Chereads / Hingga maut yang memisahkan kita / Chapter 31 - Akhir babak cinta

Chapter 31 - Akhir babak cinta

Ketakutan merupakan hal yang paling manusiawi dalam diri seseorang,begitu juga yang dialami oleh Novi saat ini.

Namun sampai kapan dia bisa hidup dalam teror seperti ini..??

Tidak..!! malam ini harus selesai..harus final...meski..mungkin ada yang menjadi korban..

"Brengsekk....!!!beraninya kamu menghubungi seseorang...????"geram Devina dalam kemarahan begitu melihat adanya sinar dari balik tas Novi.di keluarkan handphone Novi lalu membuka jendela mobil dan mencampakkan nya keluar ke jalanan.

lalu Devina pun menekan pisaunya lebih dalam diatas kulit leher Novi,dan cairan hangat mulai keluar membasahi baju Novi

"Jika kamu macam macam lagi...aku tidak akan menjamin hidupmu...!!"

Akhirnya Novi di bawa Devina ke sebuah rumah tua di pinggiran kota tangerang.meski di lingkungan kumuh,namun rumah tua itu masih terawat.

Sebelum mematikan mesin dan lampu mobilnya,Novi melirik sekilas ke kaca depan mobilnya dan menekan satu tombol kecil disamping tombol pintu kaca nya sebagai sirene SOS kepada empat nomor handphone orang terdekatnya yang terprogram di simcard gps tracker mobilnya.

Dia berharap Farrel ,ayahnya,serta dua kawan baiknya Anggun dan Bayu bisa melihat signal bahaya dari handphone mereka masing masing.

"Ayo...turun...!!"Devina menyeret Novi untuk segera keluar dari mobilnya.

Novi mengikuti keinginan Devina,meski badannya harus di seret dengan paksa dan pisau masih menempel di lehernya.

Devina membuka pintu rumahnya dan mendorong Novi untuk masuk dengan kasar,sehingga Novi jatuh tersungkur diatas lantai.

Rumah dalam keadaan remang remang dengan pencahayaan seadanya.dan Novi pun mencoba bangun sambil menahan perih di leher serta pinggulnya,sementara darah masih mengalir keluar.

"Apa mau mu sekarang...??"geram Novi ketika mencoba bangkit dan mencari sesuatu yang bisa di pakainya untuk melawan wanita gila ini.

"Dasar gila...!!"

"Diamm.....!!"bentak Devina marah.

"Tutup mulut mu dan merangkak lah masuk ke dalam kamar itu...!jangan coba macam macam...atau..kamu..MA-TI...!!!"

Novi menuruti apa kemauan Devina sambil matanya berputar melihat sekeliling rumah,mencari celah untuk melarikan diri.

Uhh...benar benar gawat...sekeliling rumah tampak tertutup rapat dan tidak bercelah.

"Masukkk...!!"perintah Devina ketika Novi sudah sampai didepan pintu ruangan yang dia maksud.

begitu pintu terbuka,ternyata sebuah garasi dan di dalamnya terpakir mobil tua jenis CJ7 yang tengah menyala mesinnya.dan melihat sebuah sambungan selang peredam knalpot yang telah dirancang terhubung ke kaca jendela depan mobil.

Novi sadar...Devina ingin melenyapkan nya dengan cara menyekapnya di dalam mobil dan membuatnya keracunan gas CO dari gas buang knalpot mobil.

"Apa maksudmu,gila.??"bentak Novi marah.

"Maksudku apa...????membunuhmu pastinya,sialan.....!!"

Lalu Devina mencoba mengikat kaki dan tangan Novi,saat itu pula dengan sisa tenaganya Novi membalikkan badannya dan menyikut perut Devina dengan kuat.

Devina meringis kesakitan dan jatuh ke belakang.

lalu Novi menyambar sebuah lempengan bulat besi tua seperti bekas alas bangku bulat dan langsung memukul keras ke wajah Devina yang baru hendak beranjak bangun dari lantai.

