat onar. Membuat para guru dan temannya sulit mengakui, jikalau Tira memanglah anak yang sangat cerdas.

"Hah! Lihat itu, dan kalian bertanya kenapa kepala sekolah tidak mengusirku dari sekolah ini hahaha..." ucap gadis kecil itu Angkuh.

"Selamat ya, nak Tira nilai kamu bukan hanya yang tertinggi di kelas melainkan di satu angkatan sekolah ini.." ucap Sang Guru dengan wajah muram.

"Yang ikhlas bu, buat dapet berkat..." ucap Tira.

"Sekarang saya akan mengumumkan tanggal Ujian Nasional kalian. Ujian Nasional akan di laksankan tanggal 13 Mei sampai dengan 15 mei setelah itu lanjut dengan Ujian Sekolah sampai tanggal 20 Mei, Kalian Paham!"

"Ya, bu guru!!!" jawab seluruh murid.

Dan pembelajaran pun di lanjutkan kembali. Di saat semua murid mulai memperhatikan guru yang menerangkan pelajaran. Hanya Tira seorang yang sedang melamun girang mendengar hasil Try Outnya yang memiliki nilai hampir sempurna.

"Om Angga pasti bangga.." batin gadis itu dalam hati.

"Dia sedang apa ya..." batin gadis kecil itu bertanya-tanya.

Di sisi lain Angga sedang siap-siap untuk pergi ke tempat kerjanya. Meskipun sudah di larang oleh Bu Linda. Namun, Angga bersikeras untuk tetap bekerja. Karena dirinya sangat tidak enak sudah absen begitu lama.

"Absen lamanya apa! Kamu hanya di rawat selama ya.. baiklah... 15 hari namun, itu bukan kesalahan mu. Mereka terus memeras tenagamu makanya kamu jadi separah itu..." pinta bu Linda pada anak asuhnya yang keras kepala itu.

Angga melototi mata bu Linda, tapi karena dirinya tidak berbakat dalam hal marah. Maka tentu saja mata yang melotot itu justru membuat wanita tua itu tertawa kecil.

"Tidak," tolak Angga tegas.

"Besok saja ya, masuk kerjanya..." rayu bu Linda.

"Tidak," tolak Angga yang telah rapih denga pakaian kerjanya.

Bu Linda terus merayu Angga bahkan hingga pemuda itu sudah berada di depan pintu rumahnya.

"Bu Linda..." rajuk Angga.

"Oh! Ayolah..." rayu Bu Linda tidak menyerah.

"Aku harus kerja, tidak boleh kalah dengan Tira.. dan lagi pula aku sudah lama absen kuliah!" tolak Angga yang menerangkan jika dirinya sudah terlalu lama tidak menjalankan kewajibannya. Sebagai pekerja dan sebagai mahasiswa.

"Kuliah saja ya.. kau pindah kelas pagi!" rayu Bu Linda.

"Lalu pekerjaanku?" tanya Angga.

"Berhenti saja, aku akan menghidupimu sepenuhnya mulai sekarang..." ujar wanita tua itu.

"Tidak, aku terlalu banyak utang budi. Aku tidak mau berakhir menjadi pelayanmu seperti Donny," tolak Angga yang merasa sudah terlalu banyak di bantu oleh wanita tua yang berada di hadapannya itu.

"Ya sudah, aku kerja dulu ya..." Pemuda itu pemit dan mengecup tangan wanita tua itu. Dan pemuda itu meninggalkan rumah mereka dan menuju ke tempat kerjanya.

Sesampainya di tempat kerja, seluruh Karyawan langsung menyambutnya dengan sambut yang hangat. Mereka pun juga meminta maaf karena sering meminta Angga untuk mengantikan shiff mereka setiap hari.

Namun, pemuda itu mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dengan hal itu. Dan mengatakan bahwa dirinya sakit itu merupakan kesalahannya sendiri.

Dan hal itu membuat Karyawan yang lain, semakin merasa tak enak hati dengan Angga. Sebelumnya Angga pun pernah bekerja do tempat yang sama. Dan memang sudah sejak lama Angga Mahesa di kenal sebagai pekerja keras.

Apalagi saat itu Angga berkerja sebagai pekerja penuh waktu yang selalu mengambil tugas lembur. Demi memenuhi kebutuhan Diana yang saat itu butuh biaya yang banyak untuk berobat.

Karena keluarga Diana yang miskin sudah tidak sanggup untuk membiayai pengobatan Diana. Dan kelurga Angga tidak mau membantunya sedikit pun.

Alhasil Angga yang harus membanting tulang demi Diana. Meskipun di balas dengan tusukan yang teramat sangat dalam. Namun, pemuda yang gila akan cinta itu tidak pernah menyesal.

Angga merasa karena hal itulah, dirinya dapat bertemu dengan orang-orang baik dalam kehidupannya yang sekarang. Dan Angga sangat bahagia.

Seperti Tira, yang selalu menolong dan membantunya untuk dapat merasakan ketenangan jiwa. Bu Linda yang mengurus dan membantunya untuk dapat bekerja dan bahkan, dirinya bisa kuliah disaat yang bersamaan.

Dan Donny yang selalu membantunya mengawasi Tira. Walaupun hari-hari ini dia sedang kesal dengan Donny, karena selalu mengajak Tira bicara.

Entah kenapa, ada sesuatu di dalam dirinya yang merasa kesal yang dengki melihat kebersamaan dua orang itu. Padahal Donny sudah menjelaskan bahwa dia hanya menganggap Tira sebagai anaknya. Namun, tetap saja hati kecil Angga tidak bisa menerimanya.

Namun, meskipun demikian Angga tetap bahagia.

"Bisakah, dalam hidupku! Aku tetap terus seperti ini??" Angga bertanya-tanya dalam hatinya.