Sudah memasuki bulan-bulan mendekati Ujian Kelulusan atau sekarang yang disebut Asesmen Nasional.
Disaat kawan-kawan yang lain sibuk untuk belajar dan mulai les privat. Tira sedang duduk santai di rumah Angga sambil belajar memasak bersama dengan ibu Linda.
Siapa sangka, Jika dua orang yang saling berselisih ini akhirnya akan berteman. Meskipun niat Tira hanyalah memanfaatkan keahlian memasak ibu Linda.
Namun, setidaknya keakraban mereka mereka yang terlihat baik. Bisa membuat Angga tenang saat dirinya berkerja dan Kuliah. Kerena kedua orang yang terdekatnya itu, tidak bertengkar.
Hari ini Tira meminta Bu linda untul mengajarinya membuat coklat. Dirinya masih dendam atas apa yang terjadi padanya 3 bulan lalu saat Valentine.
Bu Linda pun mengajari Tira, step to stepnya dengan sangat baik. Dan Tira pun mengikutinya dengan baik. Sebenarnya gadis kecil itu merasa malu jika harus meminta bantuan dari Bu Linda.
Namun, Tira merasa jika dia akan lebih malu meminta bantuan pada ibunya. Setelah menolaknya berkali-kali.
"Hm.. sekarang masukan di cetakan ini hanya perlu diletakkan di kulkas.."
"Baik..."
Setelah menaruh coklat itu di kulkas, kedua perempuan itu pun saling berbincang-bincang tentang Angga.
"Tira, apa yang kamu pikirkan tentang
Angga?" tanya wanita tua itu.
"Mengapa Anda ingin ingin tahu!?" sahut gadis kecil itu bertanya balik.
Bagi Tira semua hal tentang Angga adalah hal yang penting. Dan jika, ada yang ingin tahu apa yang dipikirkan tentang Angga menurutnya itu sangat mencurigakan.
"Ingin tahu saja, bagaimana.. seorang anak kecil seperti kamu bisa berteman akrab dengan pria dewasa seperti Angga.." jawab wanita tua itu tersenyum.
"Ay... ya sebenarnya jawabanya cukup serdehana... tapi, membicarakannya agak sangat aneh..." sahut gadis kecil itu.
"Mengapa!?" tanya wanita tua itu.
"Pertemanan kami mengalir. Seiring berjalanya waktu, tidak ada alasan khusus. Atau keinginan lain, tapi yang membuat hal itu menjadi alasan adalah ketika aku... aku merasa harus berada disamping om Angga kerena dia selalu kesepian," jawab Tira lembut.
"Apakah ada perasaan lebih!?" tanya wanita tua itu.
"Perasaan seperti apa!?" Tira bertanya balik.
"Ya... seperti apapun itu, entah ya.. kamu pasti mengertikan!?" terang wanita tuan itu.
"Tidak! Aku hanya merasa, aku harus disisinya. Karena setelah aku menghentikan Om Angga bunuh diri.. dia belum sepenuhnya pulih... tangannya penuh dengan bekas luka silet... butuh waktu sekitar 6 bulan untuk menghentikannya... jadi aku hanya ingin menjaganya saja.." sahut gadis kecil itu.
Wanita tua itu pun terpana dengan jawaban gadis kecil itu. Dia memang sering mendengar Angga mengatakan bahwa Tira adalah gadis yang berbeda dengan anak sesusianya.
Namun, dirinya sangat tidak menyangka akan mendengar jawaban yang sangat-sangat dewasa. Bu Linda sangat paham jika, Tira tidak mengerti tentang cinta.
Namun, Bu Linda semakin paham jika Tira sudah memiliki dasar dari rasa cinta. Hal itu disebut kasih sayang dan perhatian.
"Tira apakah kamu ingin selalu di samping om Anggamu itu seumur hidupnya!?" tanya wanita tua padanya.
"Tidak, dalam hidup atau mati lalu dilahirkan kembali. Aku dan om Angga akan selalu menjadi teman baik..." jawab Tira menatap wanita tua itu.
Wanita tua itu tersenyum tanda dia mengiyakan jawaban anak itu. Tira tersenyum geli, melihat senyuman nenek tua itu.
"Saat aku dewasa aku akan menjadi Ahli skiater, aku ingin menolong orang seperti om Angga... keren kan.." ucap gadis kecil itu tersenyum.
"Ya, lumayan untuk bocah setahu sepertimu.." balas wanita tua itu.
"Idih.. nenek, sirik aja!" sahut gadis itu terkekeh.
