Wira mengantar Farrel memasuki rumah hingga kedalam kamarnya di bantu oleh Dewi .
Novi tengah berdiri tegak memunggunginya di depan balkon kamar mereka.
"Dok...kami pamit dulu..."ucap Wira sambil berjalan keluar bersama dengan Dewi.
Setelah pintu kamar tertutup terdengar,Novi memutar tubuhnya kini menatap suaminya.
Untuk sesaat mereka berdua terdiam tanpa berkata apapun.
Lambat lambat Novi berjalan menghampiri Farrel dan berjongkok di hadapan Farrel yang duduk diatas kursi rodanya,digenggamnya kedua tangan Farrel
"Maafkan aku mas..."ucap Novi lirih.
"Tidak terjadi seperti apa yang kamu pikirkan antara aku dan Rian..."
Dan sekarang Novi tidak dapat menahan tangisnya lagi.
"Tolong jangan mendiamkan aku seperti ini,mas.."pinta Novi disela isak tangisnya yang begitu menyakitkan.
Farrel menyeka airmata yang jatuh membasahi pipi istrinya,memandanginya dengan sendu .
"Aku bukan malaikat,baby...aku juga bisa merasa sakit..."rintih Farrel getir antara sakit dihatinya juga sakit melihat airmata wanita yang dicintainya.
"I..I need some time..to remedy..."
"Berapa lama mas..?apa mas akan pergi meninggalkan aku dan Reno ..??"tanya Novi frustrasi dalam tangisnya yang makin menjadi.
Farrel segera menangkup wajah istrinya dan memaksa Novi untuk melihatnya
"Hei baby...I said I need some time to remedy..not mean I'll leave you and Reno...!"
Farrel dapat melihat ketakutan dan rapuhnya Novi kini lewat pancaran matanya yang redup.
Bukan ini yang Farrel inginkan dari istrinya.Dia ingin melihat wanita nya selalu bahagia disaat bersamanya.
Namun perkataan Febrian seakan menjadi suatu ketakutan baginya,dimana ada satu kenyataan yang tidak bisa di ingkari hingga dunia ini kiamat..bahwa ada Reno diantara Febrian dan Novi..dia hanyalah wayang yang kebetulan hadir diantara mereka.
"Baby...dengarkan baik baik...karena aku tidak akan mengulangi lagi apa yang akan kutanyakan padamu..apapun yang kamu jawab..akan aku bawa hingga ke akhir sisa hidupku..."
Novi tertegun sesaat dan melihat betapa tegasnya Farrel dalam ucapannya.
Novi pun langsung mengangguk dalam.
"Tanyakanlah,mas...."sahut Novi getir
"Dan dalam nama Tuhan..aku akan menjawab nya dengan hatiku..."
"Apakah..yang di katakan Rian benar...jika aku ini hanya berada dalam bayang dirinya..??dan karena itu..kamu menerimaku...??"tanya Farrel getir.
Novi menggeleng sedih,dan kini gilirannya menangkup wajah Farrel dan menatap ke dalam matanya.
"Ku akui...Febrian adalah cinta pertamaku,dan aku pernah sangat mencintainya,dan tidak aku ingkari bila rasa itu pernah singgah di hatiku....!"sahut Novi terus terang tanpa menghindari tatapan mata Farrel padanya
"Dan kamu tiba tiba hadir dan memaksa masuk dalam hidupku,menarikku keluar dari kenyataan yang tidak ingin aku lihat lagi..!mengambil ahli tanggung jawab atas diriku,memberiku bahu untuk bersandar hingga membawaku ke depan Tuhan untuk berjanji akan selalu setia padamu dalam suka dan duka,tatkala sehat ataupun sakit,dan berjanji akan mencintai dan menghargaimu hingga maut memisahkan kita..kamu kira semua itu lelucon,Farrel baskoro...???"
Novi menatap kedalam mata suaminya seiring dengan airmata yang terus bergulir jatuh dari pipinya.
"Jika kamu rasa ini seperti lelucon april mop ,besok kupastikan surat cerai akan sampai ditanganmu,mas..."
