Chereads / Tira dan Angga / Chapter 34 - Agres Mahesa II

Chapter 34 - Agres Mahesa II

Tidak terasa 6 tahun berlalu Agres Mahesa tumbuh menjadi seorang pria dewasa yang terkenal akan kecerdasan, ketampanan dan sifat dinginnya yang malah membuat hati semua wanita meleleh.

Dengan usia yang sudah mencapai 21 tahun Agres Mahesa mulai membantu Ayahnya bekerja di perusahaan Ayahnya itu. Meskipun Agres sangat membenci ayahnya namun, dia tetap ingin warisan ayahnya itu untuk dirinya dan adik kecilnya Angga.

Dan dengan semua kesibukkan itu Agres jadi kesulitan mengawasi Angga dari ibu tirinya yang selalu kejam pada adiknya itu.

Itulah sebabnya mengapa sering kali Agres hanya berkerja dengan waktu setengah hari lalu pulang setelahnya. Ayahnya sudah sering menegurnya. Namun Agres malah menjawab ayahnya dengan nada ketus dan kasar.

"Kalau kau tidak menikah lagi aku tidak perlu kerja setengah hari papa sialan!"

Dan perdebatan itu di akhiri dengan Agres yang selalu meninggalkan kantor pada pukul 12 siang. Untuk menjemput adik kecil tersayangnya itu.

"Kakak!" Suara riang gembira menhampiri Agres. Dan suara itu merupakan satu-satunya suara yang disukai olehnya.

"Hai, jagoan sudah siap untuk pulang.." ajak Agres.

"Sebentar ya aku panggil Nora dan Sammy dulu," ucap Adiknya ingin memanggil dua anak lainnya.

"Tidak usah!" perintah Agres.

"Kakak, Nora dan Sammy itu adik kita..." tolak Angga.

"Masa adikku cuman satu, tuh!" ketus Agres namun, dengam nada yang rendah karena dirinya tidak mau membuat adiknya takut padanya.

"Kakak adik kakak ada tiga aku, lalu si kembar nora dan sammy," terang Angga.

"Dari Nyonya Lauria Lorent, wanita tercantik di seluruh dunia. Ibumu dan ibuku..." tegas Agres.

"Sudah ayo pulang moodku jelek, nanti supir saja yang menjemput mereka cepat masuk mobil Angga Mahesa!" tegas Agres.

Mendengar nama lengkapnya di sebut anak kecil itu langsung masuk ke dalam mobil. Dan Agres langsung mengarah pulang.

Sesampainya di rumah Agres dan Angga memasuki rumah mereka bersama.

Agres melepaskan tali sepatu Angga dan melepasnya. Lalu memakainya sandal untuk rumah.

"Agres lagi-lagi kamu hanya kerja setengah hari, Adik-adikmu kan bisa dijemput pakai supir..." ucap suara yang sangat tidak asing di telinga Agres dan Angga.

"Angga Mahesa masuk kamar, sekarang!" perintah dia pada adiknya.

Melihat wajah murka kakaknya Angga langsung berlari ke menuju kamarnya.

Agres berdiam diri sejenak sambil mengirakan waktu dan jaraknya adiknya akan benar-benar masuk ke dalam kamar.

Setelah waktunya dirasa sudah pas keluarlah wujud asli pria itu dan menatap ibut tirinya itu dengan tatapan sangat tajam.

"Diam kau setan betina! Kalau kau dan anak-anak sialmu tidak pernah ada aku tidak perlu begini!" Bentak Agres menatap tajam mata ibu tirinya itu.

"Dimana anak-anakku!" tanya wanita itu panik.

"Di jemput supirlah! jangan berharap anakmu bisa masuk kedalam mobil mendiang ibuku..." ketus Agres.

"Agres, aku tidak pernah kasar padamu kenapa kau selalu seperti itu padaku..." pekik wanita itu kesal.

Agres menghampri wanita itu dan mendekatkan dirinya di telinga wanita anak itu.

"Kau menyentuh adikku, kau yang memulainya. Masih bagus aku tidak membunuh anakmu hahaha...." bisik Agres tersenyum sinis lalu pergi meninggalkan wanita itu.

"Agres, kau akan membayarnya!" ancam wanita itu.

"Kau akan mati, sebelum kau bisa membuatku membayarnya..." Agres membalas Ancaman wanita itu lalu masuk kekamarnya.

Saat Agres memasuki kamarnya dia melihat adik manisnya berdiri di hadapanya dengan tangan yang di silangkan dan pipi yang membulat kemerah-merahan.

