Angga memperhatikan gadis kecilnya yang manis. Dia sangat tidak suka melihat kebersamaan Tira dengan pelayannya itu.
"Tira," panggil Angga.
"Ya," jawab Tira singkat.
"Kamu lebih suka denganku atau Donny?" tanya Angga.
"Hm... dua-duanya sama tua, tapi kak Donny lebih hebat tentu saja kak Donny aku realistis. Tapi, aku lebih sayang pada om Angga karena kasih sayang itu tidak bersyarat..." jawab Tira.
"Kenapa lebih suka Donny, apa yang dia miliki yang tidak aku miliki?" tanya Donny.
"Sikap kemimpinan, kedewasaan, dan penguasaan diri yang baik," jawab Tira lugas.
"Ah begitu," Angga menundukkan kepalanya, hatinya entah kenapa terasa sakit mendengar pernytaan dari gadis kecilnya itu.
Seakan-akan cahaya pada dirinya mulai berkurang dan kegelapan itu seperti mengusai dirinya kembali.
"Ya, tidak ada yang sempurna. Kak Donny sangat tegar dan juga dewasa. Sedangkan om Angga ya tidak usah di jelaskan lagi, tapi aku suka caramu mencintaiku dan bicara padaku om Angga itu orang yang samgat memikat, lembut, hangan dan juga kharismatik...." terang Tira.
"Kau tahu, ada kata-kata lebih baik satu orang mencintaimu dari oada seluruh dunia menyukaimu. Dibalik rasa suka itu ada harapan tapi perasaan sayang dan cinta itu sangat tulus," lanjut Gadis kecil itu.
Mendengar pernyataan Tira, wajah pria muda itu memerah dan jantungnya berdebar-debar.
"Hahaha... Tuan Muda Anda tidak perlu cemburu pada saya, Tira adalah seseorang yang menjadi kakak kelas anak saya jika anak dia masih hidup sekarang..." ledek Donny.
"Memang usia anak Anda seharusnya berapa?" tanya Tira.
"Dia seharusnya lahir 2 bulan kemudian sebelum meninggal kira-kira 17 juli 2001, hah... aku bahkan tidak tahu wajahnya, tapi seingatku dokter mengatakan bahwa dia berjenis kelamin perempuan," jawab Donny datar.
"Itu sebabnya saya senang sekali melihat nona kecil bermain, mungkin kalau anak itu sudah besar berusia 13 tahun dia akan menjadi seperti nona kecil," lanjut Donny tersenyum.
"Aku yakin, anak kakak akan lebih cantik. kalau melihat wajahmu aku yakin. Ya kecuali jika istrimu jelek mungkin dia tidak akan secantik itu...." ucap Tira.
"Hahaha, istriku adalah perempuan tercantik di dunia nona kecil," ujar Donny.
"Punya fotonya?" tanya Tira.
"Ya aku juga pernasaran bisa kulihat wajah istrimu Donny!" pinta Angga.
"Ya, aku tidak punya fotonya," ucap pelayan itu.
"Kenapa?" tanya Tira.
"Jangan tanyakan hal seperti itu Tira..." tegur Angga.
"Tapi itu istrinya, papaku menyimpan foto mamaku di dompetnya. Dan om Angga bahkan masih memajang bingkai tante gila itu, lalu kenapa kak Donny tidak punya foto istrinya?" tanya Tira.
"Hm... pertanyaan yang bagus. Kenapa kau menyimpan foto istrimu Donny," Angga akhirnya pernasaran.
"Saat istriku meninggal keluarga mengambil semua peninggalannya. Semua termasuk foto-foto yang tersedia, dan mereka tidak mengijinkan ku satu benda pun. Cincin ini adalah satu-satunya hal yang berhasil aku simpan..." jawab Donny terus memandangi cicin pernikahannya.
"Kalian berdua sama saja, korban ditinggal wanita. Yang satu ditinggalkan oleh maut, sedangkan satunya oleh perselingkuhan. Kasihan sekali kalian sepertinya wajah tampan kalian tidak berguna. Lihat ayahku berwajah pas-pasan tapi istrinya terus berada disampingnya..." ucap gadis kecil itu membanggakan ayahnya.
Kedua orang itu memandangi wajah Tira dan terdiam kerena yang dikatakan gadis kecil itu adalah benar.
