"Kamu benar Miko, Aku jatuh hati pada Tira..." ujar Angga.
"A.. apa!!?" Miko terkejut.
"Ya, aku jatuh hati. Apakah ini aneh?" tanya pemuda itu.
"Aneh, tidak gila iya! Kau gila..." jawab Miko.
"Tadi Anda yang sepertinya semangat begitu, sekarang kamu yang tidak terima aneh," balas Angga.
"Ya... maksudku jangan sekarang juga! Nanti gitu, nanti..." sahut Miko panik.
"Kamu pikir saya akan mengatakan itu sekarang padanya?" tanya Angga kesal.
"Mu... mungkin," ucap Miko Asal.
"Yang benar, saja!" Angga kesal.
Dan akhirnya dua orang itu pun mulai saling berdebat argumen mereka. Dan pembelaan yang diberikan oleh diri mereka masing-masing.
Sedangkan di sisi lain Tira, sedang berjalan menuju ke rumahnya dengan bangga, karena hasil Try Outnya yang tinggi.
Gadis kecil itu berlari dengan riang menuju rumah dan meloncat-loncat sepanjang jalan. Sampai sebuah mobil berhenti menghadangnya.
"Hoi! jalan di trotoar itu bisa di penjara tahu..." teriak gadis kecil itu menendang-nendang pintu mobil tersebut.
Tira sangat kesal dengan kelakuan dari pemilik mobil tersebut dan terus menendang mobil tersebut agar pemiliknya segera keluar.
Tak lama kemudian Tira mendengan suara kaca mobil yang terbuka. Gadis kecil itu lalu, menghampiri pintu dengan kaca terbuka itu dan menarik baju orang tersebut dari kaca mobil dan melemparnya ke trotoar.
"Hahaha... itulah yang ku dapat dari kelas karateku. Sekarang Anda tahukan kalau aku bu...." gadis kecil itu menghentikan kata-katanya saat melihat bahwa orang yang dibanting olehnya itu. Bukan lain adalah, Donny pelayan yang berkerja bersama bu Linda sekaligus, kakak kandung dari temannya.
"Arh... bantinganmu keras juga ya, pantas kamu selalu menang mendali emas," ucap Donny menahan punggung yang sakit itu.
"Kakak tidak tahu Undang-undang nomor 22 tahun 2009 pasal 275 ayat 1 ya? Aku bisa memenjarakanmu dengan pasal itu dan kalau aku jahat bisa aku tambahan pasal pembunuhan. Aku bisa mati tahu!" Gadis kecil itu marah-marah menendang-nendang mobil milik pelayan tersebut.
"Kamu bisa ku tuntut karena merusak barang milik orang lain," ketua Donny tidak terima dengan ucapan Tira.
"Usiaku, adalah usia belum cakap dalam hukum. Jadi ketika aku melakukan pelanggaran hukum, aku tidak akan bisa dituntut lagian, papaku kaya kalau ada yang lecet kau tinggal minta ganti rugi.." jawab Tira.
Dan Donny pun kalah telak dengan Tira, pria itu berdiam diri dan tersemyum. Karena semua hal yang diceritakan adiknya tentang Tira itu bukanlah hal yang mengada-ada. Tira memang merupakan seorang gadis kecil yang dewasa dan sulit dijatuhkan.
"Kau mau membunuhku karena tahu "hal itu" ya?" cetus Tira tidak mau menyebutkan apa yang dimaksudnya dengan hal itu.
"Tidak, astaga Tira! Aku tidak mungkin melakukan suatu hal seperti itu..," Donny terkejut mendengar ucapan gadis kecil itu.
"Aku tidak percaya!" tepis Tira lalu berlari menjauh dari pria itu.
Donny pun mengejar Tira namun, dengan fisik gadis kecil itu sebagai atlet karate dan Donny yang memiliki keterbatasan fisik, tentu saja dia tidak bisa menyaingi kecepatan lari gadis kecil nan manis itu.
"Wajahmu manis, kata-katamu seperti mawar berduri, pola pikir seperti sherlock Holmes. Sekarang fisik seperti Rambo, apa-apaan ini.." batin pria itu berusaha mengejar Tira yang semakin jauh dari jangkauannya.
Beberapa mil kemudian, Donny merasakan jikalau Tira mulai melambat. Dan benar gadis kecil itu pun berhenti berlari. Donny menghampri Tira dan mengenggam tangan gadis kecil itu.
"Tertangkap kamu," ucap Donny tersenyum.
"Benarkah itu, bukan aku yang menangkapmu!" sahut gadis kecil itu tersenyum dengan jarinya yang menunjukkan jika mereka berdua sedang berada di depan kantor polisi.
"Aku anak kecil, usiaku 13 tahun. Dan mereka pasti akan lebih percaya kata-kataku. Di bandingkan dirimu. Jadi sebaiknya kakak mengalah dengan melepaskan aku! Atau kau akan berada dalam penjara dan Aku akan memberitahu Om Angga segalanya..." Ancam gadis kecil itu.
Donny melihat ke arah mata Tira, dan dirinya dapat melihat bahwa gadis kecil yang berada di hadapannya ini tidak main-main.
Mata Tira terlihat sangat serius dan dingin, tatapan gadis kecil itu seperti seorang pemburu berdarah dingin yang berhasil menangkap buruannya.
Dan nasib Donny sudah seperti rusa yang telah terikat kedua kakinya. Dirinya telah benar-benar tertangkap oleh jebakan yang dibuat oleh Tira. Apalagi, kantor polisi dan posisi awal mereka berbeda 12 blok, yang dimana hal itu sangat menguras tenaga Donny sebagai orang biasa.
