Chereads / Hingga maut yang memisahkan kita / Chapter 22 - Berjuang melawan takdir

Chapter 22 - Berjuang melawan takdir

Novi memeluk Reno sambil sesekali mencium pipi nya guna mengusir kegundahannya saat menunggu hasil test DNA yang akan keluar hari ini.

Reno seakan tau kegelisahan ibunya pun tidak rewel.

Novi menatap sendu saat Reno tengah duduk di pangkuannya yang kini tengah menggigiti teeth toys nya dengan gemas karena giginya yang mulai tumbuh .

biasanya Farrel yang selalu menemani Reno bermain dan berebutan dengan Reno menggigiti teeth toys ini..dan airmata Novi jatuh kembali jika mengingat Farrel yang kini entah berada dimana.

Novi yakin Farrel masih hidup dan itu bukan mayat suaminya..!

Tak berapa lama,Novi mendapat panggilan telefon dari Banu Sunarto,polisi yang menangani kasus Farrel.

"Selamat siang...dengan dr Novianty saya berbicara sekarang..?"sapa Banu sopan membuka pembicaraan

"Siang...iya saya Novianty..pak..."jawab Novi sambil memindahkan Reno ke pangkuan mba Arni.

"Bagaimana pak...apa hasil DNA nya sudah dikirim ke kantor polisi...?"

"Sudah dok...!!syukurlah...dari hasil sample darah,tulang dan sidik jari yang dokter ajukan kemarin hasilnya menunjukkan negatif adanya persamaan DNA antara bapak Febrian dengan mayat yang ditemukan dalam mobil dokter..."

"Puji Tuhan..."

Novi langsung berucap syukur dalam haru.

"Namun kita belum bisa memastikan bagaimana kondisi serta berada dimana dr Farrel kini berada...tapi kami akan menyelidiki kasus ini segera .…"kata Banu kepada Novi

"Terima kasih pak...atas bantuannya.."ucap Novi tulus.

"Sama sama dok...!oh ya mungkin saya ingin langsung mengintrogasi ibu prihal kasus ini adanya indikasi kesengajaan..bukan kasus kecelakaan murni berhubung mayat yang ditemukan di mobil dokter adalah mayat tanpa indentitas..."

"Boleh pak...kapan bapak mau memulai introgasi nya...supaya saya bisa meminta ijin dari pihak rumah sakit..."

"Tidak usah khawatir,dok..jika jadwal introgasi sudah ditentukan kami dari pihak kepolisian akan mengeluarkan surat keterangan kepada pihak rumah sakit untuk meminta ijin anda..."

"Baik..terima kasih atas bantuan anda,pak.."ucap Novi sebelum menutup pembicaraan

Dua hari kemudian Novi mendapat panggilan dari pihak kepolisian Cianjur untuk mengisi berita acara penyelidikan kasus mobilnya meledak dan raibnya Farrel dan supirnya,Wira.

"Selamat sore..dokter..."sapa perwira muda menyambut kedatangan Novi di dalam ruang kerjanya dengan seulas senyum yang ramah

"Silahkan duduk ,dok..."

untuk sesaat Novi merasa heran kenapa bukan para juper yang mengintrogasi nya,malah disuruh langsung masuk ke dalam ruangan sang perwira muda ini.

dan saat Novi duduk didepan Banu sunarto dan melihat pangkat satu Melati emas yang terpasang di baju dinasnya menyadari pria ini memiliki kedudukan khusus di kantor polisi ini .

setidak nya Kapolres ataupun wakapolres..!

dan tebakan Novi benar saat melihat papan nama arclaylic di atas meja sang perwira..jabatannya memang seorang wakapolres.."

"Boleh saya memulai dengan beberapa pertanyaan,dokter..??"

"Silahkan pak..."ucap Novi dengan sebuah senyuman tipis dibibirnya.

Dan Banu harus bersusah payah mengusir siluet indah dari senyum Novi yang begitu menarik perhatiannya.

"Sebelumnya...apa pernah terjadi keanehan dengan suami dokter atau dokter sendiri...seperti adanya ancaman seseorang..?"

"Ada pak...dari seorang wanita..."cetus Novi terus terang

Banu tertegun seketika.

"Maaf...apa suami anda memiliki wanita lain..?"tanya Banu dalam nada hati hati takut menyinggung wanita didepannya.

