Begitu tiba di Jakarta,di rumah ayahnya,Novi langsung menghambur masuk untuk memeluk ayah dan ibunya.
"Reno mana bu....??"tanya Novi kepada ibunya .dia sudah sangat merindukan anaknya.
"Lagi di atas,bermain dengan Dewi..."
"Bagaimana keadaanmu,Farrel...??"tanya ayah cemas begitu melihat Wira membantu Farrel untuk duduk diatas sofa.
"Apakah luka mu parah nak...??"sambung ibu iba melihat keadaan menantu kesayangan mereka terluka parah seperti ini.
"Sudah agak baikkan,Bu..."sahut Farrel sambil tersenyum tipis
"Ayah dan ibu tidak usah khawatir..."
"Memang sialan Febrian...!!membawa pulang wanita gila seperti itu...!!"geram ayah gemas
"Apa Febrian tidak ada niat sama sekali menghentikan kegilaan wanita itu..??"
Farrel tidak berkata apapun.bagaimanapun Febrian adalah adiknya,secara tidak langsung ini juga tanggung jawabnya..dia harus menyelesaikan kesalahan yang di perbuat Febrian...bukankah dia sudah terbiasa menanggung kesalahan Febrian sejak masa kanak kanak hingga remaja mereka..?
"Bagaimanapun..Rian itu masih adik saya,ayah...saya berjanji akan menyelesaikan masalah ini...."
Sesaat ayah merasa bersalah telah menarik nama Febrian dalam perbincangan dengan menantu kesayangannya ini.
"Bukan maksud ayah menyinggung masalah keluarga mu,Farrel...tapi menghadapi orang yang memiliki kelainan jiwa bukan hal yang bisa di jadikan mainan...!"kata ayah lambat,takut melukai perasaan Farrel lagi.
"Karena masalah sudah sebesar ini...ayah rasa,lebih baik ibu mu membawa Farreno menyingkir ke rumah kita di Singapura dulu,dan kalian bisa bersembunyi di rumah peristirahatan kita di Bogor...!"
Awalnya Farrel ingin menolak Reno di bawa ke Singapura.namun mengingat kematian istri dan anaknya Darto akhirnya Farrel menyetujuinya.
"Baiklah, ayah...aku setuju Reno di bawa ibu sementara ke Singapore.."desis Farrel sambil menghela nafas beratnya.
"Itu jalan yang terbaik,karena kegilaan Devina sudah mencapai titik puncaknya..."
Novi menggenggam tangan Farrel erat.Dia dapat betapa murung wajah suaminya .
"Jika keputusan kita sudah bulat...dua hari lagi ibu akan berangkat bersama Farreno dengan membawa mba Arni serta Dewi..."kata ibu sambil tersenyum tipis
"Kalian juga...menyingkirlah ke Bogor .."
"Baiklah Bu...kami ijin untuk beristirahat dulu..mas Farrel butuh istirahat.."pamit Novi begitu melihat wajah Farrel mulai pucat.dia butuh istirahat setelah pasca operasinya .
Kedua orang tua Novi pun mengangguk dan membiarkan Novi membawa Farrel masuk ke dalam kamar mereka dengan di bantu oleh Wira.
Wira membantu Farrel untuk berpindah dari kursi rodanya ke ranjang.
Farrel merasa dirinya kali ini tidak berguna,bahkan bergerak saja harus memerlukan bantuan Wira..! Apa bedanya dengan lumpuh...?setengah badannya kini terasa kaku dengan rasa nyeri yang terus mendera.
"Terima kasih,Wir...kamu beristirahat lah dulu semalam disini..."kata Farrel sambil tersenyum ketika Wira sedang mendorong kursi roda ke samping sisi ranjangnya.
"Maaf sudah menyusahkan mu selama ini.."
"Tidak apa apa dok..."sahut Wira sambil tersenyum.
"Segera pulihkan kondisi dokter,supaya bisa secepatnya melakukan operasi tulang panggul dokter..."
Farrel pun mengangguk seiring dengan Wira berjalan keluar dari kamar.
Tidak lama kemudian Novi menyusul masuk ke dalam kamar dengan Farreno dalam gendongannya.
Insting Farreno seperti mengetahui Farrel telah kembali.begitu Novi membuka pintu kamar dan melihat Farrel berada diatas ranjang,Reno langsung menjulurkan tangannya kearah Farrel sambil bergumam dalam bahasa bayinya disertai tawa nya dan bergerak gelisah dalam gendongan Novi seakan hendak melompat kearah Farrel.
