Farrel berhasil melewati masa kritis setelah pasca operasi nya.Namun retakan di panggulnya belum bisa di operasi akibat hepatic packing serta manuver pringle yang baru dijalaninya.
sementara Farrel harus bergantung pada injeksi painkiller sampai dia bisa melakukan operasi tulang panggulnya,dan itu artinya dia harus bergantung diatas kursi roda untuk sementara dan full bed rest minimal satu bulan..!
Novi duduk di luar ruang tunggu ICU dengan Wira.
Kini Wira tertunduk tidak berani menatap Novi,karena dia takut dimarahi dan disalahkan oleh Novi karena tidak menghubungi mereka.
"Wir...kenapa kamu tidak mengabari kami...??"tanya Novi penasaran,namun dalam intonasi yang lembut karena dia tau Wira juga mengalami trauma.
"Maafkan saya dok....semua...karena mas Darto melarang saya..."cetus Wira sedikit kesal.
"Darto...??siapa dia,Wir...??"tanya Novi penasaran
"Dia lah yang diperintahkan untuk membunuh kami,dok..."
"Apaaa...??"pekik Novi terkejut dengan matanya yang kini membelalak keluar.
"Iya dok...seseorang membayarnya untuk membunuh...tapi ternyata dulu dr Farrel pernah menolong istrinya saat pendarahan hebat dan melahirkan caesar di rumah sakit tanpa biaya,karena itu dia yang menyelamatkan kami...memakai mayat tak terindentifikasi untuk memanipulasi publik juga orang yang membayarnya,dok..."suara Wira terdengar kering
"Dia juga yang membiayai perobatan kami pada awalnya..hingga dr Farrel menyuruh saya mengambil uang dari kartu kredit dan atm nya,karena dr Farrel tau kondisi mas Darto,dok..."
Sesaat Novi tertegun,namun setidak nya pembunuh itu masih memiliki nurani..jika tidak mungkin Farrel dan Wira sudah tidak bernyawa.
"Oh pantas..lantas..dimana Darto sekarang..?"
Wira menggeleng kepalanya sambil sesekali kepalanya melegok ke kiri dan kanan.
"Mungkin dia menghindar..karena sudah tau dokter ada disini..serta kemarin dokter datang dengan polisi.."ucap Wira lirih dan menaruh iba dengan Darto.
"Dia takut ditangkap dan di penjara dok..anaknya masih kecil..."
Novi mendesah prihatin mendengarkan apa yang diceritakan oleh Wira barusan.
"Jika Darto menemuimu diam diam..beritahu dia aku ingin bicara dengannya...dan tidak akan melaporkan nya..."
"Baik dok.."sahut Wira menganggukan kepalanya.
"Bagaimana luka di kepala dan wajahmu,Wir..sudah di CT scan kah...??"tanya Novi cemas saat tangannya menyentuh wajah Wira untuk memeriksa luka di wajah dan kepala Wira.
"Sudah dok...dr Farrel kemarin sudah menyuruh saya CT scan.."
Novi menghela nafas lega.
"Nanti saya akan memeriksa lukamu kembali,..sekarang istirahat la di hotel dengan pak Santo,Wir..."ucap Novi sesaat sebelum masuk kembali ke dalam ruang mendampingi Farrel yang masih terlelap dalam tidurnya
"Tidak usah dok...saya sudah terbiasa menunggui dr Farrel..."
Novi tersenyum bangga melihat loyalitas karyawan nya.
"Baiklah...terima kasih ..sudah merawat dr Farrel dengan baik..."
"Sama sama dok...."
Novi meminta ijin perawat serta pihak rumah sakit untuk mengijinkan nya duduk menunggui Farrel di meja perawat ICU,karena melihat status Novi adalah dokter maka dia diijinkan untuk tetap boleh berada di dalam ruang ICU.
Hampir setiap jam Novi melakukan observasi pada status Farrel.dia tidak bisa terlelap dalam tidur,dia masih khawatir Farrel akan kambuh lagi.
Tiba saat subuh,Farrel mulai melenguh dan tersadar dari pengaruh obat biusnya dia merintih sakit kembali.