"Maafkan aku,baby...aku sudah meragukan pernikahan kita..."desis Farrel pahit
"Aku lebih percaya pada apa yang aku lihat tanpa melihat ke hatimu..."
Novi melingkarkan lengannya ke leher suaminya dan menutup rapat kedua matanya ketika kening mereka hingga saling bersentuhan.
"Aku juga minta maaf mas...karena telah terjebak masa lalu dan membuatmu terluka.."
Lalu di kecupnya bibir Farrel dengan mesra.
"Percayalah...aku tidak pernah menjadikan kamu sebagai bayang Rian,mas..."
Farrel mengangguk sambil memeluk Novi erat ke dalam pelukkannya,seakan tidak mau melepaskannya lagi.
Bibirnya memangut dan mengulum mesra bibir istrinya .dan ketika Farrel mulai menjelajahi titik titik erotis di bagian tubuhnya dengan kecupan dan sentuhan yang menggelora,Novi harus menghentikan Farrel untuk bertindak lebih jauh lagi,mengingat kondisinya yang masih belum stabil.
"Stopp mas..."
Novi menggeliat sambil mendesah,terengah menahan gairah yang telah membuncah di dada.Kepalanya terkulai lemas bersandar di bahu suaminya.
"Kondisimu belum stabil..."bisik Novi disela telinga Farrel.
Farrel tersenyum lebar sambil mengecup pipi Novi dengan lembut.
"Hanya dipipi...??"rajuk Novi manja.
"Jangan sekarang...tunggu pembedahan tulang panggulku selesai...anggap saja sebagai uang muka...!"
"Jadi..aku harus menunggu lagi..?"
"Bukankah lebih bagus di depositkan dulu..supaya nanti bisa langsung mencetak adik kecil buat Reno..."bisik Farrel ketika mengecup mesra pipi istrinya sekali lagi.
Wajah Novi merona merah seketika dan mencubiti hidung Farrel dengan gemas sebelum memberikan satu kecupan di bibir suaminya.
"Mungkin kita harus mencoba nya,mas...kalau bisa sekalian kembar dengan program mu..."
"Nanti kamu kewalahan menjaga mereka dan gelar bedah mu ga kelar kelar..."kata Farrel dengan seulas senyum teduhnya
"Kamu akan tersiksa mengikuti program bayi tabung nya, baby...kita terima saja dulu apa yang di beri Tuhan.."
Novi tersenyum menanggapi ucapan Farrel barusan.
"Baiklah pak dokter...!!"
***
"Serius..kamu mau balik ke Amerika,Rian...??"tanya Anggun dengan nada tidak percaya dengan apa yang diucapkan Febrian barusan.
Setelah melihat airmata Novi,Febrian memutuskan untuk pergi menjauh daripada harus mempertahankan apa yang sudah tidak bisa menjadi miliknya.
Jadi sore ini dia memutuskan untuk menjumpai Anggun sekalian pamitan dengan gadis itu.
"Kenapa mendadak...??"desak Anggun penasaran
"Kamu mendapat pencerahan dari mana,Rian...??"
Seketika Febrian tertawa mendengar ucapan Anggun barusan.
"Bukankah mencintai seseorang itu..tidak harus memiliki dia...??"
"Bagus la jika kamu sudah bisa menemukan jalan dimana kamu seharusnya melangkah,Rian...aku turut bahagia dengan keputusan mu..."ucap Anggun tulus.
"Jadi hari ini...aku mau mentraktirmu sebelum dua minggu lagi aku kembali ke amerika...aku harap kamu tidak menolaknya..."
"Baiklah...tidak sopan namanya kalau aku menolak undanganmu yang datang secara baik baik..."kata Anggun lirih.
Jujur dia merasa sedih meski hampir setiap saat Febrian selalu membuatnya jengkel dengan sifatnya yang sesuatu hati datang dan pergi seperti jelangkung,namun dia mulai terbiasa dengan itu.
"Pilihlah restoran yang kamu suka..."kata Febrian ketika mereka telah duduk di dalam mobil
Akhirnya Anggun menunjuk satu restoran makanan Jepang di sebuah mall.
Setelah selesai makan dengan diselingi obrolan ringan,Febrian pun membayar tagihan dan mengajak Anggun untuk jalan jalan sejenak mengelilingi mall.