"Brengsek....!!!mampus kamu DEVINA TARUNGGA..!!! dasar wanita gila..!!"maki Novi kalap sambil terus menghantamkan no

lempengan besi tersebut ke wajah Devina secara membabi buta.

"Obsesiku..merusak wajahmu..sialan...!!"

Namun kekuatan Novi perlahan surut bersamaan dengan semakin banyaknya darah yang keluar dari pinggulnya.

Saat itu pula,kekuatan orang gila yang di sertai kemarahan makin bertambah kuat.

Devina meraih kembali pisaunya dan langsung menorehkan sabetan di pinggul Novi yang terluka.

Devina langsung mendorong tubuh Novi dan menguncinya dengan posisi diatas tubuh Novi yang terhempas diatas lantai dan mencekik lehernya dengan kuat.

"Brengsek... kubunuh kau...kubunuh kauuu...!!!"maki Devina marah,meski wajahnya sudah hancur bersimbah darah karena pukulan Novi,namun tenaganya masih kuat mencekik leher Novi.

"Beraninya kamu bermain main dengan Delila..!!sudah tidak sabar ingin kuantar ke neraka,hahh...??"

Novi kini merintih kesakitan dan hampir kehilangan nafasnya.wajahnya memerah sambil memegangi tangan Devina yang mencekik lehernya dengan kuat

Namun tiba tiba Devina menghentikan serangannya,dalam saat bersamaan,Novi berusaha mengambil nafasnya.

"Kenapa berhenti..??bukan nya kamu ingin membunuhku...???"desis Novi menatap sinis ke arah Devina sambil meronta membebaskan diri.

"Aku menunggu seseorang yang akan datang berter denganku...!!"

Tawa Devina melengking tinggi .

"Dia...akann membawa Farrel untukku...untuk ditukarkan denganmu...!!"

Novi tertegun seketika mendengar apa yang baru diucapkan oleh Devina barusan

Barter..??dengan Farrel...??

Devina tertawa sekali lagi.suara tawa yang begitu bahagia menurutnya..

"Tapi...dia tidak tau,dengan siapa dia sedang menawar barang..."desis Devina sambil menyeringaikan senyum iblisnya

"Dia..tidak tau...bahwa Delila tidak pernah membiarkan barangnya di tawar..! Jika barang itu sudah itu sudah rusak..harus dilenyapkan..bukan di tawarkan ke orang lagi....!!"

***

Dalam kepanikan,Farrel berhasil mendeteksi keberadaan Novi melalui handphone serta gps yang terpasang di mobil Novi.

namun tracking gps handphone Novi berada dalam posisi yang berbeda dengan gps mobil yang terus mengirimkan pesan darurat.

memang lokasi yang tertera tidak terlalu berjauhan.

"Ayoo..cepat,Wir..."desak Farrel cemas ketika Wira sudah muncul dan mendorong Farrel yang sudah bersiap di kursi roda nya.

Farrel membetulkan letak pistol semi otomatis desert eagle XIX nya dengan baik di dalam tas nya dan menyuruh Wira membawanya masuk ke dalam mobil.

"D..dok...kita tidak harus sampai membunuh kan?"tanya Wira dalam nada ragu ragu

Farrel mengangguk sambil tersenyum pahit kearah Wira.

"Jika..sudah tidak ada pilihan,Wir..."

Setelah Wira memasukkan tas tersebut ke dalam mobil dan hendak membantu Farrel naik ke atas mobil,tiba tiba dari arah belakang mereka muncul seseorang yang langsung menodongkan pistol ke arah kepala Farrel.

"Diam diamlah dan masuk ke dalam mobil..!"

desis suara seorang pria ketus sambil menarik pelatuk pistolnya yang kini menempel di samping kening kiri Farrel

Farrel dan Wira menoleh ke samping dan mereka hampir tidak percaya dengan mata mereka.

"Ba..Banu...???"desis Farrel tidak percaya.