Novi menggelengkan kepalanya sambil mengulas senyuman

"Bukan...wanita itu pernah merebut orang yang kucintai menjelang pernikahan saya.."

Banu kali ini benar benar tidak mampu berkata apa apa

"Lalu...??"

" Wanita itu menghilang bersama calon suami saya saat itu..akhirnya dr Farrel lah yang menggantikan posisi calon suami saya dan menikahi saya..."

Banu tampak bingung sesaat mendengar kisah yang diutarakan Novi..namun otaknya berusaha menelah setiap keterangan yang diberikan Novi kini.

"Bapak Febrian yang bapak temui kemarin seharusnya dialah calon suami saya saat itu.."

"Apaaa...???" cetus Banu kaget tanpa dapat mengendalikan dirinya.

Novi tersenyum pahit,memaklumi kekagetan sang perwira muda itu.

"Lantas siapa wanita yang dokter maksud itu..?"

"Kekasih Febrian..seorang mantan artis tanah air...Devina Tarungga...!!"

"Apakah bapak Febrian masih bersamanya..?"

Novi menghela nafas panjangnya sambil mengangkat bahunya

"Aku juga tau kejelasan hubungan mereka sekarang...yang saya tau...kemunculan dia bersamaan dengan kepulangan Febrian dari Amerika..."desis Novi lirih sambil berusaha memberikan seulas senyuman

"Anda pasti bingung dengan keterangan saya.."

Banu dapat melihat betapa putus asanya wanita yang duduk dihadapannya ini.namun senyum itu begitu memikat.dan kini Banu semakin penasaran dengan kisah dibalik kasus yang terjadi di area tanggung jawabnya.

"Akh...sebenarnya iya..dok.."Banu tertawa sambil mengelus keningnya.

"Namun jika dokter tidak keberatan...saya ingin mengundang dokter makan malam..!yah mungkin dalam suasana santai..dokter bisa menceritakan semua kejadian dan juga kisah masa lalu..yang mungkin mendukung untuk pencarian pelaku di balik kasus ini.."

Novi tertegun sejenak mendengar tawaran dari pria yang duduk didepannya kini.

otaknya tidak bisa berfikir keras lagi..dia hanya berharap pihak kepolisian bisa segera menemukan Farrel dan juga Wira..!karenanya dia harus segera memberikan keterangan meski harus menceritakan kisah masa lalu nya kepada orang asing..dan berharap perwira muda ini bisa membantunya menemukan Farrel nya kembali..dan mencari tau pelaku dibalik semua ini.

"Baiklah pak...mungkin setelah ini kita bisa makan malam bersama..karena saya tidak bisa selalu datang ke Cianjur seperti sekarang ini..."

Banu melirik jam tangannya dan sudah hampir pukul tujuh malam.

"Mungkin kita bisa berangkat sekarang...??"tanya Banu dengan seulas senyuman.

"Baiklah ..sebutkan dimana tempatnya pak..saya akan menuju lokasi dengan supir saya.."sahut Novi ketika sudah bersiap siap untuk berdiri dari kursinya

"Tunggu sebentar dok.."sergah Banu tiba tiba dan meraih telefon di mejanya seperti menyuruh ajudannya untuk masuk ke dalam ruangan.

tak sampai semenit,seorang polisi memasuki ruangan dan menyerahkan kunci mobil ke meja Banu dengan sopan.

Banu pun segera meraih kunci mobil tersebut

"Dokter ikut mobil saya saja..."

Kali ini Novi yang terperanjat dengan tawaran Banu .

"Ta..tapi..apa tidak merepotkan Anda,pak..??"tanya Novi bingung

"Suruh supir dokter tunggu disini saja..nanti saya akan mengantar dokter kembali lagi kesini..."ucap Banu ramah

"Tapi..bolehkan saya meminta waktu sebentar untuk menukar baju dinas ini...??"

"Ohh baik lah pak..saya tunggu diluar saja.."

lekas lekas Novi berdiri dari tempat duduknya dan berjalan kearah pintu .Banu terus memandang Novi dengan tatapan kagum hingga Novi menghilang dibalik pintu ruangannya.

