Chereads / Tira dan Angga / Chapter 31 - Tugas Prakarya II

Chapter 31 - Tugas Prakarya II

Pagi hari yang cerah di rumah sakit, Donny menyiapkan sarapan untuk Angga. Sedangkan sibuk menatap pintu menunggu kedatangan Tira.

"Jangan Anda terus melihat pintu Tuanku, nona kecil pasti akan datang kesini mungkin hari ini adalah hari sabtu, nona kecil bangun lebih si..."

"Aku tidak pernah bangun siang ya..." sela Tira yang datang dengan senyuman sejuta wattnya.

"Selamat pagi nona kecil," sapa Donmy ramah.

"Pak, Donny yang terhormat.. panggil aku Tira jangan nona. Aku boss mu hal itu membuatku malu. Saat di lapangan, di jalan komplek kau memnaggil ku begitu...." protes Tira kesal.

"Saya hanya melakukan hal sesuai prosedur, karena Tuam Muda mengangap nona kec adalah keluarganya, maka saya memanggil anda dengam sebutan nona kecil..." terang Donny.

"Dasar aneh Pak Donny kan keluarga om Angga juga..." ucap Tira kesal.

"Maaf apa!?" tanya Donny terkejut, apakah Tira mengetahui rahasianya.

"Iya, Pak Donny dan om Angga kan tinggal serumah jadi kalian adalah keluarga..." terang Tira.

"Hm begitu ya... tapi walau seperti apapun saya adalah pelayan dari Nyonya Linda, dan siapa keluarga Nyonya adalah Tuan bagi saya..." jawab Donny tersemyum ramah sekaligus lega. Karena gadis kecil ini tidak tahu rahasia besarnya.

"Protokol kerajaan mana itu? Lindaland hahaha... konyol," ledek Tira tertawa.

"Tira jangan begitu..." tegur Angga.

"Biarin abis pak Donny aneh haha.." tawa Tira.

"Sudah menyerah saja, memang Donny tidak suka memanggil kita dengan nama memang begitu dia..." ucap Angga.

"Ih om Angga gak sopan, masa manggil pak Donny nama doang..." tegur Tira.

"Hah?" tanya Angga kikuk.

"Wah sepertinya ada yang mengalami penurunan kecerdasan karena sakit ya.." ketus Tira.

"Pak Donny berapa usia, Anda?" tanya Tira.

"32 tahun.." jawab pelayan itu.

"Lihat dia 10 tahun lebih tua dari om, harusnya om manggil dia kakak, begitu.." ucap Tira.

Donny tertegun dia terkejut dengan pernyataan gadis kecil itu. Sebenarnya dia rindu sekali Angga memanggilnya begitu, mengingat dirinya merupakan kakak kandung Angga.

"Kakak," ucap Angga singkat.

Mendengar kata-kata itu membuat Donny merasa sangat bahagia seperti kerinduan selama 9 tahun terbayarkan.

"Ya bagus, bagus kan pak Donny?" ucap Tira puas.

"Aku ...." Donny terdiam berusaha menahan rasa senangnya itu.

"Tidak, Donny lebih baik. Aku lebih nyaman entah mengapa menggunakan kata kaka membuatku merasa sedikit terganggu..." elak Angga.

Mendengar peryataan adiknya Donny pun hanya bisa terdiam menahan rasa sakit dari hatinya yang hancur. Dengan tertawa canggung seakan-akan dia berusaha bersikap netral dia antara dua orang yang saling bertolak belakang itu.

"Dasar," ketus Tira kesal.

"Hahaha... tidak apa, saya juga lebih nyaman di panggil Donny," sangkal pria itu.

"Dih, dasar bapak-bapak pea..." ejek Tira.

"Tira kamu enggak boleh gitu sama Donny," tegur Angga.

"Manusia yang tidak mau memanggil pak Donny dengan sebutan kakak tidak berhak menegurku..." bela Tira.

"Kamu ini, tapi kalau Donny di panggil kakak karena lebih tua 10 tahun dariku. kenapa aku di panggil om harusnya kamu memanggilku kaka.." tanya Angga.

"Wajah mu, bahkan kalau Pak Donny lebih pendek dari Om Angga aku akan panggil dia kakak. Lihat wajahnya baby face sekali," puji Tira.

"Kejam," ucap Angga kesal.

"Bodo Amat," jawab Tira cuek.

"Tapi Pak Donny ini belum menikah ya wah perjaka tua, kenapa stress juga kaya om Angga?" ucap Tira asal.

"Tira.." tegur Angga.

"Istriku meninggal bersama anak dalam kandungannya 7 tahun lalu, dan saya menjadikan cicin kami sebagai kalung. Itulah mengapa saya tidak pernah memakai cincin," jawab Donny menunjukkan kalung dengan cincin pernikahan.

"Wow tragis sekali maaf ya.. pak donny," ucap Tira merasa bersalah.

"Tidak, selain Nyonya. Kalian 2 orang pertama yang tahu..." jawab Donny tersenyum.