"Kamu marah lagi, wanita itu yang mulai duluan bukan kakak," bela Agres.

"Hm...." respon Angga cuek dan tetap pada posisinya.

"Angga..." rayu Agres.

"Kakak menyebalkan aku benci kakak," ucap adiknya itu sejak 6 tahun yang lalu gaya marah adik kecilnya itu selalu sama.

Namun, yang berubah bagaimana cara Agres merespon kemarahan adik kecilnya itu.

"Hah... terserah kamu kan sayang kakak, iya kan..." rayu Agres mencubit pipi adiknya itu.

"Enggak, kakakku Agres Mahesa aku benci padamu..." marah adiknya itu.

"Kau menyebut nama lengkapku, dan bilang kau membenciku?" tanya Agres memastikan.

"I... ya," jawab Angga ketus.

"Teganya kau," ucap Agres terkejut.

"Biarin nanti kalau aku sudah besar aku gak mau inget kakak lagi pokoknya saudara aku cuman Nora dan Sammy wle..." marah Adiknya.

Mendengar kata-kata adiknya itu ekspresi wajah Agres berubah pria itu merasa sangat sesak di dadanya. Ini adalah kali pertama Adiknya mengakatakan hal seperti itu.

Dan dirinya sangat tidak menyangka adiknya akan mengatakan hal seperti itu padanya. Mimpi buruk yang di mimpikannya setiap malam.

"Kamu bersungguh-sungguh Angga kamu benci kakak.." ucap Agres dengan nada begetar.

Melihat reaksi kakaknya yang berbeda dari biasanya itu Angga menjadi lulu hati dia menghampiri kakaknya dan memeluknya.

"Aku minta maaf, aku gak bermaksud menyakiti perasaan kakak.." ucap Angga memeluk Agres erat.

"Kakak takut kehilangan kamu Angga, tega kamu sama kakak..." ucap Agres dengan nada bergetar.

Angga melihat air mata keluar dari pipi Agres ini adalah kali pertama dia melihat kakanya menangis. Biasanya kakaknya hanya berpura-pura untuk merayunya tapi, kali ini dia sungguh-sungguh menangis.

Angga merasa sangat bersalah dan mengusap pipi kakaknya itu seperti yang biasa dilalukan saat masih kecil dulu.

"Maafkan aku," ucap Angga mengusap air mata kakaknya itu.

"Kakak takut Angga, kalau itu benar-benar terjadi. Setiap malam kakak terbangun karena mimpi buruk itu..." Agres terus bicara dengan nada bergetar. Dia berusaha menahan tangisnya namun, matanya tidak bisa berbohong.

Angga memeluk kakaknya dengan sangat erat dan terus meminta maaf.

"Jangan katakan kata-kata itu lagi, berapa kali pun aku membuatmu marah. Jangan katakan itu lagi.... kamu tidak boleh membenci kakak, kamu tidak boleh melupakan kakak,dan kamu tidak boleh meninggalkan kakak dan lebih mencintai 2 anak dari wanita sialan itu...." pinta Agres pada adikknya.

"Iya kakak, Aku berjanji. Dan keluarga Mahesa tidak pernah ingkar janji.." ucap Angga menaruh 2 jarinya di kepala sebagai tanda sumpahnya. Dan hal itu membuatnya terlihat sangat menggemaskan di mata Agres.

"Hahaha... kamu imut sekali," gemas Agres mencubit lembut pipi adiknya itu.

"Kakak aku sudah besar sudah 11 tahun," rajuk Angga melepas tangan Agres dari pipinya.

"Hm... gitu ya," Agres menatap adiknya itu dengan wajah sedih.

Melihat wajah sedih kakaknya Angga langsung panik dan berusaha membuat kakaknya senang lagi.

"Enggak! Bukan gitu.. ini cubit lagi sepuasnya nih..." Elak Angga dan memberikan pipinya untuk di cubit oleh kakaknya.

Melihat reaksi adik manisnya itu Agres pun tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha... pipimu ini dari kecil sampai sekarang masih saja menggemaskan..." tawa Agres gembira mencubit lembut pipi adiknya.

"Angga berapa pun usia kamu, untuk kakak kamu selalu adik kecil kakak yang teramat sangat kakak cintai..." ucap Agres pada adiknya.

Dan Agres pun terus mencubit pipi adiknya itu sampai dirinya merasa puas. Sedangkan Angga bersembunyi di balik selimut karena kesal dengan pipinya yang merah sehabis di cubit kakaknya.