"Masuk...!!"

dan sebuah pukulan mampir di bahu Farrel

"Sialan kamu,Banu...!!!!"geram Farrel dengan mata nya yang bersorot gusar.

"Jadi..kamu..dibalik semua ini juga...???"

"Ya...!!dan aku sedang barter dengan Devina..!aku akan membawamu untuknya...sebaliknya...Novi untukku..."

"Berdebah kamu,Banu...!!!jiwamu sakit seperti Devina..!!!"teriak Farrel berang.

Dengan marah,Banu mendorong Farrel dan Wira masuk ke dalam mobil.

"Diam...cepat masuk...sebelum wanita gila itu keburu membunuh Novi..!!!"bentak Banu kesal

***

Anggun menatap cemas pada pesan masuk darurat dari gps tracking Novi yang berbunyi terus menerus.dia sudah menghubungi Febrian dan kini sedang dalam perjalanan menjemputnya ke rumah sakit.

Anggun sudah berdiri dengan membawa lengkap tas medisnya.

Dia sudah bisa menebak,pasti sesuatu buruk telah terjadi pada Novi dan dia pasti terluka di tangan wanita gila itu..!

Tidak lama kemudian mobil Febrian muncul dan Anggun pun langsung membuka pintunya dan melompat masuk.

"Cepat, Rian....daritadi bunyi daruratnya berdering masuk ke ponselku..."keluh Anggun cemas.airmatanya hampir keluar.

Dia sangat takut sesuatu yang buruk menimpa Novi.

"Baik...tenang,sayang...dimana posisi nya..??"tanya Febrian sambil membelai lembut kepala Anggun dan mengambil ponsel Anggun.

"Di sekitar Tangerang,Rian...!"

"Tangerang...??apakah di rumah tua orang tuanya..??"gumam Febrian dan tanpa menunggu lagi Febrian segera mengencangkan laju mobilnya menuju Tangerang.

***

Novi sudah lemas dan tampak pucat akibat darah nya yang terus keluar dari samping pinggulnya.

Devina mengikat kaki dan tangannya dengan tali dan satu potongan kain untuk menyumpal mulutnya.

Dengan sisa tenaga dan wajah yang bersimbah darah,Devina mendudukkan Novi diatas jok mobil CJ7 yang sudah terpasang selang knalpot.lalu menyalakan mesin mobil .

"Kamu siap menikmati asap sauna mu,jalang...??"tanya Devina dalam suara tawanya yang panjang dan melengking tinggi.

"Begitu pedal gas ini kuinjak seluruh sudut mobil ini akan penuh uap sauna..."

Untuk mengamankan rencana gilanya agar bisa keluar sebagai pemenang di akhir,Devina menumpahkan satu derigent bensin di lantai bawah,tepatnya di bawah mobil tua ini..!

Hanya tinggal menyalakan korek api kayu dan membuang nya ke lantai..segala sesuatu akan berakhir sempurna...!!

"Delila is never lost...!!"senyum seringaian tampak menghiasi bibir Devina yang sudah membengkak parah.

"Apa kamu merasa takut,Jalang...??"

Novi tidak menjawab,percuma saja melayani orang yang sakit jiwanya.

Namun dia penasaran dengan sosok yang Devina bicarakan tadi.sosok yang akan melakukan barter dengannya..!

Siapakah dia...??

Tidak lama kemudian sebuah sorot lampu mobil menyorot silau masuk ke dalam garasi tempat Novi kini terduduk di mobil.

Novi mengenali mobil itu..sebab itu adalah mobil Farrel,suaminya!

"Buka...dan lihatlah baik baik...dia begitu menginginkanmu...!!"bisik Devina lirih disela telinganya dengan embusan nafasnya yang berat.

DEGG..!berdebar jantung Novi mendengar kata begitu menginginkannya...??

Rian kah...??apa Rian sudah segila itu..?

"Rian kah....??"tanya Novi dalam suara rintihan lirih menahan sakit.