"Kamu suka apa..pilihlah satu.."cetus Febrian ketika mereka berjalan mengelilingi mall.
"Tidak usah..simpanlah uangmu untuk mentraktir gadis gadis di Amerika sana...!"cetus Anggun sambil tersenyum
"Kamu butuh modal untuk mencari gadis baru.."
Febrian berdecak kesal.
"Sudahlah...satu barang pilihanmu..tidak akan membuatku kekurangan uang untuk merayu gadis gadis disana...!"dengus Febrian kesal,karena di timpali Anggun dengan tawa mengejeknya.
"Baiklah....kebetulan aku mau mencari buku pediatric hematology ...kamu yang bayarin...setuju...??"tawar Anggun ketika melihat keseriusan Febrian
"Ckk..kamu dan Novi sama saja...selalu kencan dengan buku...!!" dengus Febrian tanpa disadarinya.
"Apa sih menariknya dari sebuah buku..??"
"Lihatlah...seseorang sepertinya belum bisa move on.."goda Anggun sambil tersenyum tipis
Dan wajah Febrian memerah seketika ketika menyadari dia masih mengingat benar kesukaan Novi akan membaca buku,terutama buku kedokterannya...!
"Jika buku itu saja yang kamu kencani..kapan kamu bisa punya waktu untuk punya pacar..?"
Anggun tersenyum pahitnya..sejak Farrel dan Novi menikah dia hampir tidak pernah mengingat yang namanya pacaran lagi..boro boro pacaran...untuk berkenalan dengan lelaki saja dia sudah enggan.
Dan masih segar dalam ingatannya ketika Farrel masih di Jerman,dia begitu menggebu gebu mengejar cinta Farrel ..namun begitu patah hati,ternyata efeknya begitu dahsyat..Anggun hampir kehilangan separuh gairah hidupnya.
"Tidak berminat lagi ..."sahut Anggun jujur disela helaan nafas beratnya sambil mencari buku yang mau di belinya.
"Ternyata seorang Farrel Baskoro begitu membuatmu patah hati,hmm...??"
Anggun enggan menjawab namun menatap horor kearah Febrian
"Opss...okay..sorry...!!"Febrian menyeringai lebar .
"Ucapan Novi benar...kalian sama sama Baskoro sialan...!!"dengus Anggun kesal sambil berjalan ke kasir dengan temuan buku yang hendak dia beli,dan menyerahkannya ke tangan Febrian.
"Cepat bawa ini dan bayarkan...!!"
"Baik bu dokter..."sahut Febrian sambil menahan tawanya.
"sama sama Baskoro sialan..hmm..she is cute..baiklah..kamu akan terus mengingat para Baskoro sialan ini..."bathin Febrian merasa lucu sendiri ketika mengantri di depan kasir.
Setelah membayar buku yang Anggun mau,tiba tiba Febrian meminta pulpen dari sang kasir dan menuliskan sesuatu diatas halaman pertama buku Anggun.
'To : Anggun lokadewi
"Wish you luck for becoming pediatric hematology oncologist.."
from : Febrian,sang baskoro sialan...
Anggun menerima kantong plastik yang berisi buku dari tangan Febrian tanpa menaruh curiga sedikit pun
"Terimakasih..."ucap Anggun tulus dengan seulas senyum.
"Sama sama...dan semoga buku ini membuatmu untuk tidak lupa padaku..." kata Febrian dengan seringaian yang mencurigakan.
Anggun pun langsung membuka kantong plastik dan memeriksa bukunya yang sudah tidak bersegel plastik,lalu membuka bukunya.
Anggun tersentak kaget dan menatap Febrian dengan tatapan tidak percaya
"Dasar sinting...!"sungut Anggun pura pura gemas,padahal hatinya merasa geli saat membaca apa yang di tulis oleh Febrian dan akhirnya mereka tertawa bersama.
"Memang para Baskoro sialan....!!'
Setelah mendapat buku yang diinginkan,Febrian pun hendak mengantar Anggun pulang ke rumahnya .
Mereka berdua pun menuju lantai tempat Febrian memarkirkan mobilnya.