"Pa..pa..pa..."
"Renoo....anak papa...sini nak..."
Farrel pun menjulurkan tangannya menyambut Reno dengan senyuman bahagia.betapa dia merindukan anaknya selama ini.
Reno langsung merangkak ke arah Farrel begitu Novi mendaratkan nya diatas ranjang,meraih lengan Farrel sambil memberikan beberapa tepukan.
"Hmm..pa..pa..pa.."
Farrel segera merengkuh Farreno ke dalam pelukannnya dan mencium pipinya berkali kali.
"Anak pintar....kangen papa..hmm...??"
Farrel membelai lembut kepala anaknya sambil tertawa bahagia,apalagi saat mendengar Reno menggumamkan kata papa tanpa henti padanya.
"Papa juga kangen kamu..jagoan papa.."
Farreno menatap Farrel sambil tersenyum lalu tangan mungilnya menepuk nepuk wajah Farrel,sambil bergumam tanpa henti seakan seabad mereka tidak berjumpa.
Novi tertawa lebar melihat tingkah Reno.
"Reno seperti nya menanyakan kamu pergi kemana selama ini mas..."
Farrel tersenyum tipis sambil mendudukkan Reno di atas pangkuannya,dan merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.
"Baru hari ini papa lihat kamu..dua hari lagi kamu sudah akan di bawa ke Singapura..."
Novi melihat kesedihan di mata Farrel .
"Hanya untuk sementara mas..."bisik Novi lirih ketika mengambil posisi duduk disamping Farrel dan merebahkan kepalanya di bahu suaminya.
"Lihat lah mommy mu,boy....manja nya melebihi kamu..." gurau Farrel dalam tawa sambil mengecup pipi Novi dengan lembut.
Novi menangkup wajah Farrel dengan kedua tangannya,dipandangi wajah suaminya cukup lama.
"Karena..cukup aku kehilangan kamu satu kali.."bisik Novi lirih sambil menempelkan dahi nya diatas dahi Farrel,dengan seulas senyum pahit menghiasi bibirnya.
"Dan rasanya..begitu menakutkan..."
"Begitu juga aku..baby..selama frekuensi hati kita di saluran yang sama...apa rasa mu menjadi rasaku..sakitmu,sakitku juga.."
Novi kembali menyandarkan kembali kepalanya di bahu Farrel,melihat itu seakan ikut berebutan manja Farreno bangkit dari duduknya dan merangkul leher Farrel.
"Your mom is my heartbeat...and you are my breaths,boy...both of you is my precious..."kata Farrel tersenyum sambil merangkul kedua permata hidupnya.
Pagi pagi Farrel dan Novi mengantar kepergian Ibu, Farreno serta mba Arni ke bandara Soetta untuk penerbangan pagi dengan tujuan Jakarta-Singapura.
Dewi memilih tidak ikut untuk membantu Wira mengurus Farrel sementara waktu.
Dewi bertugas memasak dan Wira yang menjadi penyambung kaki bagi Farrel saat ini.
Novi menangis saat Farreno akan dibawa masuk ke dalam boarding gate.
Karena baru kali ini dia berpisah dengan Reno dan tidak tau sampai kapan akan berlangsung terus keadaan seperti ini.
"Mas...kita harus segara melaporkan Devina..!"cetus Novi kesal disela isak tangisnya.
"Mau sampai kapan kita hidup dalam ketakutan seperti ini....?"
Farrel mengangguk pelan sambil membelai lembut kepala istrinya yang kini berada dalam pelukannya.
"Baiklah..besok kita sama sama ke polda untuk melaporkan Devina..."bisik Farrel lembut sambil mengusap airmata istrinya.
"Hari ini kami dinas pagi bukan...??"
"Iya mas...."
"Ya sudah...aku antar kamu...sekalian aku mau bertemu dr Arifin untuk membicarakan kondisi tulang panggulku..."
Farrel menurunkan Novi ke rumah sakit terlebih dahulu,setelah itu dia dan Wira serta pak Santo menuju rumah sakit tempat dr Arifin praktek.
***
Novi bertekad jika Febrian yang harus bertanggung jawab atas semua ini,tanpa berfikir panjang lagi selepas jam dinasnya,Novi langsung menuju mertuanya dengan taxi untuk menjumpai Febrian.