Banu membawa mobilnya sendiri tanpa ajudan pribadinya yang mengikuti.sebenarnya Novi merasa tidak enak harus keluar berdua dengan Banu..namun sudah terlanjur dan juga dia tidak bisa setiap saat bisa langsung datang ke Cianjur untuk memberikan keterangan.

Banu keluar dari ruangannya dengan baju casual,dan terlihat sangat berbeda.

Sejenak Novi tertegun melihat perbedaan Banu sekarang,lebih menawan ketimbang dalam baju dinasnya.

"Bisa kita jalan sekarang,dokter...??"

Novi pun segera tersadar dan mengangguk memperbaiki sikapnya.

"Silahkan masuk..."ucap Banu ketika membuka pintu mobilnya untuk Novi.wajah Novi merona merah seketika diperlakukan seperti ini..antara risih dan segan serta karena semua mata manusia yang berada dalam kantor polsek menatap mereka.

lekas lekas Novi masuk ke dalam mobil.

Banu membawa Novi ke suatu rumah makan yang cukup menyenangkan suasananya,nuansa hangat serta rileks..sehingga mereka dapat mengobrol dengan santai.

Novi tidak berselera makan,jadi hanya memesan minuman saja serta gorengan ringan.

"Erm..karena kita sudah di luar kantor..bisakah aku memanggilmu dengan nama saja begitu juga dengan kamu memanggil ku dengan nama saja...?"tanya Banu sesaat setelah menyelesaikan makan malamnya.

"Boleh saja...tidak masalah..."jawab Novi singkat.

"Kamu bisa memulai cerita mu ,Nov..."pinta Banu lembut

Novi memandang sekilas kearah Banu dengan sendu.dan Banu dapat membaca kesakitan yang tergurat di balik mata wanita ini.setelah kian lama terdiam,Novi pun mulai membuka suaranya.

"Sebenarnya saya tidak ingin mengungkit cerita masa lalu lagi..tapi karena aku menginginkan suamiku kembali baik dalam keadaan hidup ataupun sudah meninggal..yang terpenting aku bisa melihatnya.."

"Aku..tidak bermaksud membuka luka lamamu,Nov..maaf...tapi aku harus tau supaya bisa membantumu..."gumam Banu perlahan,merasa bersalah melihat Novi yang begitu terluka

"Inti ceritanya..Febrian meninggalkanku menjelang pernikahan dan aku hamil saat itu.."Novi terhenti sesaat,bersamaan dengan ekspresi wajah Banu yang terkejut.

"Dalam keadaan putus asa aku mencoba bunuh diri,dan Farrel yang menolongku..sekaligus menikahiku menggantikan Febrian supaya tidak memberi malu keluarga.."suara Novi basah,sarat dengan airmata.

"Apakah Farrel memperlakukan mu dengan baik...??"tanya Banu penasaran

"Farrel sangat baik..terlalu baik malah..dan sehari sebelum tragedi ini..dia baru melamarku kembali untuk menjadi istrinya secara pribadi...karena pernikahan kami dulu diatur untuk menghindari aib.."

dan air mata Novi jatuh tak tertahan kan lagi.

"Dan..a..aku..tidak tau harus bagaimana harus menjalani hidup tanpa dia..."

Ada sedikit kekecewaan melanda hati Banu,entah kenapa ....dia bisa begitu tertarik dengan wanita ini sejak pertemuan pertama mereka di ruang jenazah rumah sakit.

melihat wanita ini sangat mencintai dan mengharapkan kepulangan suaminya,Banu tau mustahil dan akan sulit baginya memperoleh posisi di hati wanita ini.

"Lantas..kepulangan Febrian apakah ada tujuan tertentu,Nov...??"

Novi tertegun sejenak melihat insting yang kuat dari pria ini.

"Rian menginginkan aku dan Reno kembali padanya...dan dia begitu agresif..karena merasa aku dan Reno adalah miliknya.."

"Reno..anaknya Febrian..?"

Novi mengangguk.

"Baiklah..jika begitu..nanti akan ada panggilan untuk Febrian di introgasi..karena dia bisa saja di jadikan tersangka.."

Novi membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Banu barusan.

Rian ingin membunuh Farrel ...?tidak mungkin...!sebrengsek apapun dia menginginkan kamu dan Reno kembali..?jadi dia itu memiliki alasan kuat menyingkirkan Farrel...!"