"Bodoh...!cinta Rian untuk Devina seorang saja..!!!!"teriak Devina marah dengan matanya melotot merah dan menarik rahang Novi maju kedepan untuk melihat sosok pria yang datang bersama Farrel dan Wira.

Meski matanya sudah mulai lamur,namun Novi masih bisa melihat pria yang tengah menodongkan pistolnya ke kepala Farrel yang kini duduk diatas kursi rodanya..!

"Banu.....??????"seru Novi tidak percaya.

"Ohhh...dia sangat mencintaimu,Jalang...!"

"Noviii.....!!"teriak Farrel histeris

"Sialan kamu....!!beraninya kamu menyentuh wanitaku..??"teriak Banu marah karena melihat keadaan Novi yang sudah terkulai lemas di dalam mobil dan mengacungkan pistolnya ke arah Devina

"Jangan kemari...!!kamu fikir kamu siapa hah...??"ancam Devina bengis

"Atau..kuledakkan mobil ini..dan wanitaku mampus...!!"

Banu menggeram marah sambil terus menodongkan pistolnya kearah Devina

"Bunuh...bunuhkan aku..!!"tantang Devina di depan Banu , disela seringaian ganjilnya,lalu tangannya mengeluarkan sekotak korek api.

Farrel dapat melihat istrinya sudah sekarat..dan kini nyawanya terancam lagi karena bensin sudah membanjiri lantai menyeruakkan bau nya yang menyengat hidung..jika satu korek yang tersulut api di jatuhkan ke lantai..api akan langsung menyambar mobil dan meledakkan Novi..!

Farrel kini memutar otak untuk mencari cara..namun hanya satu cara yang melintas di otaknya.

"Devina...kesini sayang...!!" panggil Farrel tiba tiba sambil memutar roda kursi rodanya mendekati Devina .

"Ini..aku..Farrel mu..."

"Dok....!!jangan....!!"sergah Wira panik sambil memegangi bahu Farrel disela gelengan kepalanya .matanya menatap sedih kearah Farrel.

"Wir..ambillah tas ku...kamu mengerti apa yang harus kamu ambil bukan..??"bisik Farrel lirih ketika menoleh kearah Wira.

"Kita tidak bisa mundur lagi ,Wir...!berikan barang itu padaku nanti...!!"

Mau tak mau perlahan Wira mengangguk dan melangkah mundur ke mobiil mereka tanpa sepengetahuan Banu yang kini panik dengan keadaan Novi di dalam mobil.

Devina mulai melangkah maju kearah tempat Farrel berada dengan korek api di tangannya.

Samar samar mata Farrel menatap langsung ke mata Novi yang mulai meredup terkulai lemas di jok mobil dan hampir tidak bergerak lagi.

Hatinya sungguh teriris melihat pemandangan ini..seperti saat pertama dia melihat Novi sekarat di IGD karena percobaan bunuh dirinya.

tanpa di sadari airmata jatuh bergulir di pipinya.

Devina membuka kotak korek apinya..mengambil sebatang korek,dan menyalakannya sambil berjalan mendekati Farrel.

"Kenapa kamu menangis,dr Farrel ku sayang..??"tanya Devina lirih ketika menatap ke mata Farrel

"Matikan api itu..sayang..."ucap Farrel berusaha tenang agar suara gemetarnya tidak terdengar.

"Aku..menangis..karena bisa bertemu dengan mu hari ini..."

"Bohong....!!!kamu seperti Rian...hanya mencintai jalang itu..!!"teriak Devina marah seiring dengan tangan Devina hendak menjatuhkan korek apinya ke atas lantai.

"Tung..gu.sayang...!!!"seru Farrel gemetar karena panik sambil merogoh ke dalam saku baju nya mengeluarkan sebuah cincin

"Lihat lah..aku..sudah membawa cincin ini untukmu.."

Devina terpukau sejenak dan Farrel pun tidak mau membuang waktunya untuk meraih Devina dan mengenyahkan kotak korek api dari tangannya.

