Jakarta, 27 November 1995 dari seorang keluarga berdara berkasta Satria lahir dengan nama, Dewa Ayu Athira Chandra. Atau yang diperkenalkan sebagai Athira Chandra dan kita panggil sebagai Tira.
Tira adalah anak yang pintar sejak lahirnya, motoriknya berkembang cepat di antara para bayi pada umumnya. Bicara di usia 3 bulan dan bisa berjalan di usia 8 bulan.
Tira dijuluki sebagai anak spesial oleh ayahnya, Dewa Tirta Jayawijaya Chandra atau yang di panggil semua orang Tirta. Dan di panggil oleh Istri tercintanya sebagai.
"Chacan!" panggil seorang wnita cantik berwajah moelek bernma Desak Serani Kembang yang di panggil suaminya.
"Ya Kembangku, kenapa?" sahut pria itu mengahampiri istrinya.
"Jangan panggil kembang Rani saja, Rani!" protes istrinya marah.
"Berhenti memanggilku Chancan dan kita sepakat!" jawab pria itu mengulurkan tangannya sebagai tanda sepakat.
"Apanya! dulu ibumu bilang mas, kan dipanggil begitu saat kecil..." tolak wanita itu menepis lembut tangan suaminya.
"Ya... aku akan tetap memanggilmu Kembang, Kembang! Kembang!" ledek suaminya.
"Kembang!" sahut seorang perempuan kecil yang mengikuti ucapan pria itu.
"Tira! Selamat pagi manisku," sapa pria itu mencium pipi putri kecilnya.
"Pagi papa!" sapa perempuan kecil itu.
Tira baru saja berusia 1 tahun namun perkembangan bicara dan motoriknya sudah sangat lancar.
"Papa beli kembang, kembang apa? Tila mau lihat papa!" pintanya pada papanya.
"Hahaha bukan.. kembang bunga, tapi.... mamamu nama belakangnya Kembang maniskan!" ucap ayahnya riang.
"Jelek," jawab Tira singkat.
Mendengar jawaban Tira kedua orang tuanya pun tertawa lepas. Karena siapa
yang bisa marah dengan senyuman Tira yang amat sangat cantik dan menarik.
Semakin besar, Tira tumbuh menjadi anak yang aktif. Namun, gadis cantik ini sedikit berbeda dengan anak seusianya disaat para anak perempuan suka bermain menjadi putri dan semacamnya. Tira lebih suka menjadi super hero seperti power rangers. Bahkan rangers favoritenya adalah rangers merah.
Meskipun begitu dia masih seperti anak normal yang suka main dengan rumah boneka. Dan tira selalu menginginkan sebuah rumah boneka dari kayu buatan tangan, tapi saat mainan tersebut di jual perdana ayah gadis kecil itu datang terlambat ke toko mainan dan tidak kebagian rumah boneka kayu tersebut.
Saat itu Tira tidak bicara pada papanya itu sampai berminggu-minggu kerena kesal. Akhirnya gadis itu luluh saat sang papa sakit karena merindukannya.
Sebagai anak tunggal Tira merupakan anak yang sangat di manja dalam hal apa saja kecuali satu hal. Yaitu pendidikan sebagai anak tunggal Tira adalah anak yang di harapakn untuk mewarisi Rumah Sakit milik dari papanya itu.
Namun, meskipun sudah di didik keras gadis kecil itu sangat santai dalam belajar. Dia hanya menekuni bidang yang disukainya dan mengabaikan segala bidang yang tidak disukainya.
Seperti pelajaran Geografi, Sejarah, Biologi dan Bahasa inggris, Tira sangat menyukai bidang itu dan menekuninya dengan sangat baik.
Namun, untuk mata pelajaran yang tidak disukainya gadis kecil itu mengabaikannya. Bahkan, remedialnya pun tidak pernah dia kerjakan.
Dia selalu mengatakan jika takdir mengantarkannya pada nilai yang buruk biarlah. Jika pada nilai yang bagus biarlah, karena semua diberikan sesuai dengan kerja keras kita.
Dan hal yang membuat beberapa teman iri denganya. Karena meskipun banyak mata pelajaran yang kurang di kuasai oleh Tira. Namun, berkat prestasi yang nilai sempurna yang selalu dia raih dalam mata pelajaran yang di sukainya Tira selalu berada di peringkat 10 anak terpintar dari 40 anak di kelasnya.
Semakin gadis kecil itu bertumbuh tingkal lakunya semakin unik. Gadis kecil itu mengikuti kelas karate saat berusia 8 tahun. Dia juga sangat suka bermain bola dengan teman-temannya dan melakukan hal itu setiap hari.
Setiap bermain bola Tira sering menendang bolanya sangat kencang hingga memasuki halaman belakang orang lain. Dan alhasil gadis kecil itu setiap hari kerjaan hanya memanjat halaman belakang rumah orang lain untuk mengambil bola timnya secara diam-diam.
Hingga suatu hari-seperti yang kita semua tahu. Gadis kecil ini bertemu dengan seorang pemuda asing yang ingin mengakhiri hidupnya Angga Mahesa.