Novi mengangguk paham,diiringi senyuman yang pahit begitu mendengar penjelasan Banu...cukup beralasan..!

"Namun..kami juga akan menyelidiki latar belakang Devina Tarungga serta memantau gerak geriknya mulai sekarang..."

"Baik...terimakasih banyak..pak.."

"Hmm..ada yang tidak konsen deh...dan manggil bapak lagi.."gurau Banu sambil tertawa .wajah Novi merona seketika.

"Maaf....maksudku..terimakasih ,Banu.."

Novi melirik kearah jam tangannya sudah hampir pukul sembilan malam,sudah malam bisa bisa sampai Jakarta dini hari.

"Jika begitu..boleh antarkan saya kembali ke kantor polisi,Banu...?soalnya sudah agak malam.. saya harus kembali ke Jakarta sekarang berhubung saya masuk shif pagi besok..."

"Baiklah..saya berjanji akan menolongmu,Nov.."Banu pun bangkit dari tempat duduknya begitu juga dengan Novi.

Dan mata yang sendu itu,ingin rasanya Banu merengkuh wanita didepan ini ke dalam pelukannya dan berbisik semua akan baik baik saja.

"Terima kasih,Banu..."Novi pun berjalan duluan keluar disusul oleh Banu yang mengikuti nya dari belakang

dan ketika Novi hendak membuka pintu mobil Banu bersamaan dengan saat itu tangan Banu juga hendak membukakan pintu untuk Novi,tanpa disengaja tangan mereka saling bersentuhan,mata mereka saling bertatapan sejenak karena terkejut.

Novi segera memalingkan wajahnya ketempat lain dan menarik kembali tangannya.

"Maaf..."cetus Banu salah tingkah dan langsung membukakan pintu untuk Novi,sambil berusaha mengendalikan debar jantungnya.

Novi hanya mengangguk kikuk dan segera masuk ke dalam mobil.

tidak sampai lima belas menit mereka tiba kembali di kantor polisi.

"Terimakasih sudah mengantarku,Banu...sampai jumpa..." ucap Novi lirih dengan mengulas kan senyuman sesaat sebelum keluar dari mobil Banu.

"Sama sama,Nov...aku berjanji akan membantumu...dan menemukan Farrel..."

Novi mengangguk haru,dan tergesa gesa keluar dari mobil Banu dan berjalan masuk ke mobilnya yang telah di tungguin pak Santo disamping mobil sejak mobil Banu memasuki area parkiran Polsek.

Novi merebahkan kepalanya di jok mobilnya sambil terus memandangi photo pernikahannya dengan Farrel dari handphonenya,dengan airmata terus bergulir jatuh dari matanya.

"Ya Tuhan...sehari bagai setahun bagiku berpisah dengan mu...bagaimana kamu tidak akan kembali lagi padaku..??bathin Novi pilu sambil menggenggam kalung rosalionya dengan kuat

"Oh..bunda suci,bunda tak bernoda asal,tolonglah hambamu ini..pertemukan lah hamba dengan suami hamba kembali..karena tanpa dia sebagai nafasku..maka jantung ini juga akan berhenti berdetak.."

***

Devina mengamuk sejadi jadinya begitu mendengar pemberitaan di tv tentang terbakarnya mobil yang di tumpangi dr Farrel Baskoro di pinggir jalan lintas Cianjur- Bandung .semua isi rumah di banting nya keatas lantai untuk melampiaskan kekesalan dan kesedihannya.

dia telah salah target...dan kali ini Farrel yang mati..!

"Bodohhh kaliannnnn.....!!!!!!"maki Devina histeris saat menghubungi pria yang disewanya untuk melaksanakan ide gilanya .

"Kenapa Farrel yang kalian bunuhhhhh...???"

"Kamu tidak menyebutkan siapa yang harus dibunuh..asalkan yang mengendarai mobil itu harus di lenyapkan..!dan kami menemukan dr Farrel di dalam mobil..jadi kami habisi sesuai perintahmu..!!"jawab pria yang disewa oleh Devina untuk melenyapkan Novi datar

"Sialan.....!!!!kembalikan Farrel ku....!!!"geram Devina sengit.

Pria di seberang sana tertawa mendengarkan geraman Devina

"Kalau begitu..carilah sendiri di neraka...!!tidak kamu liat mayatnya sudah gosong..??"