"Itulah sebabnya para pujangga mengatakan, ketampanan dan kekayaan dan kesetiaan seorang pria, akan kalah oleh oleh mereka yang selalu mendoakan wanitanya.." teramg gadis kecil itu Angkuh.
"Papaku berdoa untuk ibuku setiap hari agar dia beumur panjang dan selalu setia dalam pernikahannya..." lanjutnya.
"Kalian tidak ada apa-apamya dibanding dengan papaku! Apalagi papaku punya 2 asper terkahir kaya dan setia hahaha..." ucap gadis kecil itu dengan bangga.
"Ya seperti yang mereka katakan, terkadang saingan seorang pria merupakan ayah, dari gadis yang mereka cintai," celetuk bu Linda yang datang membawa makanan.
Kedua pria itu pun menjadi salah tingkah Donny yang memimkirkan nasib Angga. Sedangkan Angga yang merasa gugup sendiri.
"Kasihan kamu dik," batin Donny.
Bu linda menatap mata Donny karena bingung dengan situasi yang mereka hadapi. Sedangkan Donny hanya bisa pasrah dnegan situasi adiknya.
Tira yang melihat Bu linda membawa makanan, langsung mengambil makanan itu dan memakannya sendirian.
"Hahaha, om belum boleh makan ini!" ejek Tira.
"Sebentar lagi saya akan keluar dari rumah sakit Tira lihat saja nanti..." ucap pemuda itu.
"Cepatlah! Aku menunggu-nunggu hal itu," seru Tira dengan senyum 1 juta wattnya.
Wanita tua itu memberikan kode mata pada Donny. Donny pun ijin meninggalkan kamar pada Tira dan Angga.
Lalu beberapa saat kemudian, Bu Linda melakukan hal yang sama menyusul Donny.
Tira membuka pintu kamar rumah sakit dan melihat sekitar lorong yang sudah kosong. Kemudian dia menutup pintu kamar rumah sakit itu kembali.
Angga memeperhatikan gadis kecil itu dengan seksama dan dia bisa merasakan bahwa gadis kecil itu mencurigai sesuatu.
"Apa yang kamu pikirlan Tira?" tanya Angga.
"Kak Donny itu tidak normal," jawab Tira.
"Kau bilang, kau suka dia lalu kemudai mengatakan dia tidak normal saat di belakangnya..." tegur Angga.
"Aku mengatakan hal itu karena aku, ingin dia percaya hal itu. Kak Donny itu tidak normal, tidak ada seorang pria normal yang tidak menyimpan wajah istrinya di dompet atau ponsel mereka. Keluarga istrinya boleh mengambil semua tapi dia tidak mungkin tidak punya fotonya sama sekali..." ujar Tira.
"Kamu terlalu berlebihan, orang itu berbeda-beda..." tegur Angga.
"Ya tapi, anehnya dia menyimpan foto nenek Linda di ponselnya, itukan tidak normal!" ketus Tira.
"Apa! Darimana kamu tahu?" tanya Angga terkejut.
"Saat meminjam ponselnya, aku melihat wajah nenek tua itu," jawab Tira.
"Ya mungkin itu ponsel lama bu Linda, kamu tahu para pelayan dirumahku selalu menggunakan ponsel lama kami..." terang Angga yang masih berusaha membela pelayannya.
"Dia bisa menghapusnya, sesibuk apa dia sampai tidak bisa melakukannya," ucap Tira curiga.
"Aku akan menyusul mereka! mereka pasti sedang pacaran," Tira pernasaran.
"Tira.." tergus Angga.
"Dadah..." ucap gadis kecil itu meninggalkan kamar.
Angga terlihat pasrah dengan kelakuan gadis kecilnya itu. Ini bukanlah pertama kali dirinya di bantah oleh gadis kecilnya, sedangkan Donny dan Bu Linda sedang duduk berduaan di taman rumah sakit.
"Anda sedikit terbuka hari ini Tuan Agres," ucap wanita tua itu.
"Aku ingin Angga tahu kehidupan ku, meskipun dia tidak tahu bahwa aku adalah kakaknya..." ujar pria itu.
"Hm.. Nyonya, bagaimana dengan rumah kosong itu sudah cari tahu pemilik sebelum tinggal sekarang," tanya pria itu.
"Tidak, mereka sulit di lacak.." jawab wanita tua itu.
