Farrel meremas gemas hasil test minuman yang di minum oleh Firman.ternyata dalam minuman nya telah dicampur obat perangsang dalam dosis tinggi oleh Vina..!
Karena malu atas kejadian itu,Firman mengundurkan diri.Dia tidak sanggup untuk bertemu dengan suster Anjani,wanita yang di kagumi nya diam diam.
Farrel berusaha menahannya,namun Firman sudah bulat dengan tekadnya.
"Tidak apa apa dok...saya mau mengundurkan diri,karena saya tidak mau suster Anjani trauma setiap melihat saya.."ucap Firman mantap tanpa keraguan sedikitpun.
"Yang penting nama saya tidak tercoreng oleh kejadian memalukan itu, dan memang benar minuman itu telah di bubuhi obat perangsang..."
"Maafkan aku,Man...seharusnya minuman itu tertuju padaku...ini malah..."desah Farrel sedih dan serba salah
"Tidak apa apa..dokter jangan merasa bersalah...anggap saja saya tidak berjodoh lagi bekerja disini dok..."
Karena Firman sudah bulat dengan tekadnya,akhirnya Farrel memberikan pesangon yang setimpal untuk Firman.
"Man...jika kamu sudah tenang ..dan belum mendapatkan pekerjaan...kamu tau kemana harus kembali kan...??"
Farrel menghela nafasnya,hatinya terasa berat melihat Firman yang menjadi korban kegilaan Vina Sasono!
"Pintu rumah sakit Stella Maris selalu terbuka untukmu,Man..."
"Terima kasih,dok..."
Firman mengulas kan senyum yang begitu tulus kepada Farrel sebelum menghilang di balik pintu ruang praktek Farrel.
Farrel segera membenahi tasnya setelah menyerahnya semua status pasien kembali kepada suster Tika.
Wajah Farrel tampak lelah dan murung,bertubi tubi masalah datang menimpa rumah tangganya ,masalah Firman dan suster Anjani hingga kini Anggun juga terkena imbasnya ,semuanya terhubung pada cinta sialan adiknya dengan sang mantan artisnya itu..!kekasihnya yang sakit jiwanya!
Suster Tika mengerti kemelut yang tengah di hadapi oleh dokternya
"Dok...Tuhan sedang menguji...tapi percayalah Dia tidak akan memberi cobaan yang melebihi kemampuan kita..."
Farrel tersenyum mendengar ucapan suster Tika sebelum berjalan keluar dari ruangannya.
"Terimakasih,suster..."
Hari ini Farrel menyetir sendiri karena pak Santo ijin tiga hari untuk menikahkan anaknya.dan Farrel typikal yang tidak mau mengambil pusing mencari supir pengganti sementara tokh cuma tiga hari apa salahnya menyetir sendiri...?
Begitu Farrel keluar dari lobby rumah sakit menuju parkiran mobil,tiba tiba muncul Devina dari belakang mobil Farrel terparkir.
"Apa kabar,dokter Farrel...?"sapa Devina dengan suara manjanya yang khas.
"Aku merindukan kamu dokter..."
Astaga..!Farrel terlonjak kaget begitu melihat Devina sudah berdiri di depannya tanpa merasa bersalah sedikit pun setelah masalah minuman yang dibubuhi OP, melempar rumahnya dengan batu dan menabrak Novi ..seakan tidak terjadi apapun..!
"Ada apa kemari lagi..??"tanya Farrel gusar namun dia berusaha menahan emosinya karena bagaimana pun Devina seorang wanita..!
"Masih waras kah kamu,setelah sekian banyak kekacauan yang kamu timbulkan...??"
"Otakku masih waras,dokter...namun aku tidak bisa berfikir waras sejak pertama kali melihatmu..."sahut Devina dengan senyuman nya yang menggoda.
dan tanpa ragu ragu dia mendekati dan meraih tangan Farrel.
