Sejak mendapatkan perkejaan dan kembali ke universitas. Angga sangatlah sibuk hingga dia jarang meluangkan waktu dengan gadis kecilnya itu.
Angga merasa sangat bersalah pada Tira, dan sering meminta maaf padanya. Tapi gadis kecil itu hanya menanggapi dengan santai.
Bahkan, dia sangat senang melihat Angga bisa bekerja dan menjalani hidup sebagai mahasiswa, yang dimana memang sudah layaknya Angga kuliah dengan usianya yabg sekarang.
Terkadang Tira menemani Angga belajar, terkadang Tira menunggu Angga pulang kerja. Tidak ada hari yang mereka lalui tanpa Tira yang menunggu Angga.
Setiap hari Angga akan disambut dengan gadis cantik itu yang sedang menunggunya dilapangan. Bahkan, gadis kecil itu menunggu sambil membawa cemilan untuk diberikan kepada Angga supaya pemuda itu bisa memakanya saat kuliah malamnya.
Suatu hari, hal yang tidak biasa terjadi saat gadis kecil itu menunggu kehadiran Angga. Sudah satu jam lebih di tidak melihatnya, gadis kecil itu pun dan memutuskan mencari Angga ke sekeliling komplek perumahan iru.
Saat dalam pencariannya dia mendengar suara yang tidak asing baginya. Dan benar itu adalah suara dari om kesayanganya itu.
Tira menghampiri suara itu, ternyata Angga sedang berbicara dengan Miko kakak sepupunya. Tira yang pernasaran langsung bersembunyi untuk mengetahui percakapan kedua laki-laki itu.
"Pak Angga, jadi bagaimana bapak mau kan. ." tanya Remaja itu pada Angga.
"Akan saya pikirkan... lagi," jawab Angga ragu.
"Ayolah! Pak bantu saya..." mohon remaja itu padanya.
"Hm... tidak!" tegas Angga lalu pergi.
Saat mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh kedua laki-laki itu. Tira pun menjadi pernasaran dan curiga. Dia sangat ingin tahu, tapi dia tidak mungkin menanyakannya pada Angga.
Tira pun terus berpikir apa yang dibicarakan oleh kedua orang itu. Dia berjalan dengan kikuk dan mengacak-acak rambutnya itu. Lalu, seorang secara tiba-tiba memegang pundaknya. Saat Tira melihat tangan pria itu, dia langsung mengenal siapa pemilik dari tangan itu.
"Om Angga... sedang apa!?" tanya Tira terjekut.
"Saya... sedang mengikuti kamu... yang habis menguping saya tadi..." jawab Angga tersenyum santai sambil menggigit bibir tipisnya itu.
Jatung Tira berdebar kencang, dia terkejut dengan apa yang dikatakan oleh om kesayanganya itu.
"Tir... hahaha... saya hafal bunyi hentakan kaki kamu, nak!" Angga melipatkan tanganya di dada dan tersenyun nakal melihat wajah malu dari gadi kecilnya itu.
"Ka.. kalau seperti itu, boleh aku tanya sesuatu..." Tira yang sudah ketangkap basah akhirnya melakukan niat yang ditahan sejak tadi.
"Hah!? Apa.." tanya Angga balik.
"Boleh... kan om.." tanya gadis kecil itu lagi.
"Ya," jawab Angga singkat.
"Apa yang sedang om bicarakan dengan kak Miko!?" tanya Tira singkat.
"Ah.. itu! Kaka sepupumu itu... ya... dia... dia.. Minta aku untuk... hm.. menemani di kencan pertamanya..." jawab Angga ragu.
"Hah!? idih aneh banget sih dia..." ucap Tira terkejut.
"Yup! Bahkan, nak Miko mau saya membantu semua prosesnya. saya masih takut Tira.."
"Takut.. takut Apa?" tanya Tira.
"Takut dengan sesuatu yang berhubungan dengan cinta..." jawab Angga lirih
"Benarkah!? tapi... kenapa waktu itu memberiku kado Valentine?" tanya Tira.
"Valentine itu hari kasih sayang, Sayang dan Cinta itu berbeda... Aku sayang padamu, tapi itu bukan cinta... Cinta itu seperti saya pada Diana.. padahal saya sudah bilang ingin berhenti... tapi cinta itu tidak mengenal kata henti..." terang Angga
"Tidak cinta itu mengenal kata henti, saat... sang pemilik hati itu menerima kalau kita pernah mencintai... saat manusia sulit menerima bahkan menolak cinta akan semakin sulit dilepaskan.. begitulah.. katanya," sahut Tira.