"Kurang ajarrr.....!!!!!akan kubunuhhhhh kamu,sialan....!!!"erang Devina sengit dengan kemarahan yang memuncak di kepalanya.

"Datanglah...aku tidak takut padamu,wanita gila..!!"ejek pria itu sambil tertawa lebar

"Akan ku permudah jalanmu menemukan dokter Farrel mu di neraka..."

Devina membanting handphone nya dengan geram diatas lantai.

"Brengsekkk...sialan..sialan ...!!!!"damprat Devina sengit.

"Bodohh..bodohhhh...!!!"

Tidak...Novi harus bertanggung jawab atas semua ini...!!gara gara dia,Farrel yang mati..dia yang seharusnya mati...!!takkan kubiarkan dia memiliki Febrian...enakk saja..!

Tidak Farrel dan Febrian...kamu tidak akan bisa memiliki mereka..mereka hanya MILIKKU...!!!

Devina menangis sejadi jadinya menangisi kematian Farrel.

"Tunggu saja kematianmu,Novianty Kristy...!!!aku yang akan membunuhmu dengan tanganku sendiri...!!!"erang Devina pilu disela tangisnya.namun sesaat tangisnya berubah menjadi tawa yang begitu mengerikan.

Tiba tiba terdengar suara bel pintu rumahnya berbunyi.

Devina mengusap airmatanya dan beringsut bangun membukakan pintu rumahnya.

Tampak Febrian berdiri tegak di hadapannya..!

seulas senyum madu langsung menghiasi sudut bibir Devina.

"Hai sayang....masih mengenal jalanmu kembali padaku,hmm...??"

Febrian memandang ke sekeliling isi rumah D

Devina.begitu kacau dan berantakan,seperti baru terjadi guncanggan gempa bumi!

"Apa kamu baru habis mengamuk...???rencanamu gagal,hah...??"ejek Febrian sinis sambil melangkah masuk ke dalam rumah dan mengamati seluruh isi rumah Devina.

"Tidak pernah ada kata gagal dalam kamusku,Rian....!!"

Febrian melirik sinis kearah Devina sambil menyeringai senyuman mengejek.

"Kamu yang merencanakan pembunuhan ini bukan...???kamu ingin melenyapkan Novi..tapi salah alamat..??"

"Kamu...!!"erang Devina sambil berusaha menahan marahnya dan mengubahnya dalam senyuman dalam hitungan detik.

"Sayang...kembalilah padaku..."bisik Devina mesra sambil merangkul Febrian mesra.

"Simpan saja anganmu itu,Vin...karena aku tidak akan terjebak lagi untuk kedua kalinya...dan satu lagi...aku akan kembali pada titik dimana yang seharusnya aku berada..."desis Febrian sarkartis dengan tangannya mencengkram kuat rahang Devina dan menatapnya dengan kebecian.

Wajah Devina berubah menjadi begitu mengerikan dengan tatapan matanya yang juga penuh kebencian.

"Kamu...kamu akan menyesali ucapanmu hari ini sayang....!!"desis Devina lirih tanpa.melepaskan pandangannya kearah mata Febrian.

"Jika ingin hancur...kita akan hancur bersama di neraka ..."

Febrian menghempaskan cengkeramannya dengan kasar hingga tubuh Devina tersungkur diatas lantai.

"Bitch stayed bitch forever...!!"umpat Febrian dalam kemarahan.

"Jika kamu berani menyentuh sehelai rambut Novi...kupastikan aku yang akan membunuhmu...!!"ancam Febrian berang lalu melangkah keluar dari rumah Devina.

"Kupastikan juga..kamu akan membayar mahal untuk hari ini,Rian....!!!"desis Devina dalam erangan yang susah di artikan.

Febrian benar benar marah,jika dari awal dia tidak bersikap pengecut dan melawan Devina,kejadian hari ini tidak akan terjadi...dan Novi dan Farreno juga tetap akan menjadi miliknya..!

hanya karena ketakutan rekaman seksnya dengan Devina sampai di tangan Novi membuatnya mengikuti semua kemauan Devina..!hidupnya benar benar sudah hancur..

Anggun terkejut saat melihat Febrian telah berdiri tegak didepan pintu lobby rumah sakit saat dia hendak pulang setelah jadwal shifnya selesai.