"Pernah punya keinginan untuk bunuh diri?" tanya Tira.

"Tidak," jawab Donny tegas.

"Hebat!!" puji Tira.

Melihat gadis kecilnya memuji pelayan itu membuat Angga merasa sangat cemburu dan kesal.

"Ya tentu saja istrinya kan tidak selingkuh," ketus Angga.

"Justru ya tolol itu Om Angga tante-tante murahan di tangisin kan sunggu teramat sangat pintar Anda..." ejek Tira membela Donny.

"Mengapa kamu membela dia?" tanya Angga kesal.

"Karena Dia bertahan disaat dunianya, seharusnya runtuh!" jawab Tira.

"Baiklah pak Donny Anda punya keluarga?" tanya Tira.

"Tidak, hanya ada adik saya tapi dia bahkan tidak mengingat saya. Saya bekerja keras sampai sekarang ini hanya untuk bisa memberinya uang diam-diam... dan setelah dia bisa hidup dengan baik dan bahagia. Mungkin saya akan mati ," jawab Donny datar.

"Karena Adik saya tidak akan pernah mengingat saya, semakin saya mencoba.. semakin saya dilupakannya. Lalu untuk apa saya hidup jika nanti dia sudah bisa mandiri. Dia bahkan tidak aka tahu jika saya pernah ada..." lanjutnya.

Mendengar jawaban Donny dua orang itu sangat terenyuh apalagi dia menceritakan dengan nada sangat datar. Sehinnga membuat dua orang itu tambah tersentuh.

"Mulai hari ini anggap aku Adikmu ya... kakak Donny! Hehehe..." ucap Tira tersenyum.

Melihay wajah gadis kecil itu Donny merasa bahagia. Dia seperti lentera harapan yang terus menyalah dalam kehidupan pria itu.

"Jadi ini alasan kamu bahagia dengannya Angga." batin Donny.

"Hoi, Aku kan lebih muda..." protes Angga.

"Diamlah om-om," ejek Tira.

"Ya, tidak apa. itu artinya aku spesial karena hanya aku orang dengan usia berkepala 2 yang di panggil om sama kamu," ucap Angga angkuh.

"Terserah padamu wahai om Angga..." jawab Tira pasrah.

Melihat kelakukan dua anak itu membuat Donny tersenyum lebar.

"Ya sudah Tuan Angga makan dulu." lerai Donny.

"Ya," jawab Angga.

"Om bisa bantu aku enggak?" tanya Tira.

"Kenapa gak minta sama kakakmu itu," tolak Angga masih cemburu karena gadis kecilnya sudah tidak memperhatikannya lagi.

"Ya sudah, kak.."

"Bantu apa?" sela Angga, dirinya terkadang lupa jika Tira bukan tipe orang yang mudah di ancam.

"Bisa bilin lentera gak?" tanya Tira.

"Lampion!?" ucap Angga.

"Bukan Lentera, Ada api nyala tapi pakai pematik apa gitu," terang Tira.

"Kamu itu anak Sekolah Dasar atau Sekolah tehnik," ucap Angga yang tidak mengerti sistem pendidikkan zaman sekarang.

"Bisa atau tidak?" tanya Tira singkat.

"Tidak maaf," jawab Angga sendu.

"Kak Donny bisa?" Tira langsung bertanya pada Donny.

"Iya dia bisa, dia sering melakukannya. Saat bersama adiknya..." jawab Bu linda yang baru saja datang sehabis dari urusannya.

"Wah keren banget, ajarin dong kak! Aku ada praktek hari selasa..." pinta Tira memelas.

"Baiklah, karena nona kecil adik saya sekarang. Mari kita buat kenangan bahagia yang baru," ucap Donny tersenyum.

"Wah, aku pernah mengucapkan itu pada om Angga," ucap Tira terkejut.

"Hahaha.. saya tidak tahu, mari kita beli lantera..." Donny terjatuh kerena kakiknya palsunya longgar lagi.

Dia sangat khawatir akan membuat Angga takut. Donny langsung menahan kaki palsu dan berusaha untuk berdiri, tapi Tira menekan pundak Donny hinnga prai itu terduduk di lantai.

"Biar ku bantu, papaku adalah seorang dokter, aku ahli dalam memasang kaki palsu papa penah ajarkan. Nah ini kakak memasang engselnya salah... yang ini baru benar," ucap gadis kecil itu memasangkan kaki palsu Donny.

Melihat tindakan Tira yang heroik Bu Linda pun tersenyum tipis.

"Lihat Yuda, ada gadis berumur 13 tahun yang bisa mengobati luka di hati 2 putramu..." batin wanita tua itu

Sedangkan Angga menatap Tira dengan penuh takjub.

"Nah! yang ini pasti kencang, coba aja!" tantang Tira.

Donny pun berdiri perlahan dan seperti yang dikatakan Tira. Kaki palsu itu sudah terikat dengan sangat kencang.