Tapi Farrel buru buru mengelaknya dan mundur ke belakang beberapa langkah
"Kamu harus segera konsultasi ke dokter spesialis jiwa...!"keluh Farrel kesal dan merasa tidak nyaman.
"Aku bukan Febrian...!!!"
"Aku tau...!!!"cetus Devina acuh tak acuh.
"Justru kamu bukan Rian...aku menjadi tertarik padamu,dokter Farrel...!"
Sudah benar benar gila...!tapi percuma berdebat dengan orang yang sudah kehilangan kewarasannya seperti wanita ini.buang buang waktu..!
Farrel menghela nafas panjang.
"Menyingkirlah dari mobilku..sebelum aku berubah pikiran melaporkanmu ke polisi!!"ancam Farrel muak
Devina tersenyum senang mendengar ancaman Farrel.
"Baiklah...aku berjanji tidak akan mengusikmu lagi,dokter....tapi...antarkan aku pulang...!"
Devina berjalan mendekati Farrel dan kini mereka berada di jarak yang sangat dekat ketika Farrel telah membuka pintu mobilnya.
"Ayolah...untuk kali pertama dan terakhir kali nya.."pinta Devina dengan wajah memelas.
"Masuklah...!!"sahut Farrel ketus
"Tapi ..jika kamu mengusik keluargaku lagi..aku tidak akan segan padamu lagi..!!"
Devina melompat kegirangan dengan seyuman kemenangan dibibirnya dan berlari ke sisi kiri mobil Farrel.
Farrel menyalakan mesin mobilnya dan begitu Devina masuk dan duduk di samping kirinya,Farrel langsung melakukan mobilnya meninggalkan rumah sakit
Devina duduk menantang dan sengaja membiarkan roknya tersingkap supaya Farrel dapat berpaling kepadanya
namun Devina tidak menyadari..Farrel bukan typikal pria yang mudah tergiur.dia memiliki otak yang encer,lebih lebih dia seorang dokter yang mengetahui jika wanita ini memiliki kelainan jiwa,pastinya membuatnya untuk lebih waspada..!
Farrel pura pura tidak melihatnya dan terus melajukan mobilnya ke arah jalan menuju jalan yang disebutkan Devina barusan sebagai alamat rumahnya.
Devina tiba tiba sengaja membungkuk dan meraba raba seperti mencari sesuatu di dekat tempat duduknya.
"Cari apa...?"tanya Farrel heran karena tidak merasa Devina membawa sesuatu ketika masuk ke dalam mobilnya
"Duduklah diam diam..percuma saja..!aku bukan Febrian ..dan kita tidak memiliki kisah apapun..jadi tidak perlu sibuk menarik perhatian..."
Devina hanya menyeringaikan senyuman ketika mendengarkan ucapan Farrel barusan.meski terdengar ketus..tapi Devina menyukainya..!
"Tentu ..Rian mudah di tahlukkan..dan kamu berbeda dengannya,dokter...!"jawab Devina sambil tertawa lunak
"Tapi...hatimu bukan terbuat dari batu,bukan...???"
Tiba tiba Devina menyentuh paha Farrel dan meremasnya dengan sedikit kekuatan.
Farrel terlonjak kaget seketika, bersamaan dengan sorot cahaya lampu yang amat terang menyilaukan pelupuk matanya dari mobil yang datang dari arah berlawanan.
Devina memekik ngeri seketika.
Farrel membanting stir nya kekiri dan mobil itu berlalu begitu dekat dari samping mobil nya.Farrel berhenti di pinggir badan jalan dan menabrak trotoar.
Sesaat Farrel terhenyak dari jok nya dan keringat bercucuran turun dari pelipisnya,setelah melewati maut yang baru menyapanya.
dan ketika tersadar,Devina telah memeluk nya dengan erat.
"Kamu gila,Vina...!!"desis Farrel kesal lalu berusaha keras melepaskan pelukan Devina dari tubuhnya.