Dan terlihat sangat jelas jika, posisi Tira sebagai Atlet sangat diuntungkan. Karena dirinya masih memiliki kekuatan untuk berlari lebih jauh lagi.
"Menyerahlah Kakak, kau masuk jebakanku!" kekeh Tira menatap Donny sinis.
Donny mulai berkeringat dingin dengan disamping tubuhnya yang sudah tidak memiliki tenaga untuk berlari lagi. Kaki palsunya juga mukai goyah dan kalau dia berlari sekali lagi, pasti dirinya akan jatuh.
"Tira, percaya padaku! Apapun yang kamu pikirkan semuanya itu tida benar," Donny berusaha meyakinkan Tira dengan melepas genggamannya dari tangan gadis kecil itu.
"Aku hanya ingin bicara," ungkap Donny.
Tira melihat mata orang itu, dan memperhatikan bahasa tubuh dari pria yang berada di hadapannya saat ini.
"Berikan aku jaminan!" pinta Tira.
"Jaminan apa?" tanya Donny.
"Jaminan kalau kau berbohong, aku akan memanjarakan dirimu. Semua yang ingin kau katakan padaku. Katakan saja di dalam kantor polisi.." jawab Tira menunjuk kearah kantor polisi yang berada di hadapan mereka.
Donny pun terdiam sangat lama, dan tidak menjawab pertanyaan Tira. Tira yang merasa ini kesempatan untuk melarikan diri memutuskan untuk kabur dari Donny. Dan gadis kecil itu berlari lagi dan kali ini pria itu tidak bisa mengejarnya.
"Tira!!" pria itu mencoba menahan gadis kecil itu dengan teriakan namun, gagal. Tira sudah tidak bisa dihentikan.
Tira terus berlari dan memutuskan untuk kembali ke tempat awal dirinya bertemu pria itu. Tira melihat mobil pria itu masih utuh disana dengan kaca mobil yang masih terbuka. Gadis kecil itu pun lalu masuk ke dalam mobil tersebut lewat pintu yang kaca jendelanya terbuka.
Saat berada di dalam mobil itu Tira membuka semua mencari-cari suatu barang yang mungkin, dapat membuatnya bisa mendapatkan petunjuk tentang tujuan Donny yang sebenarnya. Dan tepat seperti pemikiran Tira, gadis kecil itu menemukan dompet pria tersebut.
Gadis kecil itu pun membuka dompet itu dan terkejut dengan apa yang dilihatnya. Dirinya melihat sebuah kartu identitas dengan wajah Donny namun, nama yang tercantum adalah nama lain.
"Agres Mahesa? Jadi dia benar kakak dari om Angga. Jadi identitas dia itu palsu!" batin Tira dan mencari-cari informasi yang didapatnya dari dompet itu.
Dan ternyata Tira melihat sebuah foto dua anak laki-laki yang saling memeluk satu sama lain.
"Jadi yang ini sudah jelas adalah Donny, Agres Mahesa atau siapa pun itu. Itu artinya yang ini adalah om Angga," pikir Tira.
Tira memotret informasi yang termukannya itu dengan kamera yang sudah tersimpan dalam ranselnya. Dan mencari-cari lagi, kira-kira informasi apalagi yang dapat ditemukannya dalam mobil Ferarri SF1000 itu.
Dan Tira menemukan sebuah map berisikan nama Lauria Lorent dan data-data lainnya.
Tira yang pernasaran memotret semua isi map itu lalu mencari-cari lagi dan dirinya tidak menemukan apa pun.
Tira yang menduga bahwa Donny akan kembali lalu keluar dari pintu mobil dan berniat meninggalkan mobil tersebut. Sampai dia menemukan cctv kecil yang diselipkan di sudut kanan atas mobil tersebut.
"Mau menjebakku ya, tidak bisa!" ucap Tira menarik cctv itu dan menemukan sumber sambunganya.
Dan ternyata sumber sambungan cctv itu terletak pada layar setelah musik pada mobil itu.
"Jadi dia ingin bermain pintar denganku, ya.." Tira membuka akses layar mobil itu dengan pasword yang tertulis di dompetnya.
"Kalau ingin jadi pengawa setidaknya jangan menulis pasword akses di dompetmu dasar om-om bego," batin Tira.
Dan gadis kecil itu mencari rekaman pada mobil tersebut dan menghapus semua rekanman yang telah terjadi hari ini. Lalu, ia pergi meninggalkan tempat itu dengan menaikki taksi.
Dalam perjalanan pulang gadis kecil terus melihat ke arah kamera dengan semua data-data yang dirinya temukan itu.
"Untuk apa, dia melakukan ini dan siapa itu Lauria Lorent," guman Tira melihat semua isi foto pada kameranya.
Tira terus berpikir, berpikir dan berpikir sampai akhirnya gadis kecil itu menemukan sebuah solusi.
"Seperti hari ini, aku harus menganggu papa yang sedang bekerja ya..." guman Tira.
"Pak, tolong antar aku ke Rumah Sakit Chandra Kembang ya pak!" pinta Tira pada sang supir taksi.
"Siap neng!" dan supir taksi itu pun merubah arah kemudinya menuju ke rumah sakit tempat dari segala sumber pengetahuan tentang keluarga Mahesa berada.
Burung merpati dewasa telah keluar dari sangkarnya. Namun, dia belum juga mengepakkan sayapnya.
Karena sang burung kecil sedang sibuk dengan dunianya sendiri....
Hanya di Tira dan Angga...