Dengan intuisinya yang tajam dan otaknya yang sangat amat cerdik dan licik. Tira dapat mengjentikan perbuatan Angga. Namun, untuk memulihkan Angga butub waktu sekitar hampir satu tahun. Bahkan, untuk membuat pemuda itu ingin menampakan dirinya pada masyarakat membutuhkan waktu 3 bulan lebih.
Dan untuk membuatnya dapat bicara dengan orang asing membutuhkan waktu 2 bulan lebih. Dan untuk pria itu bisa benar-benar berhenti melakukan percobaan bunuh diri adalah 9 bulan lebih sejak mereka bertemu.
Tira sangat protektif dengan Om kesyangan itu. Terutama saat bu Linda dan pelayan Donny datang untuk tinggal dirumah Angga. Gadis-kecil itu menjadi gila dan sibuk mencari tahu tentang wanita tua itu dan pelayannya.
Dan tepat disaat kecurigaan Tira mulai hilang. Dirnya menemukan fakta bahwa pelayan wanita tua itu adalah kakak kandung dari om kesayanganya itu.
Tira kembali ke kamar Angga dengan membawa pizza dan berusaha seperti tidak terjadi apapun. Namun, bukan Tira namanya jika tidak mencari tahu tentang kisah yang sebenarnya.
"Kapan beli pizzanya? Katanya mau kasih bukti bu Linda dan Donny pacaran..." Angga yang pernasaran bagaimana gadis kecilnya itu biaa membawakannya pizaa di saat dia mengatakan ingin membututi Nyonya dan Pelayannya itu.
"Pizza dengan diskon jadi aku melakukan sesuatu yang lebih bermakna dari membuntuti dua orang tidak berguna itu. Yaitu membeli pizaa ini, ini makanlah...." Tira memberikan pizaa hasil malaknya kepada Angga.
"Hm... om Angga!" panggil Tira.
"Berapa om Angga itu berapa bersaudara?" tanya Tira memastikan.
"Tiga, aku dan kedua adik kembarku..." jawab pemuda itu.
"Apa-apaan ini dia melupakan kakaknya! Serius," batin Tira.
"Ouh, nama ibumu siapa?" tanya Tira lagi.
"Chatila Wijaya," jawab Angga.
"Hm... jangan-jangan mereka berbeda ibu," batin Tira.
"Lumayan bagus ya..." puji gadis kecil itu.
"Terima kasih," jawab Angga lembut.
"Muka, kak Donny terlihat seperti orang luar. Dan muka om Angga seperti pribumi. Bisa jadi mereka berbeda ibu, tapi kak Donny hanya mengatakan dia kaka kandung om Angga itu artinya hanya 2 kemungkinan. Om Angga dan Kak Donny satu ibu tapi wajah gak mirip. Om Angga adalah adik kesayangan namun, sebenarnya adalah adik Tiri!?" pikir gadis kecil itu.
Angga yang memperhatikan gadis kecilnya merenung pun merasa bingung dan menegur gadis kecil itu.
"Tira," panggilnya.
Namun, Tira tidak menjawab dan masih sibuk dengan pikirannya.
"Athira Chandra!" panggil Angga lagi.
Namun, gadis kecil itu tidak menjawab lagi dan masih sibuk dengan pikirannya.
"Dewa Ayu Athira Chandra! jawab aku," panggil Angga lebih keras.
"Ya!" gadis kecil itu terkejut. Siapa yang tidak terkejut saat seseorang menyebut nama lengkapnya keras-keras.
"Kenapa?" tanya gadis kecil itu.
"Kamu yang kenapa Tira, sejak tadi aku memanggilmu dan kamu malah mengabaikan aku. Dan tidak memakan pizzamu, Apa ada yang salah?" tanya Angga khawatir.
"Tidak, aku hanya berpikir seharusnya aku beli pizzanya dengan chesse bite, bukan yang biasa aja kaya gini!" jawab Tira menunjukkan pizzanya pada Angga.
"Hanya karena pizza, kamu terlihat seperti memikirkan perang dunia ke II. Biasanya aku yang begitu sekarang kamu!" sahut Angga kesal, dengan jawaban yang di dengarnya dari gadis kecilnya itu.
"Pizza itu penting, dan enak... wajar jika aku seperti ini!" bela Tira berusaha membuat dirinya benar-benar memikirkan seonggoh pinggiran pizza yang sangat tidak penting baginya.
"Terserah padamu saja," ucap Angga pasrah.
"Lebih baik om Angga tidak tahu, apa-apa sekarang. Lebih baik kamu berpikir aku aneh hari ini. Daripada aku harus melihatmu terluka lagi..." batin gadis kecil itu.
Ada hal mengancam penerbangan merpati dewasa. Dan merpati kecil berusaha membantunya. Dengan cara yang sedang ia pikirkan.
Haruskah ia membantu dengan membiarkan merpati dewasa itu terbang sendirian.
Atau haruskah dia melakukan keduanya bersamaan.
Hanya di Tira dan Angga...