"Siang bu...."sapa Novi sopan ketika berjumpa dengan ibu mertuanya dan kini mereka sama sama duduk diruang tamu menunggu Febrian pulang dari kantor ayah mertuanya
"Siang ....bagaimana keadaan Farrel...??"tanya ibu metuanya datar tanpa terbersit rasa cemas apapun di sorot matanya akan keadaan Farrel
"Sudah membaik bu...kini sedang menunggu waktu untuk operasi tulang panggulnya.."
"Syukurlah...!"gumam ibu mertuanya masih dalam intonasi yang sama.
Kadang Novi merasa heran,permasalahan apa yang membuat ibu mertuanya tidak menyukai suaminya..?padahal Farrel juga anak kandungnya..!
Malah kini Novi yang merasa marah melihat pola laku mertuanya saat ini! benar benar edan..!
Untunglah tidak lama kemudian Febrian pulang,dan dia merasa terkejut bercampur gembira melihat kedatangan Novi yang tidak di sangka sangkanya.
"Hai....Sayang..."sapa Febrian mesra dengan seulas senyum bahagia dibibirnya.
Sang ibu mertua hanya bisa mendumal kesal melihat pola tingkah anak kesayangannya yang masih menyebut kakak iparnya dengan sebutan sayang..!
"Angin surga mana yang membawamu datang padaku hari ini....??"
Novi menatap kesal ke arah Febrian,merasa di permainkan sebagai kakak iparnya.
"Tidak lucu,Rian....!!dan berhentilah memanggil kakak iparmu dengan sebutan sayang....!!!"gerutu ibu mertuanya kesal sambil berjalan ke belakang.
Novi tidak berkomentar dan hanya menatap horor kearah Febrian.
"Rian..."
"Apa sayang....??"
"Kamu sudah menjumpai Devina...??"tanya Novi dalam nada ketus
"Besok aku dan mas Farrel akan melaporkan dia ke polisi...!!"
"Hmm...bagus itu..aku dukung kalian.."jawab Febrian enteng,tanpa merasa harus turut mengambil andil.
"Riann.....!!"bentak Novi marah.
"Bisakah kamu lebih menaruh perhatian sedikit atas apa yang telah menimpa Mas mu..???dimana hati nuranimu,hahhh...???"
Febrian menggeser duduknya lebih mendekat ke Novi.
"Kamu..meminta bantuanku,sayang...?"tanya Febrian dengan seringaian senyum di bibirnya.
"Apa maksudmu,Rian...??kamu yang telah membawa wanita sialan itu pulang...jadi kamu fikir siapa lagi yang harusnya bertanggung jawab...??"balas Novi sengit
" Ya tentu saja kamu,Febrian baskoro...!!!"
"Baik...aku beresi dia...tapi...kamu dan Reno ikut aku kembali ke amerika...!"
Wajah Novi berubah marah seketika
"Kamu fikir aku dan Reno itu barang...?bisa kamu tawar sesuka hatimu..,sialan...!!"umpat Novi berang dan bersiap untuk pergi.
percuma saja bicara dengan Febrian..!
Begitu Novi berbalik dan meraih tasnya,Febrian dengan singgap segera menahan lengan Novi,membalikkan badannya dan langsung merengkuhnya ke dalam pelukannya.
"I never love someone like I love and still love you...."bisik Febrian lirih disela telinga Novi sambil mempererat pelukannya di tubuh Novi.
Tubuh Novi membeku seketika.
"Apa yang di katakan Anggun benar..aku masih mengharapkanmu kembali..."
"Aku sudah menjadi milik Farrel..dan itu sudah multlak terjadi,Rian..."keluh Novi dalam nafas panjangnya.
"Lepaskan aku,Rian...."
Febrian tidak mau melepaskan Novi lagi malah menambah erat rangkulannya ketika Novi meronta untuk melepaskan diri.
"Katakan padaku...apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku...bahkan jika harus merangkak dan berlutut di hadapanmu,sayang.."
Novi merasakan jantungnya berdebar dengan cepat,dan wajahnya panas terbakar saat memori nya kembali pada masa saat cinta mereka masih bersemi.
kedua kaki Novi lemas dan hampir saja terjatuh.
"Aku tau kamu masih mencintaiku,..kamu menerima Farrel karena dia mirip denganku bukan...?"bisik Febrian sambil menarik dagu Novi keatas sedikit,sambil menatap ke dalam mata Novi.