"Jangan bergerak dulu,mas..."bisik Novi pelan sambil menangkup wajah Farrel dengan kedua tangannya.perlahan Farrel membuka matanya,meski masih terpasang ventilator,EKG,infus di tangannya Farrel mulai dapat melihat jelas yang di hadapannya kini adalah Novi..dan ini bukan mimpi!
"Obat anestesi mu sudah habis,mas..maka terasa sakit di bagian luka operasi...akan ku naikkan dosis painkiller lagi jika tak bisa tertahankan sakitnya..karena sekarang dalam dosis rendah kuberikan,mas..."
Novi mengusap lembut wajah Farrel sambil tersenyum.
"A..aku..fikir..tidak bisa menemukanmu lagi,mas..."desis Novi sambil terisak
"Saat mengindentifikasi mayat yang terbakar di dalam mobil di ruang forensik ..aku merasa duniaku kiamat ..apalagi menemukan kalung kunci mu ditubuh mayat itu..."
Farrel tidak menjawab namun memberikan eksperesi wajah yang terkejut
Berarti Darto yang melakukan ini seolah dia dan Wira sudah meninggal...??untuk memanipulasi orang yang sudah membayarnya..?
"Aku meminta pengajuan test DNA..karena saat itu Febrian ikut mengindentifikasi mayat..dan syukurlah..dari sample darah yang di tes..hasilnya negatif dan tidak ada persamaan DNA sama sekali dengan Febrian.."
Farrel mengangguk sambil berusaha tersenyum
"Iyaa....a..aku..masih..hidup..baby.."sahut Farrel pelan dalam dalam nada terputus putus akibat kesusahan berbicara karena ventilator yang terpasang.
Lama Novi mengamati wajah suaminya,seakan takut semua ini hanyalah mimpi,dan dirinya baru tersadar begitu Farrel menyentuh pipi nya perlahan dengan tangan yang tidak terpasang alat medis.
"Terima kasih Bunda..engkau telah mengembalikan rumahku.."bathin Novi menahan haru dalam hati ketika merasakan sentuhan tangan hangat Farrel di pipinya.
Sekitar pukul enam pagi ,Wira memasuki ruang ICU dan mengabarkan Darto ingin menjenguk Farrel.
Novi pun menyuruh Wira mempersilahkan Darto masuk berhubung Farrel sudah dalam kondisi sadar dan stabil.
Tak lama sesosok pria tinggi kurus memasuki ruang ICU didampingi Wira disampingnya.
"Selamat pagi...dr Farrel..."sapa Darto begitu tiba di dekat ranjang Farrel terbaring
"Pagi juga..dr Novi...."
"Pagi..."balas Novi ketika menatap kearah Darto dari samping Farrel.
"Kamu..Darto kah...?"tanya Novi perlahan sambil berusaha tersenyum,dia tidak ingin Darto merasa tidak nyaman dengan keberadaannya.
Darto tidak menjawab,hanya mengangguk pelan dan menatap kearah Farrel dengan mata penuh penyesalan
"Maaf dr Farrel....perbuatan ku..telah membuatmu begitu menderita seperti ini..."Darto meledak dalam tangisnya yang diliputi oleh rasa penyesalan yang mendalam.
Farrel menggelengkan kepalanya dan memandang ke arah Novi seakan menyuruh Novi mewakilinya berbicara.
"Darto...jangan begini...kami sudah memaafkanmu...kamu sudah cukup berbesar hati tidak membunuh suamiku dan juga Wira..adalah suatu anugerah bagiku..."ucap Novi lirih,terenyuh melihat Darto sekarang.
"Kedatanganku kali ini..ingin permisi pada dr Farrel..dan juga anda dr Novi..."ucap Darto setelah agak tenang.
"Kemana kamu akan pergi,Darto...??"tanya Novi heran ketika Darto mengungkapkan keinginannya.
"Kami..tidak akan melaporkan mu ke polisi.."
"Aku..akan membawa anak dan istri ku pergi dari sini dok....karena..aku yakin wanita gila itu akan menyuruh orang bayaran lain untuk mengambil nyawaku dan mengancam keselamatan keluargaku.."
"Apaaa....???wanita gila...?"jerit Novi ngeri dalam suara yang tertahan oleh telapak tangannya.
"Mak..maksudmu,Devina...??apaa dia yang mengutusmu sebelumnya Darto...??"