"Dasar kamu ya!!" geram wanita tua itu kesal.
Mereka berdua pun akhirnya saling bertengkar lagi. Dan mereka pun berhenti saat sang pelayan mengingatkan. Jika, Angga sudah sampai di rumah.
"Selamat datang om.." sambut gadis kecil itu terseyum.
"Apa yang kamu lakukan disini.. tidak belajar!?" tanya Angga dengan wajah bingung.
"Aku bosan... lagi pula berkat om, seluruh materi ya jadi sangat mudah.." jawab gadis kecil itu angkuh.
"Meski begitu kamu tetap harus melatih pelajaranmu, aku tidak mau kamu gagal di ujian kelulusanmu.." ujar pria muda itu.
"Baik, baik... aku akan belajar! Bagaimana kalau nanti hari minggu om bantu aku belajar..." pinta gadis kecil itu.
"Seperti yang kau pinta nona kecil," jawab Angga tersenyum kecil.
"Yosh! Baik aku pulang dulu ya.. sampai jumpa besok..." pamit gadis kecil itu.
"Ya, hati-hati.." jawab Angga, pemuda itu melihat gadis kecil itu berjalan jauh. Lalu, dia diam-diam mengikuti gadis kecil itu.
Sejak peristiwa penculikan Tira, Angga selalu mengawasi Tira. Bahkan, ketika dirinya sedang bekerja atau Kuliah. Dia akan meminta Donny untuk mengikuti Tira sampai dia masuk kedalam rumahnya.
Melihat Tira yang masuk kedalam rumahnya merupakan hal yang sangat menenangkan bagi Angga.
Setelah mengikuti Tira, pemuda itu pun kembali ke rumah dan mengganti seragam kerjanya dengan pakaiannya untuk kuliah.
Ketika Angga hendak keluar kamar Bu Linda pun memanggil Angga dan bicara kepadanya.
"Angga, kapan kamu akan berhenti takut... dan terus mengikutinya sepanjang waktu..." tanya wanita tua itu padanya.
"Sampai saya mati, saya akan melakukannya.. kita harus waspada... itu adalah prinsip.." jawab Angga menatam tajam wanita tua itu.
"Mengapa kamu melakukan itu, perasaan apa yang kamu miliki terhadap gadis kecil itu?" tanya wanita tua itu.
"Sebuah rasa yang disebut takut kehilangan... dimana aku tidak akan mendengar atau melihat dan merasakan keberadaan Tira di belahan bumi mana pun... tidak peduli apa kata orang, saya akn melakukan hal ini tanpa jemu!" tegas pemuda itu.
"Kesepian itu sakit, dan kesenyian tidak membawa ketenangan... tapi kebisingan dan kehadirannya membawa kesembuhan dan ketenangan. Bahkan meski, suaranya sangat nyaring... aku tidak mau kehilangan hal itu.." lanjut pemuda itu.
"Kamu mencintainya!?" tanya wanita tua itu terkejut.
"Tidak, dan meskipun iya... aku tidak pantas!" Aku tidak pantas..." jawab pemuda itu sendu.
"Angga... hm.. pergilah kuliah, jadilah pria hebat... dengan begitu kamu akan merasa pantas. Jika seandainya kamu mulai mencintai dia..." ucap wanita tua itu menasihati Angga.
"Aku akan menjadi hebat untuknya meski, aku tidak mencintainya dan meski dia tidak mencintaiku... karena aku sayang padanya dan untuk dapat bangun dari itdur ini setiap pagi... aku hanya perlu memikirkan hal itu..." jawab Angga.
"Baiklah, saya pamit dulu Bu Linda... hati-hatilah selagi saya tidak di rumah..." Angga pun berpamitan pada Bu Linda dan pergi meninggalkan rumah.
Bu Linda menatap pemuda itu dengan senyum sendu. Dia sangat paham perasaan yang dirasakan Angga saat ini.
"Angga, kamu itu... ternyata seorang pria yang lambat... masih saja memikirkan wanita murahan itu..." guman wanita tua itu kesal.
Rasa mulai bangkit, cinta mulai ditanam. dan kasih sudah berbunga.
Apakah mereka akan tumbuh subur...
Tidak ada yang tahu kapan cinta akan terjadi...
Cinta berbunga pada masanya, cinta yang di tanam lewat kasih yang lembut menghasilkan buah yang manis.
Menunggunya tumbuh adalah sebuah mistery. Dan bisa menyaksikannya tumbuh adalah sebuah anugerah.
Marilah kita bersama-sama menyaksikan tumbuhnya kisa cinta ini.