"Buat apa kamu datang lagi,Rian...??"cetus Anggun jenuh.

"Aku sudah mengunjungi Devina dan memperingatinya untuk menghentikan kegilaannya..."ucap Febrian mantap ,berganti Anggun yang kini tertegun mendengar apa yang diucapkan Febrian.

"Bukankah kamu memintaku untuk melakukan itu...?sekarang bisakah kamu menemaniku sekedar teman bicara...??"

Tanpa menunggu persetujuan dari Anggun,Febrian telah menarik tangan Anggun untuk pergi bersamanya.

"Heiii..yakkk...kamu..Febrian Baskoro...!!!jangan seenakmu saja menarik narik aku..!!"protes Anggun kaget.

"Aku bukan ban serap mu...!!!"

Febrian menoleh ke wajah Anggun yang masih tampak marah.

"Ohh..jadi kamu marah karena jadi ban serap...?mau dijadikan ban utama..atau stir nya supaya tiap hari bisa aku sentuh...??"

Wajah Anggun merona merah seketika.

"Sialan kamu,Rian..!!Tidak lucu...!berhentilah memperlakukan orang seenak perutmu..!"kesal Anggun sambil melepaskan tangannya dari Febrian.

"Kamu sendiri yang memulainya dengan menyebut ban serap...!"

"Tolong..berhenti bersikap begini terhadap setiap wanita yang kamu temui..!jika wanita yang belum mengenalmu akan salah paham..!"

"Nah lagian kamu sudah mengenalku...!dimana letak masalahnya...??"

Kepala Anggun benar benar penat..baru saja keluar dari poli paru paru kini dia yang sesak nafas melihat kemunculan sang Hades di hadapannya..!

"Sudah lah...bicarakan disini saja apa yang mau kamu bicarakan...!"sergah Anggun kesal dan jenuh.

"Aku hanya ingin mengajakmu makan malam...sebelum aku..."

Anggun memicingkan matanya,merasa penasaran dengan ucapan Febrian yang terputus dan menunggu sambungan kalimat darinya.

"Sebelum..aku kembali ke titik dimana aku seharusnya berada.."

Anggun tersenyum pahit begitu mendengar kalimat yang diucapkan Febrian barusan.

"Rian...kamu masih jalan di tempat...di persimpangan jalan dan tidak tau harus mengarah kemana..!!tidak juga dulu dan juga sekarang....dan disitulah letak kegagalanmu..."

"Lantas di mana kah aku harus membelok..??"desah Febrian murung,karena apa yang diucapkan Anggun benar apa adanya.

"Karena aku tidak melihat adanya jalan untuk mengarah kemana.."

"Kamu menyedihkan,Rian...!!"

"Jika aku membelok ke kanan,jalan itu sudah lama tertutup untukku kecil harapan jalan itu akan terbuka untukku lagi ...jika aku membelok ke kiri..jalan itu sudah berlubang seakan menungguku siap terjatuh di dalamnya..hanya ada satu jalan yang terlihat,tapi aku tidak tau apakah jalan itu memang terbuka untukku atau tidak.."

"Jika begitu...pastikan hatimu,singkirkan ego mu...dan pilihlah kearah mana kamu harus melangkah..mau jalan di tempat artinya selamanya kamu akan menyakiti orang yang ada disekitarmu..."keluh Anggun lelah sambil menghela nafas berat.

"Jika kamu masih melihat ada nya jalan baru itu,pilihlah melangkah di jalan itu dengan keyakinan,karena hidup ini tidak memiliki cetakan kedua...!!"

"Aku mau bertanya...jika jalan baru itu adalah kamu...apakah kamu membiarkanku untuk berdiri di jalan itu...?"

Sesaat Anggun tertegun dengan ucapan Febrian barusan,Anggun tau,pria ini tidak sedang bercanda karena matanya terlihat jelas dia sedang tidak bermain dengan ucapannya.

"Kamu...kamu menakutkan,Rian..."desis Anggun lirih dengan tatapan mata yang begitu putus asa.

"Aku tau...kamu masih mengharapkan Novi kembali padamu,karena ada Reno diantara kalian...karena itulah aku berkata...aku bukan ban serapmu...!!"

Lalu Anggun pun berbalik kembali ke mobil nya,melajukannya tanpa memperdulikan Febrian yang masih berdiri di tempat.