Keadaan gedung parkir sepi karena sejak masa pademi covid 19 mall selalu sepi.
Tanpa merasa khawatir akan ada mobil yang akan datang,mereka berdua pun berjalan santai tanpa memperhatikan ada nya mobil yang kini tengah mengintai mereka..mobil yang dikemudikan sang psikopat yang siap menghantam tubuh mereka.
Ketika baru saja Febrian hendak membelok menuju posisi mobilnya terparkir,tiba tiba sebuah cahaya lampu mobil menyorot kearah mereka,melaju dengan kencang menyuruk kasar kearah mereka ..secepat kilat Febrian mendorong Anggun kuat kearah kirinya.dan mobil itu meleset menyambar Anggun .
sedang Febrian terserempet dan jatuh terpental kearah samping kanannya.
Febrian jatuh dengan posisi telungkup dan pelipis nya terantuk diatas semen.
Anggun hanya menderita luka ringan pada lengannya.
Mobil yang menyerang mereka berhenti sejenak beberapa meter di depan mereka.
Febrian berusaha bangun dan melihat kearah mobil tersebut yang kini dalam posisi kaca depan kanan yang tengah terbuka.
Dari kaca spion mobil tersebut terpantul wajah seorang wanita cantik di balik kacamata hitamnya tengah menyeringai lebar sebelum kabur dari hadapan mereka.
"Devina...??"desis Febrian tidak percaya sambil menahan sakit di pelipisnya yang kini berdarah.
Anggun bangkit dari jatuhnya dan menghampri Febrian sambil memegang cemas wajah nya yang kini dipenuhi darah dari pelipisnya .
"Kamu harus di hecting segera..."cetus Anggun panik sambil membuka tasnya mengeluarkan tissue dan ditempelkannya di pelipis Febrian yang mengeluarkan darah tersebut untuk menahan pendarahan.
"Tekanlah lukamu dulu,kita ke rumah sakit sekarang...!!"
"Tenang lah..aku tidak apa apa..." sergah Febrian berusaha menenangkan Anggun yang tangannya bergetar karena panik
"Tidak usah ke rumah sakit...beli obat di apotik saja..kamu dokter kan..?"
"Gila kamu,Rian...!!kamu pikir di apotik ada jual benang dan jarum hecting...?"keluh Anggun frustrasi.
"Setidaknya lukamu butuh lima jahitan...ke IGD solusinya bukan apotik ..!!"
Febrian dapat melihat kepanikan dimata Anggun,hati Febrian seakan merasa kembali ke masa pertemuan pertamanya dengan Novi,dan rasa itu tiba tiba muncul lagi..namun dengan wanita yang berbeda.
Febrian bergerak maju dan menarik tengkuk Anggun merapat padanya lalu mendaratkan sebuah ciuman tepat diatas bibir Anggun.
Seketika tubuh Anggun membeku dengan mata terbelalak lebar ketika dirasakannya bibir Febrian menyentuh bibirnya.mula mula dirasakannya hanya sebuah kecupan,lalu disusul dengan pangutan lembut yang membuat tubuhnya bergetar menahan debaran di jantungnya,dan menutup matanya tidak berani menatap langsung ke Febrian.wajahnya terasa terbakar menahan gejolak di setiap debaran jantungnya.
Melihat reaksi menyerah dari Anggun,Febrian memangut dan melumat bibir Anggun sekali lagi dengan mesra hingga mendapat balasan dari Anggun,dan untuk sesaat kedua bibir mereka saling bertautan antara satu dengan lainnya dalam harmoni yang begitu lembut dan sempurna.Hingga ketika Anggun merasakan darah dari Febrian mengenai wajahnya,Anggun melepaskan tautan bibirnya.
"Aku rasa..kamu memang yang gila diantara yang tergila yang pernah ada ,Rian...dalam keadaan sekarat pun kamu masih sempat sempatnya mencuri ciuman...!'desah Anggun dalam nafasnya yang memburu dan masih dalam posisi tangan Febrian menahan tengkuknya.
Febrian tertawa kecil sambil menatap ke dalam mata Anggun.