Jadi memang benar,Devina telah menjadikan Farrel sebagai obsesinya,dan ingin menyingkirkan ku supaya bisa memiliki Farrel..?
Darto mengangguk dalam.
"Iya dok...dia menginginkan nyawa anda...namun pada hari itu malah dr Farrel yang memakai mobil anda..."
"Benar benar sudah gila...tidak tertolong lagi.."keluh Novi putus asa.
"Seharusnya..aku yang membuatnya hancur,namun..ini malah sebaliknya..."
Novi terduduk lemas diatas kursi.
"Kita tidak bisa membiarkan dia lagi,mas...aku akan melaporkannya ke polisi..!"ucap Novi lirih sambil menatap kearah Farrel.
Darto berjalan mendekati Farrel dan memegang tangan Farrel erat.
"Dokter...aku pamit...jaga diri dokter baik baik.."gumam Darto pelan memandang Farrel dengan matanya yang sembab.
"Aku minta maaf sekali lagi ,dok..."
Farrel membalas genggaman tangan Darto sambil mengangguk
"Kami...yang seharusnya berterima kasih padamu,Darto..."sergah Novi sambil tersenyum tulus kepada Darto
"Kebaikkan mu...akan kami ingat seumur hidup..."
"Terimakasih dok..jaga diri dokter baik baik juga...wanita itu..sangat berbahaya..."sahut Darto sesaat sebelum keluar dari ruang ICU.
Ketika Darto sudah berada di ambang pintu keluar dari ruang ICU,Novi memanggilnya dan menyodorkan amplop berisi uang ke dalam tangan Darto.
"Apa ini..dok...??"tanya Darto heran
"Ambillah bersama mu,Darto..kamu akan membutuhkannya dalam pelarian bersama keluarga kecilmu...pergilah sejauh mungkin dari wanita gila itu juga..."
Darto mengangguk sedih.
"Terimakasih,dok...."
Lalu Darto meninggalkan ruang ICU tanpa menoleh kembali.Novi berharap semoga pria dan keluarganya itu bisa jauh dari jangkuan kegilaan Devina..!
Dua hari setelah operasinya,kondisi Farrel mulai membaik,dan sudah bisa melepas NGT,serta EKG dari tubuhnya meski masih dibantu oleh cairan infus sebagai penyuplai makanannya serta oksigen regulator sebagai alat pembantu pernafasannya.
Dan tanpa Novi duga,Banu mengunjungi Farrel hari ini dengan alasan ingin melihat kondisi Farrel apakah sudah bisa dimintai keterangan prihal insiden yang menimpanya.
Banu tidak datang sendirian.dia sengaja membawa ajudan bersamanya.
Sebenarnya alasannya sangat klise...dia ingin melihat Novi dan merindukannya...!
"Selamat siang..dokter Farrel...saya Banu...dari polsek cianjur.."sapa Banu dibalik masker yang menutupi wajahnya dan menjabat tangan Farrel begitu tiba di dalam ruangan ICU.
"Bagaimana keadaan Anda,dokter..?sudah lebih baik kah...??"
Farrel mengangguk dan disampingnya Novi berdiri dengan setia menemani.
"Terima kasih,pak...kondisi saya membaik..meski belum bisa di katakan stabil"
jawab Farrel dengan suara yang lemah di balik masker oksigennya.
"Mas...ini Pak Banu yang banyak membantu ku dalam masa mencari mu..."kata Novi terus terang,karena dia tidak ingin menyembunyikan apapun dari Farrel.
Dan mata Banu tidak berhenti menatap Novi saat mendengar kata kata yang baru diucapkan Novi barusan.
Sesaat Farrel tertegun namun segera di tutupinya dengan memberikan seulas senyuman kepada Banu.dia membaca ada sesuatu yang lain dari tatapan sang polisi ini kepada istrinya.
Namun ini bukan alasannya membuat dia tidak percaya kepada Novi..!dan dia ingin mendengar langsung dari Novi.
"Ohh...terimakasih atas bantuan anda,pak..maaf jika istri saya banyak merepotkan anda..."
Banu tertawa lembut kepada Farrel
"Itu sudah menjadi tanggung jawab kami,dokter...apalagi insiden mobil anda terjadi di area pantauan saya..."kata Banu dalam nada suara ramah.