Angga sontak terkejut dengan jawaban gadis kecil yang ada di hadapannya ini. Dia merasa seperti dihadapkan, bukan dengan sosok anak kecil pada umumnya tapi, dirinya sedang berhadapan dengan seorang wanita dewasa.
"Tira!" panggil pemuda itu.
"Ya..." jawab gadis kecil itu singkat.
"Bagaimana cara kamu, bisa melihat dunia begitu... berbeda dengan anak seusia mu?" tanya Angga sambil menyentuh lembut hidung mansung gadis kecilnya itu.
"Apa!?" tanya Tira kikuk.
"Sudah lupakan..." jawab Angga pasrah, dia sadar bagaimana pun Tira itu hanyalah seorang gadis kecil yang polos.
"Ih... apa.." tanya Tira yang masih pernasaran dengan maksud pertanyaan Angga.
"Tidak ada Tira... lupakan ya..." jawab Angga lembut.
"Ah.. gak seru om Angga mah... begitu... terangkanlah aku jika aku tidak mengerti, beritahu aku jika aku salah! Dan tuntunlah aku ke arah yang benar!" ucap Tira.
Sontak Angga pun terkejut dengan kata-kata Tira, mata pemuda itu membulat. Dia sangat mengingat ada seseorang yang pernah mengakatan hal itu padanya.
"Darimana kamu dapat kata-kata itu, si... siapa yang mengajarimu!?" tanya pemuda itu menggenggam kedua pundak gadis itu dengan gerakan tiba-tiba.
"Ada apa!?" tanya Tira terkejut dengan perubahan sikap pemuda itu.
"Darimana kamu dapat kata-kata itu!?" tanya Angga lagi.
"Maksudnya apa sih... itu aku yang bikin sendiri..." jawab Tira melepas genggamman pemuda itu dari pundaknya.
"Maaf, sudah kasar," ucap pemuda itu lembut sambil meremas rambutnya.
"Tak apa," ucap Tira lembut.
"Menekanmu," Angga menunduk.
"Tak masalah.." ucap Tira lebih lembut.
"Maaf karena hal itu membuatmu bingung, terkejut dan terluka..." ucap pemuda itu lirih.
"Santai..." balas Tira tersenyum.
"Tapi, om kenapa..." tanya Tira bingung.
"Aku... aku pernah dengar kata-kata itu sebelumnya... saat aku berusia lebih muda dari kamu sekitar 13 tahun yang lalu... ada seorang anak perempuan yang mengatakan kata-kata yang persis dengan yang kamu katakan..." jawab Angga menunduk.
"Siapa!?" tanya gadis kecil itu pernasaran.
"Namanya Amora Cintrawani... temanku saat sekolah dasar... sebelum bertemu Diana dia... cinta pertamaku... tapi mendadak... dia pindah sekolah dan aku tak pernah bertemunya lagi..." jawab Angga pada Tira.
"Wow! so sweet cinta pertama... hm.. kita cari yuk!" ajak Tira pada Angga.
"Hahaha.. Tira saya.."
"Ayolah!" sela Tira.
"Pasti dia bisa menghilangkan trauma om Angga.." paksa gadis kecil itu padanya.
Angga menjadi sangat bingung, disisi lain karena Tira. Mendadak dia merindukan sosok Amora itu. Namun, disisi lain dia takut jika Amora sudah jadi milik orang lain. Apalagi sudak 13 tahun mereka tidak bertemu.
"Kalau dia su..."
"Shush!! jaman sekarang perempuan umur 23 tahun, jarang yang sudah menikah..." sela Tira mencoba memaksa Angga.
"Punya.. pa..!?"
"Ih... pesemis aja...nih.." sela gadis kecil itu kesal.
"Pokoknya! kita harus cari, aku kan persaran... seperti apa sih oerempuan yang ounya kata-kata sama denganku itu... ya kalau diasudah punya pacar, ya... kan yang penting rasa pernasaran aku terpuaskan..." ungkapnya.
"Ya.. ya.. tapi... tidak sekarang... nanti setelah kelulusanmu!" tegas Angga pada Tira
"Ah.. Om Angga! Iya deh daripada enggak sama sekali.." gerutu Tira kesal.
Akhirnya Kedua merpati itu pun memulai misi pertama mereka. Dengan saling berjabat tangan mereka berjanji untuk memulai pencarian setelah kelulusan Tira.
Dan inilah awal yang sesungguhnya...