"Bagaimana bisa kakak tidak mengikatnya dengan kencang? Kaki palsu ini dibuat tahun 1999 dan aku tahu ini bukan bekas karena bentuknya dibuat sangat pas dengan kaki kakak. 9 tahun kakak memakainya dan masih tidak handal sungguh mengecewakan..." ucap Tira.

"Haha... kemaren tiba-tiba longgar saya mengikatnya terburu-buru jadi nya seperti itu. Biasanya selalu kencang kok" elak Donny.

"Hah! tidak mungkin kaki palsu ini buatan Amerika, bisa menampung oramg dengam berat maksimal 55 kg karena ini dari kayu dan berbentuk kaki bukan tulang kaki. Kecuali kaka mengangkat beban lebih dari itu baru kaki palsu ini bisa longgar..." ujar Tira.

"Tapi kakak kan bukan atlet angkat besi," lanjutnya.

"Dia mengangkatku tadi malam," sela Angga, pria muda itu menjadi merasa bersalah pada pelayan itu setelah mendengar pernyataan dari gadis kecilnya itu.

"Kenapa om Angga sakit parah tadi malam!?" tanya Tira panik.

"Ah.. itu aku,"

"Kaki Tuan Angga tergelincir saat dirinya sedang di kamar mandi jadi saya mengangkatnya ke kasur," ucap pelayan itu berbohong.

"Ah benarkah mau ku pijat?" tanya Tira panik.

"Sudah saya lakukan," ucap Donny melindungi Angga.

"Ah sudah enakkan?" tanya Tira.

"Iya," jawab Angga tersenyum lembut. Dia senang Tira kembali memperhatikannya lagi.

"Ya sudah kita berdua beli alat untuk lentera dulu ya.. bye," ucap Tira lalu pergi bersama Donny.

Mereka berdua pun meninggalkan rumah sakit dan berjalan bersama mencari bahan-bahan untuk membuat lentera.

"Kak, kira-kira alat untuk biat lentera itu di jual di toko mana?" tanya tira bingung.

"Alat perkakas," jawab Donny.

"Ah.., by the way. kakak itu punya sikap yang berbanding balik dengan om Angga tahu..." puji Tira.

"Maksudnya?" tanya Donny.

"Ya.., aku yakin om Angga akan langsung memasung dirinya dengan kondisi seperti Anda bahkan, mungkin akan lebih parah..." jawab Tira.

"Kekuatan mental seseorang itu berbeda Tira..," balas Donny membela adikknya.

"Iya seperti yang ku katakan sangat berbeda, om Angga itu lemah, mungkin ketika di negara ini terjadi perang. Dia akan menjadi manusia pertama yang mati..." ujar Tira.

"Aku tidak menyangkal hal ini itu.., berhenti kita sudah sampai!" Donnyn mengalihkan perhatian Tira dengan menarik gadis kecil itu masuk ke toko perkakas.

Mereka pun memilih barang untuk membuat lentera dan segera pulang dari toko sehabis itu.

Dalam perjalanan ke rumah sakit, Rumah sakit Tira terus memperhatikan Donny. Dan itu membuat Donnu merasa takut. Terutama saat dia tahu bahwa gadis kecil ini memiliki permikiran seperti ahli nujum.

Bahkan, dia dapat mengetahui Angga sedang berada di rumah kosong tanpa diberi tahu oleh siapa pun.

"Ada yang salahkah dengan saya nona kecil?" tanya Donny gugup.

"Bila ku perhatikan, cara jalan kakak itu persis seperti Om Angga. Dan bukan hanya itu garis wajah kakak dan bentuk bibir pun persis...," jawab Tira terus melihat wajah Donny.

"E... itu..."

"Hm... dengan ceritamu dan kecocokkan fisik ini. Aku jadi bepikir bahwa om Angga mungkin 90% adalah adik kakak bicarakan karena kakak tahu om Angga itu lupa akan banyak hal. Bisa jadi kakak korbannya juga tapi, om Angga punya ibu dan dua Adik perempuan jadi tidak bisa ku katakan begitu." sela Tira.

"Ya, ibu saya sudah meninggal.." ucap Donny berusaha meyakinkan Tira.

"Yap, aku yakin rusak apapun jiwanya Tidak mungkin dia akan lupa pada keluarganya," ucap Tira.

Donny hanya bisa terdiam, sepanjang perjalanan hingga mereka sampai ke rumah sakit.

Donny pun mulai membantu Tira membuat lentera. Sedangkan Angga terus memperhatikan mereka berdua.

"Yey, jadi wohoo!!" seru Tira.

"Nyalakan sekarang!" perintah Donny.

Tira pun menyalahkan lentera itu dan betapa senangnya gadis kecil itu melihat lenteranya menyala.

"Hahaha, keren makasih. kakak!" Tira memeluk Donny.

"Ya, sama-sama.." jawab Donny.

Mereka berdua pun saling tertawa bersama sedangkan Angga memperhatikan mereka berdua dengan hati yang panas.