"Cuma...saya rasa suami saya belum bisa untuk dimintai keterangan, Pak Banu..."potong Novi cepat
"Kondisi nya baru sadar dari operasi nya.."
Tiba tiba sebuah raut kekecewaan tergurat jelas di wajah Banu saat menatap sekilas kearah Novi.
"Ohh..tidak apa apa dr Novi.. kebetulan saya melewati jalan disekitar sini..jadi singgah untuk melihat keadaan dr Farrel..supaya bisa tau kapan bisa memulai investigasi.."
Banu langsung memberi jawaban untuk menangkis penolakan Novi .
dia merasa marah dan kecewa...kenapa Novi begitu melindungi Farrel...?dia juga bisa melihat kondisi Farrel masih tidak stabil dan tidak mungkin memulai investigasi...tidak seharusnya Novi langsung memblokir diri serapat itu terhadap dirinya..!
"Namun...sambil menunggu kondisi dr Farrel stabil..saya rasa kita bisa memulai investigasi dari anda...misalnya seperti siapa saja yang anda curigai atau hal apa saja yang bisa mengarah kearah insiden ini,dr Novi...!"
Wajah Novi langsung memerah,antara kaget dan marah..!dia tidak menyangka kalau Banu akan menyudutkan nya seperti ini...!bukankah dia sudah menceritakan semua detailnya kepada dia saat mereka makan malam di cafe beberapa waktu yang lalu..??
"Baiklah Pak Banu...kapan Anda butuh informasi..saya siap di introgasi..."sahut Novi dalam nada sedikit menahan kekesalan dan membuang pandangan nya dari Banu.
Banu menyadari kesalahannya.dia telah membuat Novi marah.namun baginya sudah telat untuk mundur..!
"Jika begitu...saya minta sedikit waktunya sekarang,dr Novi..."
Astaga...!!pikir Novi kaget.sudah gilakah Banu...???
"Baby...kamu..bisa memberikan sekilas keterangan kepada pak Banu..."sahut Farrel kepada Novi sambil mengangguk pelan memberi ijin kepada Novi
"Wira bisa menemaniku.."
"Ya Tuhan...jika engkau tau pria ini menaruh perasaan padaku..apakah kamu akan sebaik ini..mas...???"desis Novi pahit dalam hati.
dan Novi benci keadaan seperti ini...terjebak dalam hal yang tidak pernah di duga nya akan terjadi padanya...!
Sejak Febrian melukainya..dia tidak pernah tertarik lagi pada sosok yang seperti Febrian..dan Banu kurang lebih seperti Febrian..karenanya Novi berusaha menutup segala kemungkinan hal dari awal..!
Cinta yang awalnya begitu menggebu...namun pada akhirnya akan hancur seperti butiran debu..
Novi akhirnya mengikuti Banu keluar dari ruang ICU setelah Farrel mengijinkannya.meski harus menahan amarahnya,Novi mengikuti apa yang di perintahkan oleh suaminya.
"Apa mau mu,Banu...??"dengus Novi kesal,ditatapnya Banu dengan mata penuh kekecewaan saat berjalan keluar dari rumah sakit.
"Bukankah semuanya telah diceritakan padamu saat kita berada di cafe..??"
Banu menoleh kearah Novi namun tidak berkata sepatah kata apapun karena dia tidak ingin amarahnya akan melukai wanita yang dia kagumi ini.
Namun dia segera meraih tangan Novi untuk segera ikut dengan nya masuk ke dalam mobilnya.
Banu meminta kunci mobilnya apa ajudannya lalu membawa Novi keluar dari parkiran rumah sakit.
Wira yang melihat kejadian itu merasa kesal dan hendak mengejar Novi ke tempat parkiran,namun langkah nya di halangi oleh ajudan Banu
"Banu....!!!apa apaan ini.??"seru Novi cemas dan marah.
"Tenanglah...aku tidak akan menculikmu..!!"
"Lalu...kenapa kamu membawaku pergi dari rumah sakit..??kita akan kemana...??"
"Aku hanya merindukan mu..!!"desis Banu putus asa
"Karenanya..aku..ke rumah sakit...apa itu salah....??"
Novi tidak menjawab.Ingin rasanya dia meneriakkan kata gila ini gila.dan sungguh gila..!!