"Kamu masih tidak percaya..cincin ini untukmu,sayang...??"katanya sambil menyodorkan cincin itu ke arah Devina yang masih terpukau,dan Farrel sudah bersiap siap untuk menerjang Devina apapun resiko di panggul dan kakinya..dia harus bisa mengambil kotak korek api itu.

"Aku serius .! ini cincin untukmu, kemarilah...jika kamu bunuh jalang itu..kamu akan di penjara dan kita tidak bisa menikah..!"

Devina tampak bimbang.

Dari arah belakang garasi,Febrian mengendap pelan pelan mendekati Novi kini berada dan lekas lekas melepaskan ikatan ditangan dan kaki Novi.

Novi yang masih memperoleh kesadarannya hanya menatap sendu kearah Febrian tanpa bisa memberikan reaksi apapun.

Hatinya begitu sakit melihat orang yang pernah dicintai nya harus menderita seperti ini karena kesalahan masa lalunya.tanpa bisa mengendalikan perasaannya kini,airmata jatuh bergulir dari pelupuk mata Febrian

"Maafkan aku..sayang..."bisik Febrian sambil menekan leher Novi yang masih terus mengeluarkan darah.

'aku sudah memaafkan mu,cinta pertamaku..'

"Malam ini...aku akan membayar semua kesalahanku padamu.."

Novi menggeleng lemah dan matanya kini bergerak kearah Farrel yang sedang berjuang meyakinkan Devina.

'Jangan lakukan apapun..yang aku mau dia..cinta terakhirku yang telah membawaku ke depan altar Tuhan dengan sumpahnya akan sehidup semati denganku...'

"Kamu ingin mas Farrel disini ,sayang..??"

Novi mengangguk lemah.tanpa membuang waktu lagi Febrian membopong tubuh Novi keluar dari garasi melalui pintu belakang,supaya Anggun bisa mengobati nya terlebih dahulu.

Farrel melihat Novi sudah diselamatkan oleh Febrian bernafas lega.kini saatnya mengamankan wanita gila ini..!

"Ambil dan pakailah cincin ini..sayang..."desis Farrel lirih sambil menatap ke mata Devina.

Namun hati Farrel terenyuh saat sekilas melihat airmata Devina jatuh membasahi pipinya yang bersimbah darah sambil menjulurkan jarinya kearah Farrel.

dan Farrel pun memasukkan cincin tersebut ke jari manis Devina

"Benarkah...cincin ini untukku,Rian...??"

Rian...??

'Apakah Rian tidak pernah memberinya cincin dalam kebersamaan mereka selama pelarian.?'bathin Farrel lirih dalam hati.

"Jangan percaya...!! dia bohong padamu,bodohhhh..!!!"teriak Banu marah hingga urat lehernya terlihat mengejang.

"Bunuh...bunuhh dia....!!!"

Melihat kegilaan Banu,sebelum Devina tersadar ,Farrel nekat berdiri dari kursi rodanya ,merenggut kotak korek api dari tangan Devina dan membuangnya jauh kebelakang.lalu tubuh Farrel jatuh menindih tubuh Devina.

"Dasar wanita bodohh...!!!!"

"Sialan....beraninya kamu bohong! kamu harus MA-TI..MA-TI...!!"

Devina mengerang marah dan mendorong tubuh Farrel kebelakang sambil dia bangkit mencari korek apinya kembali.

Farrel berusaha merangkak dengan susah payah dengan kedua tangannya menjauh dari Devina sedang Banu sedang menertawakan Farrel yang seperti kecoa yang menunggu kematian

Banu memang sengaja tidak menyentuh Farrel karena dia ingin Farrel mati di tangan Devina,sehingga dia bersih dan bukan sebagai pembunuh di mata semua orang.

"Jika kamu mati..tidak ada alasan Novi menolakku lagi...!!"sahut Banu sarkartis dan membiarkan Farrel merangkak diatas lantai garasi.