"Sial, padahal hanya itu harapanku. Cuman mereka yang tahu kejahatan wanita sial itu!" pekik pria itu kesal.
"Tuan Agres!" tegur wanita tua itu.
"Aku lelah, terus memburu wanita sial itu. aku lelah Nyonya..." ujar pria itu tersungkur dan menanngis.
"Aku lelah," tangisnya.
"Bersabarlah Tuan Agres," hibur wanita tua itu memeluknya.
"Sudah kuduga!" Teriak seorang gadis kecil dengan suara tidak asing.
"Nona kecil," ucap pria itu terkejut, dia sangat takut jika rahasia akan terungkap.
"Tira, sudahku duga apa?" tanya wanita itu, karena dirinya berpikir bahwa dia yakin Tira tidak mendengar percakapan mereka.
"Kalian itu pacaran!" jawab Tira.
Mendengar jawaban Tira, kedua orang itu pun benafas lega. Dan langsung tertawa terbahak-bahak.
"Tidak, kami hanya.."
"Tenang aku tidak akan adukan om Angga, tapi boleh aku minta 100 ribu. Aku ingin pesan pizza.." sela Tira meminta sogokkan.
"Yang benar saja!" tolak wanita tua itu.
"Kalau begitu akan ku katakan pada om Angga kalian pacaran, wah calon ayahnya muda sekali..." Ancam Tira sambil mengejek dua orang di hadapannya itu.
"Ini ambil, dan pesanlah pizza..." ucap Donny langsung memberi uang 100 ribu itu ke tangan Tira.
Tira yang gembira pun langsung pergi meninggalkan dua orang itu.
Wnaita tua itu pun sangat marah dan menegur pria itu.
"Kenapa Anda memberikannya!" bentak wanita tua itu.
"Tira bukan anak bodoh, Nyonya Linda dia tahu semuanya. Gadis kecil itu ha ya berpura-pura. Anggaplah uang itu adalah kesepakatan kita dengan dia. Aku bisa melihat sorot matanya itu...." ujar pria itu.
"Bagaimana Anda yakin?" tanya wanita tua itu.
"Saat pertama kali kita datang ke rumah Amgga, gadis kecil itu terus mengawasi gerak gerik kita. Dia bukan orang yang gampang percaya hal-hal konyol..." ungkap pria itu.
"Rasa pernasarannya tinggi dan instingnya sangat kuat. Bahkan jika aku tidak memasang kamera cctv sekitar rumah Angga. Aku tidak akan tahu kalau dia mengawasi kita. Gadis kecil itu lebih kuat dan hebat dari kita, kalau dia berusia 16 tahun kita dalam masalah besar...." lanjutnya.
"Aku tahu dia pintar, tapi aku tak menyangka dia segenius itu..." ucap Linda.
"Itulah calon adik iparku.." ucap pria itu tersenyum.
"Ya.. adikku mu masih sulit move on dari perempuan sial itu," ucap wanita tua itu.
"Tidak mungkin dia tidak terpesona dengan gadis seindah Tira, Dia persis ibu kita.." ungkap pria itu.
"Hah... mungkin Anda benar," ucap wanita tua itu setuju.
Disisi lain Tira berjalan jauh dan keluar dari rumah sakit. Gadis itu sangat terkejut dengan semua hal yang dia dengar.
"Jadi dugaan pertamaku benar, tapi dia mengatakan ibunya meninggal? That non sense," Tira merenungkan semua merenungkan semuanya di balik pikirannya.
Gadis kecil itu tidak mau ada satu manusia yang mengetahui hal ini selain dirinya sendiri. Apalagi mereka sudah bersepakat dengan uang 100 ribu ini.
"Hah.. seharusnya aku minta lebih!" gerutu Tira.
Tira melihat uang 100 ribu dan berpikir keras dan dia pun merencanakan sesuatu.
"Aku akan berjanji untuk tidak memberi tahu om Angga bukan berhenti menyelediki mereka bukan," ucapnya dalam pikirannya.
"Hahaha!!" Tira tertawa sepajang perjalanan.
Merpati kecil merencanakan sesuatu hal yang besar!
Sedangkan merpati dewasa itu mulai mengepakkan sayapnya untuk pergi...
Apakah mereka bisa terbang bersama?
Atau mereka akan berlawanan arah?
Hanya di Tira dan Angga...