"Sa..saya..takut sekali..."gumam Devina lirih
sambil mempererat lengannya kuat melingkari bahu Farrel dan menyandarkan kepalanya disana.
"Biarkan aku memelukmu sesaat..dokter..."
"Kamu harus berhenti,Vina...!!aku bukan Rian..kembali dan minta maaf padanya jika kamu masih menginginkannya...!"sahut Farrel sambil melepaskan lengan Devina dari bahunya.
"Kamu tidak terluka bukan...??"tanya Farrel sambil memeriksa Devina sekilas karena wajah Devina masih terlihat pucat .
Untuk sesaat Devina dapat merasakan perbedaan antara Farrel dan Febrian.
Farrel memiliki sisi dewasa dan kehangatan yang tidak pernah dia dapatkan dari Febrian.
"Kenapa kamu begitu baik,dokter...??"
"Karena kamu pasienku...dan kini kamu berada dalam mobilku...aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu...!"
Lalu tanpa berkata lagi,Farrel melajukan mobil dan membawa Devina pulang ke rumah.
"Kita sudah sampai..turunlah..!!"cetus Farrel begitu mereka telah tiba di alamat yang disebutkan oleh Devina .namun Devina masih tampak tidak bergeming dari tempat duduknya sambil terus memandang lekat ke wajah Farrel.begitu mengganggumi sosok pria ini.
"Kita sudah sampai didepan rumah,turunlah.."
"Tidak ingin mampir ...??"tanya Devina ketika Farrel sudah membuka seat beltnya.
"Terimakasih...sudah malam..dan tidak pantas ...karena aku sudah menikah dan tidak ingin kamu semakin terjebak dalam kesalahpahaman...kumohon...!"
Devina menangkupkan kedua tangannya di rahang kokoh Farrel dan melihatnya dengan tatapan penuh gairah
aroma parfum Devina yang begitu menyengat membuat nya hampir tidak bisa bernafas..membakar gairah seorang lelaki normal pada umumnya.aroma kuat yang begitu menggoda.
jika iman Farrel tidak kuat,mungkin dia sudah menerkam dan mencumbu wanita yang ada didepan matanya.karena akal sehatnya masih bekerja,Farrel segera mengenyahkan godaan yang kini ada didepan matanya.
"Turunlah Vina...!!kuharap ini pertama dan terakhirnya bagi kita...!!dan jangan pernah muncul lagi dihadapanku..terlebih jangan pernah menyentuh istriku lagi...!"
Farrel menyingkirkan tangan Devina dari rahangnya, mengulurkan tangannya kedepan membuka pintu mobilnya untuk Devina agar keluar dari mobilnya.namun Devina masih bersikeras duduk di dalam mobil sambil tersenyum sinis kearah Farrel.
"Aku...tidak akan menyerah dokter...karena kata menyerah tidak ada dalam kamusku..."
"Apapun yang ada dalam kamusmu..jika kamu mengusik keluargaku lagi..aku tidak akan segan padamu lagi...meski kamu seorang wanita,Vina..."
Farrel keluar dari mobilnya dan mempersilahkan Devina untuk keluar dari mobilnya. setelah Devina keluar dengan wajah menahan amarah,Farrel menutup kembali pintu mobilnya sebelum kembali lagi ke dalam mobilnya.
"Tunggulah kejutan dariku lagi..."
Untuk sesaat Farrel terpaku mendengar ucapan Devina barusan sambil menoleh sekilas ke wajah Devina yang tampak begitu serius.
Namun Farrel segera masuk ke dalam mobilnya kembali lalu melajukan mobilnya meninggalkan Devina yang masih berdiri didepan rumahnya hingga Farrel membelok ke arah kiri dan menghilang dari pandangan nya.
Novi mengendus bau parfum yang berbeda dan menyengat saat Farrel memasuki kamar dan menyapanya.dan Novi pun semakin mendekati suaminya,menarik baju nya serta mengendusnya.