"Karena Novi berkata hanya maut yang dapat memisahkan kalian..benar benar roman picisan...!!"

Farrel berhasil mencapai hingga halaman depan karena Devina tidak menemukan kotak korek apinya sehingga mengulur waktu.

Sedang Banu hendak keluar dari garasi setelah melihat tangan Devina menggenggam korek api dengan sebilah pisau yang terhunus.

Devina menggeram marah menyalakan korek apinya dan melemparkan nya ke arah mobil dan langsung menerjang Banu dengan pisau terhunus dan dan langsung menikam bahu kanan Banu dengan ganas.semburan darah pun memuncrat di wajah Devina diiringi oleh pekikan kesakitan Banu

"Mati kau...!!!" pekik Devina marah sambil menebaskan pisaunya ke leher Banu ,namun dengan cekatan Banu membalikkan tubuh Devina hingga terlentang diatas tanah dan menodongkan pistolnya ke kepala Devina.

Dengan segenap tenaga yang dimilikinya,Devina mendorong Banu kuat ke arah belakang hingga tubuhnya terpental jatuh ke mundur ke arah pintu garasi seiringan dengan ledakan kuat menghancurkan garasi, kepingan mobil yang masih terbalut api serta potongan kayu bangunan garasi berterbangan keluar bersamaan dengan potongan tubuh Banu.

Tubuh Farrel pun ikut terpental,dan beberapa serpihan besi panas dari mobil mengenai tubuh Farrel,dengan cekatan Wira menarik Farrel menjauh dari kobaran api dan mencoba memapahnya berdiri dengan tangan kirinya yang masih terpegang pistol yang di bawa Farrel ..

Belum selesai Wira memapah Farrel,Devina sudah menerjang dengan pisau di tangannya ,hingga Wira dan Farrel jatuh terjerembab diatas tanah begitu juga dengan pistol terlepas dari tangan Wira.

Dengan ganas Devina mencoba menebas leher Farrel dengan pisaunya,dan dari belakang Febrian muncul dengan memegang sebuah balok kayu yang tersulut api dan langsung menghantamkannya ke kepala Devina .

"Cukupppp Vina.....saatnya kita selesaikan kisah kita....!!!!!!"teriak Febrian histeris seiring dengan raungan kesakitan dari Devina yang melengking.

"Arghhhhhhhh.....sialan kamu,Febrian....!!!!"

"Maafkan aku,Vina...tapi kita harus usai.....!!"desis Febrian pilu dengan matanya yang memerah menahan airmatanya ,tanpa memperdulikan api yang sudah mulai menjilati hingga ujung balok yang menjadi pegangan tangannya,dan mengayunkan balok tersebut ke wajah Devina .

Sekali lagi Devina memekik panjang sambil menebah wajahnya dengan kedua tangannya.

Dalam menahan kesakitannya ,Devina berdiri dan berjalan mundur mendekati kobaran api yang makin membesar.

Lalu Febrian pun meraih pistol Farrel dari atas tanah dan langsung menembakkannya ke dada Devina.

Devina pun jatuh tersungkur diatas tanah dengan matanya yang masih menatap kearah Febrian

"Maafkan aku,Vin...aku tidak ingin kamu kesakitan lagi...."desis Febrian pilu disela airmata yang turun membasahi pipinya,kakinya terasa lemas dan ambruk terduduk diatas tanah.

Devina mengangkat dan menjulurkan tangannya yang masih terlingkar cincin yang dipakaikan Farrel tadi untuk mengelabuinya ke arah Febrian .sebuah senyum menghiasi bibirnya meski wajahnya telah hancur ,dan airmata jatuh dari kedua matanya..dan perlahan cahaya matanya redup seiring dengan tangannya yang kini jatuh diatas tanah.

'kesedihan seorang wanita adalah saat pria yang dicintainya tidak pernah melingkari jari manisnya dengan sebuah cincin...seperti sebuah penantian yang tidak berujung...."