Hati dan kepala Novi kini sedang berperang satu sama lain.Kepalanya memaksanya berfikir logika,sedang hatinya berkata..bukankah cinta pertama tidak pernah mati...??apakah dia menerima Farrel karena wajah mereka mirip...dia mengambil Farrel dengan menempatkan bayang Febrian didalam diri Farrel...??
Di tengah kegalauannya,wajah Novi memerah ketika matanya dan Febrian saling beradu,ada kekuatan yang berbeda saat dia berhadapan dengan Banu..!
Dengan Banu dia masih memiliki kekuatan untuk menolaknya,namun dengan Febrian ,Novi merasakan badannya seakan lumpuh tidak mampu melawan.
Novi memejamkan matanya,tidak berani menatap mata Febrian lebih lama lagi..!
Tanpa di sadari nya,Febrian malah mengecup matanya yang terpejam rapat itu .dan untuk pertama kalinya Febrian meneteskan air matanya..menyesali kebodohannya.
"Maafkan aku...sayang..."
Novi tetap menutup matanya rapat.dia takut melihat Febrian!
"Buka matamu dan tatap aku..."pinta Febrian lirih.
"Aku mohon,Rian..."rintih Novi pilu.
"Novi sayang.."bisik Febrian mesra,sementara bibirnya menjelajah turun dari mata turun ke hidung dan bibir Novi.
Tetapi sesaat sebelum Febrian berhasil memangut dan melumat bibirnya,Novi tersentak.Dan bayang Farrel muncul di dalam benaknya,seperti membangunkannya dari kenangan masa lalunya dengan Febrian yang sangat melelapkannya.
Febrian bukan Farrel...!dan hanya Farrel suaminya..yang berhak atas dirinya...bukan Febrian lagi..
"Hentikan,Rian..."
Dengan sisa kekuatannya ,Novi melepaskan diri dari dekapan kuat Febrian dan berlari keluar dari rumah mertuanya tanpa menghiraukan Febrian yang terus memanggil namanya
Ketika Novi melangkah keluar dari pintu rumah mertuanya,matanya melihat mobil Alphard Farrel telah meluncur keluar dari gerbang.
Novi terperanjat seketika..ingin rasanya dia berteriak sekuat tenaga.
apakah Farrel melihat Febrian mencium nya tadi...?kenapa Farrel harus pergi?
Novi yakin...Farrel pasti telah melihatnya ..!
dan Novi pun jatuh terduduk diatas lantai depan pintu rumah.
"Nov..."panggil Febrian lembut ketika berjongkok dan membantu Novi berdiri.
"Kamu jahat Rian...!!!"teriak Novi histeris dalam isak tangisnya sambil memukuli dada Febrian .
"Kamu tau mas Farrel datang....tapi kamu sengaja menjebakku dengan kenangan masa lalu kita..!"
"Maafkan aku sayang....aku tidak punya pilihan...aku hanya mengambil milikku kembali..."desis Febrian lirih sambil meraih kedua tangan Novi dan merengkuh Novi ke dalam pelukannya.
Hatinya begitu sakit melihat tangisan Novi.
Dan Febrian kini menyadari, hati wanita yang dicintai nya ini telah menjadi milik Farrel.
***
Cukup lama Farrel terduduk dimeja kerja nya di rumah sakit.
Munafik jika Farrel tidak merasa sakit tatkala melihat Febrian mencium istrinya..apalagi ditengah keterpurukannya diatas kursi roda dan harus bergantung pada orang lain...!
Farrel bukan malaikat..dia masih manusia yang mempunyai rasa emosi.
Sudah belasan kali,Novi menghubungi handphonenya,namun kali ini Farrel benar benar ingin sendiri.
"Dok..."panggil Wira ragu ragu ketika dilihatnya sudah belasan kali Farrel tidak mengangkat panggilan Novi di handphonenya.
"Apa...tidak sebaiknya diangkat saja??dr Novi pasti akan sangat khawatir dok..."
Farrel menggeleng lesu sambil matanya terus menatap kosong diatas photo scan fraktur ekstrakapsular panggulnya,yaitu lebih dikenal dengan patah tulang pinggul intertrochanteric.
Dia butuh pembedahan segera guna mengatasi nyeri serta patah tulang pinggulnya dan melakukan pergantian pinggul total dengan implan prostetik berupa protesis pinggul.
Meski operasi ini umum dilakukan,namun rasa khawatir akan komplikasi selalu ada karena dia sendiri pengidap paget deasease.