"Mas.....???what kind of smell it is...???"mata Novi menatap tajam kearah Farrel.
Farrel tersenyum dan sengaja menarik Novi ke dalam dengkapannya.tidak ingin membohongi istrinya.
"Cium lah...."
"Mas...!!"Novi menepuk gemas bahu suaminya sambil menatap horor .
"Vina datang padaku tadi...dan mencegatku di parkiran...!"jawab Farrel tenang.
"Lalu memintaku untuk mengantarnya pulang..."
Novi tertegun untuk sesaat.
"Lantas...???"
"Aku mengantarnya pulang...sekaligus memperingati dia..jika dia menyentuh kamu lagi...aku tidak segan padanya lagi..."
Farrel melihat adanya keraguan dan kekesalan dimata Novi.
"Kamu cemburu,baby...??"
"Tentu saja...!kamu tidak cemburu jika Rian yang meminta tumpangan padaku malam begini??"sungut Novi sambil mencubiti rusuk suaminya dengan gemas.
"Dan dia pasti memelukmu..bajumu bau parfum nya..!!"
Dan Novi meninggalkan Farrel.Belum pernah Novi semarah ini sejak mereka menikah.
Melihat gelagat yang tidak baik,Farrel.mengejar Novi dan meraih lengannya. Novi berpaling terkejut,matanya merah berair menatap Farrel,dan untuk pertama kalinya Farrel merasa merasa bersalah,untuk sesaat mereka saling bertukar pandangan.
"Maafkan aku....aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi..."pinta Farrel ketika merengkuh dan mengecup mesra bibir istrinya
"Maafkan aku..baby..."
Dan ketika Novi tidak bergeming ,Farrel mengecup bibirnya sekali lagi,kali ini dengan kecupan yang begitu mesra ,seakan meminta maaf dari istrinya .
Novi memejamkan mata nya rapat,merasakan kecupan mesra suaminya dan dia tidak ingin berbagi dengan siapapun juga .
"Taukah kamu mas...dari semalam aku sudah menahan perasaanku saat Anggun memelukmu...dan hari aku benci harus mencium bau parfum sialan itu...!!"desis Novi dengan mata berkaca kaca sambil menatap Farrel.
"Bau wanita yang pernah mengambil milikku pergi...!"
"Sstt...jangan katakan lagi,baby...maafkan aku..."bujuk Farrel lunak dengan jari telunjuknya menyentuh bibir Novi seakan tidak ingin ada nya kelanjutan kata yang keluar dari bibir istrinya.
"Lepaskan...!!"sergah Novi tiba tiba dengan nada sedingin es dan cukup membuat Farrel tertegun sejenak.
"Baby...!" cetus Farrel kaget.
"Lepaskan dan buang baju bau parfum sialan ini...!!"
Farrel menghela nafas lega begitu Novi memperjelas maksud ucapannya.belum sempat Farrel membuka kancing bajunya,Novi sudah mendahului,tangannya dengan cepat melepas kancing baju suaminya serta membuang ke tong sampah dengan gemas,memuntahkan kemarahannya.
Farrel menarik tubuh Novi ke dalam dengkapannya seakan berusaha meredam kemarahan istrinya.
"Aku baru tau..kalau istriku ini macan...."gurau Farrel separuh berbisik ke dalam telinga Novi
"Sialan kamu, Farrel Baskoro...!!"balas Novi gemas, menggigiti leher Farrel dengan gemas ketika membalas dengkapan suaminya,membiarkan airmatanya jatuh membasahi pundak Farrel .
Farrel mengelus lembut kepala istrinya sambil memberikan beberapa kecupan.
"Baby..masih ingat kah kamu akan janji ku padamu di hari pernikahan kita..?"
Seuntai senyum menghiasi bibir Farrel ketika Novi mata sembab Novi menatapnya dengan sendu.