Novi menghela nafas berat sebelum menjawab Banu dengan tegas dan lirih.
"Salah Banu...kamu tau aku sudah bersuami.."
"Aku tau itu..!"
"Lantas kenapa kamu harus bersikap seperti ini...??"
Novi memejamkan matanya sejenak untuk menurunkan amarah yang bertumpu di atas kepalanya.
"Aku...aku..hanya tidak bisa mundur lagi..."desis Banu lirih sambil menatap sendu kearah Novi yang terduduk frustrasi merebahkan kepalanya di atas jok mobil
"If you went so crazy...I was think you are insane now,Banu...!!"
"Yeah...i'am went so insane with this feeling.."
"You should stop it now...!!jangan nodai persahabatan kita,Banu...please...."
"Aku..hanya tidak tahan melihatmu begitu melindungi dr Farrel..."
"Dia baru selamat dari maut,Banu..!!!"
Hampir saja Novi menjerit kesal karena mendengar ucapan yang tidak beralasan dari Banu.
"Dan dia suami ku...aku harus merawat dan melindunginya disaat dia membutuhkan ku..!"
dan tangis Novi pun pecah.dia benar benar frustrasi dibuat oleh Banu saat ini..seperti Febrian membuatnya hampir gila..!
Karenanya Novi membenci rasa ini..rasa yang menggebu gebu namun rapuh..dan sungguh membuatnya tidak nyaman..!
"Aku..mohon padamu,Banu...lepaskan dan lupakan aku..."desis Novi pilu.
"Taukah kamu...rasa cinta mu ini persis seperti Febrian...dan aku hampir mati karena cinta seperti itu..."
Dan Novi pun menjulurkan pergelangan tangan kirinya yang masih membekas sayatan di nadinya ke hadapan Banu .
Banu terdiam dan melihat bekas sayatan di tangan Novi dengan tatapan pilu
"Dan..aku baru memperoleh kebahagiaan itu dari Farrel...jadi..jangan buat aku terjatuh lagi,Banu..."pinta Novi disela isak tangisnya.
"Jangan menangis,cantik..."pinta Banu ketika mengusap air mata yang jatuh bergulir diatas pipi Novi .
"Maafkan aku..."
Novi menatap sendu saat matanya melihat ke dalam mata Banu .
"Taukah kamu,Banu...dalam hidupku..aku memiliki dua kelopak bunga cinta untuk dua pria yang berbeda..satu untuk Febrian yang sudah luluh sebelum berkembang...dan yang satunya untuk Farrel...yang tidak akan luluh meski maut memisahkan...."
***
Banu mengantar Novi kembali ke rumah sakit dan Novi segera keluar dari mobilnya, berlari menuju ke tempat seharusnya dia berada.
Farrel...!!
Disanalah dia seharusnya berada...!
Novi mempercepat langkah nya menuju ruang ICU kembali dengan perasaan yang bercampur aduk.
Begitu membuka pintu ICU ,Novi berjalan perlahan mendekati ranjang Farrel yang kini sedang terbaring dalam tidurnya,begitu damai meski masih terpasang oksigen regulator serta infus di tangannya.
Wajah yang amat di rindukannya..!
Perlahan Novi mengambil posisi duduk di kursi samping Farrel terbaring, merebahkan kepalanya di atas bahu Farrel dan menyusup manja ke ceruk leher nya.
Farrel tersenyum merasakan ada hembusan nafas di sela leher dan wajahnya.
"Baby..lelah...?"
Novi mengangguk manja dan makin menyusupkan wajahnya kedalam leher Farrel untuk mencium aroma suaminya.
"Bau kamu mas...!!"gurau Novi sambil tertawa
"Tapi..aku suka..hingga harus rebutan dengan Reno..."
Farrel tersenyum mendengarkan apa yang diucapkan istrinya barusan.
Novi mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan Farrel .untuk sesaat mereka saling tatap.rasa cinta dan rindu terungkap dalam tatapan mata mereka.
Lalu tangan Novi membuka masker oksigen regulator Farrel lalu mencuri satu kecupan di bibir suaminya.
"I love you...my man..."
"Nakal kamu...baby..."desis Farrel dengan mata berbinar serta senyum menghiasi bibirnya.
"I love you,too..."