Farrel harus rehat total enam bulan sambil menjalani fisiotheraphy nya.
"Menghindar seperti ini juga bukan solusi,dok.."keluh Wira sedih melihat betapa terpuruknya dokternya kini.
Baru saja selamat dari maut dan harus menjalani begitu banyak pengobatan kini malah muncul ancaman orang ketiga dalam pernikahannya.baik dari adiknya sendiri ataupun dari sang penggemar istrinya.
"Dokter ingin jalan jalan kah...??"
"Baiklah...aku rasa perlu mencari angin..."ucap Farrel dengan seulas senyum pahit ketika menyetujui saran Wira.
Akhirnya Wira membawa Farrel jalan jalan di sepanjang pantai Ancol.
Sambil mendorong Farrel yang terduduk diatas kursi rodanya,Wira dengan setia membawa Farrel berjalan menelusuri sepanjang pantai sambil menikmati angin sore dan berhenti sejenak untuk melihat ombak yang mulai pasang.
Farrel menutup matanya menikmati suasana alam yang terhampar di depannya.
"Teriakkan semua kekesalan di hati,dok...jangan di tahan tahan...karena tidak akan membantu..."
Farrel tertawa mendengar apa yang baru diucapkan oleh wira.meski hanya seorang supir..namun sejak lolos dari.maut,Wira kini selalu menjadi teman bicaranya.
"Tidak ada yang harus di teriakkan,Wir..."desah Farrel pilu sambil menahan nyeri di hati.
"Aku memang hanya kebetulan hadir diantara Novi dan Febrian,adikku sendiri saat itu...dan menjadi pengganti Febrian yang saat itu melarikan diri dengan Devina ke Amerika..."
Farrel menarik nafasnya dalam,begitu dalam dan kesakitan,sampai Wira bisa melihat dan merasakan sakit yang di rasakan majikannya kini.
"Aku tidak lebih dari seorang pengganti bayang bayang adikku sendiri...!!"teriak Farrel seiring dengan airmatanya yang jatuh bergulir
"Keluarkan dok...teriakkan lebih kuat lagi...setelah ini..dokter akan merasa lebih baik..."
Wira pun memberikan tissu ke dalam tangan Farrel dan mendorong kursi roda Farrel kembali menelusuri hingga ke batas akhir di jalan setapak yang berbatasan langsung dengan laut
"Ingin mendengarkan saranku,dok...??"
Farrel menoleh sekilas ke arah Wira yang
menatap ke arah laut.
"Sejauh mana kah rasa cinta yang dokter punya untuk dr Novi...??sejauh dan seluas laut ini membentang kah...??"
Farrel tertawa melihat gaya Wira yang sok menggurui nya.
"Hei bocah...jangan menggurui majikanmu..!!"
"Jika masih tersisa cinta...pertahankan lah sampai akhir...jangan sampai menyisakan penyesalan yang tak berujung..."
Farrel tertegun sesaat mendengar ucapan Wira barusan,dan dilihatnya wajah Wira tiba tiba melukiskan sebuah kesedihan.
"Dulu..aku mempunyai seorang kekasih dok..dia seorang pria polos yang cantik.."kata Wira dalam nada tersendat, tergurat seulas senyuman saat menceritakan sosok prianya .Farrel kini menatap tidak percaya dengan apa yang di katakan Wira barusan.
"Tapi..aku malu mengakui orientasi sex ku saat itu dan membuatnya kecewa hingga pada akhirnya ketidakpastian ku membawanya bertemu dengan pria lain yang tidak malu mengakuinya..hingga pada akhirnya dia harus mati di tangan pria itu..."
Mata Wira tampak memerah menahan gejolak yang beperang dalam dirinya berusaha agar airmata nya tidak jatuh.
"Dan yang tertinggal kini..hanyalah sisa penyesalan kenapa aku tidak mempertahankannya hingga harus memaksanya mengantarkan diri menuju maut.."
Wira menarik nafasnya dalam lalu mendorong kursi roda Farrel kembali menuju tempat parkiran mobil dimana pak Santo tengah menunggu di sana.
"Kamu pasti melewati masa masa yang sangat sulit,Wir..."
Wira mengangguk seiringan dengan senyum pahit yang terlukis di sudut bibirnya.
"Tidak ada rasa yang lebih menyakitkan dari merindukan orang yang telah tiada,dok..."