"Saya,Farrel Baskoro.. berjanji akan selalu setia padamu,dalam suka dan duka,tatkala sehat ataupun sakit,saya berjanji akan selalu mencintai dan menghargai mu..Hingga maut memisahkan kita..."
Airmata Novi pun jatuh tak tanpa dapat di bendungnya lagi saat mendengarkan kata kata janji ikrar mereka berdua dari bibir Farrel.Namun apa salahnya mencemburui suami sendiri..?bukannya itu menunjukkan rasa cinta nya..?Namun Farrel selalu membawanya kembali, menjauhkannya dari segala pikiran buruk.
"Sa..saya..,No..Novianty Kristy.. berjanji akan selalu setia padamu,dalam suka dan duka,tatkala sehat ataupun sakit,saya berjanji akan selalu mencintai dan menghargai mu..Hingga maut memisahkan kita..."ucap Novi dalam nada tersendat di sela isak tangisnya membalas apa yang di ucapkan Farrel barusan padanya.
Suatu sumpah janji sehidup semati di hadapan Tuhan..bahwa mereka adalah dua yang telah dipersatukan Allah..jangan sampai di ceraikan oleh manusia...hanya maut yang dapat memisahkan...
"Baguslah,kalau kamu masih bisa mengingatnya,my heartbeat...."bisik Farrel ketika menarik dagu Novi kedepan dan memberikan pangutan lembut di bibir istrinya.
"I love you..my heartbeat...my precious.."
"Bad hubby...how comes you drive me so crazy over you, my man...my shield to the world .."desah Novi disela pangutan mesra bibir mereka.
***
Anggun menatap terkejut pada sosok yang kini berdiri di hadapan nya,sosok yang tiba tiba muncul dan mengakui sebagai orang yang menabrak dan bertanggung jawab padanya.
"Febrian Baskoro...!!'
Sudah sesempit ini kah dunia ini..?Anggun mengeluh dalam hati.gila...benar benar gila..!
kenapa harus seorang Febrian Baskoro...?apakah dia jelmaan dewa Hades...?
"Maaf,..aku tidak sengaja malam itu bisa melukaimu.."ucap Febrian ketika pertama kali bertemu Anggun setelah sadar dari komanya.
"Maaf..?hanya sebuah maaf saja..tapi wajahku sudah menjadi monster...!!"sahut Anggun sinis ketika menatap ke arah Febrian
"Pergilah...aku sedang tidak mood untuk bicara.."
Febrian terdiam dan masih tetap berdiri di hadapan Anggun yang masih shock dan marah.Namun diamnya Febrian malah membuat kemarahan Anggun meledak.bagaimana tidak...hidupnya hancur karena pria ini..!dia kehilangan dan harus merelakan orang yang dia cintai untuk sahabatnya sendiri gara gara pandir sialan ini lari dari tanggung jawab nya.dan kini..wajahnya hancur juga gara gara ulah urakan pandir sialan ini juga.
"Pergilahhh....!!!!aku tidak butuh simpatimu..!"
Orangtua Anggun terlonjak kaget tanpa mengetahui apa penyebab kemarahan putri tunggal mereka,menerobos masuk dan segera menengahinya.
Mama Anggun langsung memeluk Anggun yang kini tengah terisak dalam tangisnya.
Febrian pun melangkah mundur keluar dari ruangan Anggun dan menemui Papa Anggun.
"Maafkan dia..."gumam papa Anggun lirih.
"Emosinya tidak stabil sejak melihat wajahnya seperti itu..."
"Om...akulah yang menabrak Anggun malam itu...."ucap Febrian terus terang mengakui kesalahannya di depan papa Anggun.
"Aku minta maaf...aku tidak sengaja...jika bisa memilih aku juga tidak menginginkan ini terjadi,om.."
Untuk sesaat papa Anggun terdiam,tidak mampu berkata apa apa.antara marah dan kaget.Namun papa Anggun berusaha menguasai dirinya karena melihat keberanian Febrian yang kini datang mengakui kesalahannya.