"Aku rasa..aku telah kembali ke titik awal dimana aku seharusnya berada.."bisik Febrian lembut
"Dan..aku tidak pernah menjadikan mu sebagai ban serap..."
Tanpa Anggun sadari,airmata jatuh bergulir diatas pipinya,dan Febrian mengusap nya lembut dengan tangannya.
"Baiklah...kamu memang pandir sialan yang paling pintar mencuri hati orang..!"keluh Anggun lirih
Febrian tersenyum tipis sambil meraih Anggun kedalam pelukannya.
"Tapi..kamu menyukai Baskoro sialan ini bukan...?"goda Febrian dengan separuh berbisik ke telinga Anggun dan mendapatkan anggukan dari Anggun yang dapat dirasakan di bahunya
"Baiklah...sekarang kita ke rumah sakit...aku tidak mau kamu mati karena kehabisan darah..!!"protes Anggun ketika melepaskan pelukan dari Febrian .
Lalu Anggun membantu Febrian berdiri kembali,mengambil ahli mobilnya dan membawanya menuju rumah sakit tempatnya berdinas.
Febrian tersenyum sendiri ketika tangan Anggun dengan telaten menjahit diatas lukanya.
ini seperti putaran momen kesempatan yang Tuhan berikan padanya,meski dengan wanita yang berbeda,tapi mereka berdua memiliki hati yang tulus..dan Febrian tidak ingin mengulangi kesalahan yang kedua lagi.
"Ini kali keduanya aku menjahit pelipismu,Hades...!!"cetus Anggun sambil tersenyum tipis diikuti oleh Febrian.
"Saat itu..aku mengajukan barter denganmu.."
Anggun tersenyum pahit mengingat masa itu ketika dia menjahit luka di pelipis Febrian akibat lemparan mautnya.
"Kamu memang pasien junkies yang selalu mencuri hati setiap dokter cantik yang berdinas..kamu datang seperti Hades,jelangkung atau persetan apapun itu.."
Febrian tertawa mendengar apa yang diucapkan Anggun barusan mengingat kembali masa itu.
"Dan kami seperti berhutang pada kalian,para Baskoro sialan.."ucap Anggun sambil tangannya terus menyelesaikan tugas menjahitnya diatas dahi Febrian
"Tidak kamu dan juga Farrel...!!"
"Aku tau..mungkin aku tidak sesempurna mas Farrel..tapi aku berharap kita bisa memulainya dari awal ..."pinta Febrian dalam nada suara yang tulus sambil menatap ke wajah Anggun
"Dan..aku tidak ingin kamu melihatku sebagai Farrel..."
Sesaat Anggun tertegun dan menatap kembali ke wajah Febrian.wajah mereka memang sangat mirip..hanya perbedaan mereka adalah Farrel memiliki tatapan mata dan sifat yang teduh ,namun cacat di kakinya.sedang pandir ini memiliki tatapan mata dan sifat yang mendominasi..serta fisik yang sempurna ..!
Apakah Novi juga pernah merasakan seperti ini..?menjadikan Farrel sebagai Febrian...?
'Ya Tuhan...memang tidak salah sebutan sialan untuk kedua saudara Baskoro ini..!'bathin Anggun dalam hati.
"Hei,swettie...kamu belum menjawabku.."cetus Febrian membuyarkan lamunan Anggun.
"Baiklah..Farrel adalah malaikat..dan kamu..tetaplah sang Hades yang tidak bisa menjelma menjadi malaikat...!!"ucap Anggun dengan seulas senyum tipis ketika menyelesaikan jahitan nya dan menutup luka dengan perban dan meletakkan peralatannya kembali.
"Baguslah kalau kamu tau jelas itu..swettie..."
Lalu Febrian merengkuh Anggun ke dalam pelukannya dengan erat,memberikan beberapa kecupan ringan di pipi Anggun.
"I'll treasuring all our moment as the Remedy from God.."
"Good,Rian...and don't break my heart into a pieces..."pinta Anggun dengan airmatanya yang bergulir jatuh di pipinya.
"Karena..mungkin aku tidak akan bisa seberuntung Novi..."
"I promised you.there is no more second mistakes again..."