"Lantas..bagaimana kamu akan bertanggung jawab,anak muda...??"tanya papa Anggun begitu tegas dalam nada penekanan.
"Saya akan bertanggung jawab secara finansial membantu pendanaan operasi plastik Anggun semampu saya..."
Febrian mengeluarkan selembar cek sebesar dua ratus lima puluh juta rupiah dan menyodorkan diatas meja .
"Aku tulus membantu om...harap di terima..."
"Masalah pendanaan kami bisa mengusahakan...namun bagaimana beban psikis Anggun jika wajahnya tidak bisa utuh seperti semula setelah menjalani operasi plastik...??"
Febrian terdiam dan tidak mampu berkata sepatah kata pun kini.
pertanyaan yang mendalam ini sungguh membuat Febrian tidak tau harus menjawab apa.
Menikahi Anggunkah maksud orang tua Anggun..??tidak mungkin.!!ini adalah hal tergila yang tidak akan pernah berani dia lakukan dalam sejarah ..!tidak...dalam kamus nya hanya ada Novianty Kristy seorang, dan cukup Novi..!
"Apa maksud nya om...??"tanya Febrian berusaha mencari jawaban dari papa Anggun .
"Harta paling berharga seorang wanita adalah di wajahnya.."cetus papa Anggun langsung ke sasaran.
"Jadi..om rasa kamu cukup paham maksud ucapan om...."
Papa Anggun lalu menyodorkan kembali lembaran cek yang diberikan Febrian barusan kepadanya.
"Shittt...!!!"bathin Febrian kesal dalam hati setelah mengetahui arah pembicaraan papa Anggun.
Febrian mengatupkan rahangnya dengan kuat sebelum menjawab Papa Anggun secara bijak,menurunkan ego nya serendah mungkin supaya permasalahan bisa selesai
"Saya akan mendampingi Anggun terus hingga selesai menjalani masa operasinya..namun selanjutnya...biarkan Anggun yang memutuskan,om...."
Febrian pun permisi keluar meninggalkan papa Anggun tanpa membawa kembali cek yang terletak diatas meja.
Seminggu kemudian....
Sesuai dengan janjinya,Febrian setiap hari selalu mengunjungi Anggun meski harus tiap kali diusir oleh Anggun dengan ketus.
Dan hari ini,Febrian sudah hampir kehilangan kesabarannya ,namun di kuatkan nya demi rasa tanggung jawab..!
Saat Febrian masuk,Anggun tengah terisak dalam kesendiriannya .meski awalnya ragu ragu,akhirnya Febrian melangkahkan kaki nya memasuki ruangan Anggun dan menyapanya.
"Anggun..."sapanya perlahan
Belakangan ini Anggun menghafal betul suara yang tengah memanggilnya itu.
karena kaget dan marah Febrian masuk kedalam ruangannya tanpa mengetuk terlebih dahulu ditambah suasana hatinya yang masih memburuk membuatnya secara refleks menyambar piring buah diatas meja bertepatan di samping tempat tidurnya dan langsung menimpuknya ke arah wajah Febrian dengan amarah.
Dan piring itu mendarat mengenai dahi Febrian secara kebetulan dengan kesialannya yang jitu.
Febrian mengaduh sakit begitu piring itu tepat mengenai dahinya dan setelah itu jatuh pecah berderai diatas lantai.
"Pranggg....."
kedua orangtua Anggun memburu masuk ke dalam ruang dan panik seketika melihat keadaan dahi Febrian yang kini mengeluarkan banyak darah akibat timpukan piring Anggun barusan.
"Anggun...apa apaan ini...???"bentak papa Anggun kaget sekaligus marah kepada putrinya.
"Rian...kamu baik baik saja...??'tanya mama Anggun panik begitu melihat begitu banyak darah yang keluar turun membasahi baju Febrian.
Anggun tertegun sesaat,mencerna apa yang dilakukannya barusan,tidak menyangka timpukkan nya bisa sejitu itu mengenai dahi Febrian.
"Tidak apa apa Bu..."sergah Febrian menanggapi kepanikan mamanya Anggun.
lalu Febrian berjalan mendekati Anggun.
"Apa kamu kini lega,Gun..??"tanya Febrian tenang seakan tidak terjadi apa apa dengan dahinya dan darah yang kini membasahi kerah kemejanya.
Tubuh Anggun bergetar menahan ketakutan dan amarah secara bersamaan,sambil menatap ke dalam bola mata Febrian
"Pa...panggil perawat masuk untuk mengobati luka Rian....!!"perintah mama Anggun panik sambil memandang ke arah suaminya.
Tak lama kemudian perawat masuk dengan membawa perlengkapan medis.
"Biar aku yang handle sus..."sergah Anggun setelah mematung sekian lama.
semuanya menatap terkejut dengan Anggun termasuk Febrian dan orang tua Anggun.
"Yakin dok....??"tanya sang perawat ragu ragu jika Anggun mampu menanganinya dalam keadaan sakit dan down begini.
"Aku masih seorang dokter...yang punya nurani..."jawab Anggun sambil menatap ke dalam mata Febrian.
"Hentikan pendarahan dan sterilkan lukanya dulu sus...saya yang akan men hecting..."
Sang perawat melakukan apa yang diperintahkan Anggun sedang Febrian kini tengah duduk di sisi ranjang pasien Anggun.
Anggun pun mulai menyuntikkan lidocaine ke sisi luar dahi Febrian yang terluka .setelah itu dia menarik benang hecting yang telah terpasang jarum dengan pinset dan mulai meng hecting luka di dahi Febrian dengan teliti.
Dan keadaan dan posisi ini mengingatkan Febrian akan Novi...akan pertemuan pertama mereka di IGD dulu.
"Apa kamu teringat pertemuan pertamamu dengan Novi di IGD...??"
Febrian terkejut akan pertanyaan Anggun barusan begitu tepat akan apa yang sedang di pikirkannya .
Anggun tersenyum pahit .
"Pasien junkies yang menggemparkan satu IGD dengan nyanyian lagu Senorita merayu dokter cantik yang sedang berdinas..."
Febrian tertawa kecut mendengar apa yang diucapkan Anggun barusan mengingat kembali masa itu.
"Bagaimana kamu bisa tau...??"
"Karena aku yang menyodorkan kamu ke Novi saat itu..."
"Benarkah...??"
Anggun mengangguk sambil tangannya terus menyelesaikan tugas menjahitnya diatas dahi Febrian
"Dan kamu seperti Hades...!!datang dan menghebohkan satu IGD...seperti sekarang yang kamu lakukan pada Novi ...dan juga aku.."
Febrian kali ini tidak bisa menahan tawanya lagi meski dahinya kini sedang di hecting oleh Anggun.
"Jika begitu..bagaimana jika kamu membuat kesepakatan dengan Hades...??"tanya Febrian dengan seringaian dibibirnya.
"I know...you still thinkin about Farrel..."
"Apa maksudmu,Rian....??"tanya Anggun dengan suara tertahan,merasa tersinggung dengan ucapan Febrian barusan.
"Aku akan mengambil Novi kembali..dan kamu bisa memiliki dia...."
"Apakah kamu berfikir aku akan sepicik itu,Rian...??"tanya Anggun dengan senyum sinisnya
"Cintaku tidak sakit seperti cintamu,Rian...!!"
Satu ucapan sarkartis keluar dari bibir Anggun bersamaan dengan langkah terakhir Anggun menyelesaikan tugasnya mengoleskan antiseptik dan menutupi luka yang di hecting dengan kasa steril dan plester. ucapan Anggun cukup membuat Febrian menggelepar seperti cacing kepanasan.
"Back to your sense,Rian...berhentilah menyakiti orang disekitarmu...."