Devina menghempaskan pisau yang berlumuran darah diatas wastafel sambil mengguyur tangannya yang penuh darah dibawah kran air wastafel.
Ditatapnya air yang berwarna kemerahan yang mengalir turun ke dalam pipa pembuangan air.
"Itu hukuman yang setimpal...!!"desis Devina datar tanpa emosi,seakan apa yang di lakukan nya adalah hal yang sepantasnya.
"Karena sudah berani mempermainkanku..!"
Devina mengulaskan seulas senyum yang amat susah untuk di artikan di depan kaca yang terpasang diatas wastafel.
"Kamu..memang hebat..Delila...!!selalu melenyapkan orang yang pantas untuk di lenyapkan...kini hanya menunggu giliranmu,Novianty Kristy .!!" gumam Devina dalam erangan amarah ketika menatap dirinya di dalam cermin ,matanya memancarkan kemarahan..!
"Aku tidak percaya...kamu tidak bisa disingkirkan jika Delila sudah ikut campur .!"
Devina pun tertawa bahagia setelah mengucapkan kata kata itu
Sejak obesesinya akan Farrel semakin menjadi,Devina mulai merasakan adanya bayangan kembarannya yang muncul,yang selalu mengikuti dan membantunya melenyapkan orang orang yang telah berani merugikan dirinya..!
Dan kini Delila selalu setia menemaninya,seperti sekarang ini..mengikuti,membimbing dan mengajarinya cara mengambil korban sebagai bukti dia tidak mudah untuk di permainkan...!
Seperti malam ini,Devina mengunjungi rumah Darto untuk menuntut uang serta tanggung jawab darinya..karena telah memanipulasi soal kematian Farrel !dan Novi masih hidup...!
"Brengsekkk....!!!!kamu fikir uang ku itu gampang di cari,hahhh....???"erang Devina marah ketika membalikkan tubuh seorang wanita muda yang telungkup diatas lantai bersama dengan bayinya.keduanya berlumuran darah dan tidak bergerak lagi.
"Semoga kejutan ini membuatmu sadar akan ucapanmu,Sialann..!!!kamu fikir mudah menggiring seorang Devina ke neraka bersama mu..???langkahi dulu mayat Delila..!"
Awalnya Devina hanya ingin memberi pelajaran saja tidak ingin berbuat lebih dari itu.Namun Delila muncul dan selalu menyelesaikan misinya hingga selesai sampai ke akarnya!
Dan hasilnya..wanita itu telah merenggang nyawa bersama bayinya..dengan leher mereka yang bersimbah darah..!!
"Lihatlah Vina....sayatan ku indah bukan diatas leher mereka..??"desis Delila sinis
"Jika ingin jadi jahat...jahatlah hingga pada akhirnya,...!!!"
Devina pun melangkah keluar dengan anggunnya seolah tidak terjadi apa apa.
Darto begitu terpukul dan tidak dapat mempercayai matanya begitu mendapati istri dan bayinya telah meregang nyawa.
Sungguh kejam pembunuhnya...bahkan bayi pun tidak luput dari sasarannya..!
Direngkuhnya mayat istri serta anak ke dalam pelukannya sambil menangis sejadi jadinya.
Apakah kawanan genk nya yang melakukan semua ini karena di bayar oleh Devina untuk menghabisi keluarganya..?
Darto meletakkan mayat istri dan anaknya kembali diatas lantai begitu mendengar sirene mobil polisi yang mulai memasuki gang rumahnya.tetangganya telah melaporkan peristiwa ini begitu salah satu dari mereka melihat istrinya tergeletak bersimbah darah dilantai saat Darto membuka pintu.
Darto berlari ke arah pintu belakang rumahnya dan melarikan diri .
Dia harus membalas dendam kematian istri dan anaknya,jika dia tertangkap sekarang waktu dan hidupnya akan sia sia terbuang didalam penjara..!
Darto langsung menuju markas tempat para genknya berkumpul.
Tampak tiga sahabatnya tengah duduk berbincang sambil menegak minuman keras dan menghisap rokok.
"Brengsekkk...!!!"teriak Darto histeris sambil membalikkan meja tempat ketiga temannya tengah duduk begitu memunculkan dirinya di tengah mereka.
"Apa kalian dibayar wanita gila itu untuk membunuh istri dan anakkuuu.....????"
"Sialan kau,To.....!!!apa permasalahanmu hahh brengsekk...!"maki Iwan,teman baik Darto
"Masih waras kah otakmu..??mengamuk tanpa kami tau sebabnya...!"
Darto membelalakkan matanya dengan marah,tidak percaya dengan apa yang baru di dengarnya dari temannya barusan.
"Apaa katamu,bangsat...???"geram Darto sambil menarik kerah baju Iwan marah disela tangisannya.
"Tidak tau apa apa setelah kalian bunuh istri dan anakku...????demi uang dari wanita sialan itu..?"
"Heii...To..sumpah kami tidak tau apa masalahmu sekarang....!!!!"lerai Hamdan ketika mencengkram bahu Darto saat dilihatnya Darto mulai menggila dan membanting semua yang ada di dalam ruangan itu.
"Brengsek...lepaskan, Dan...!!aku hanya mau kalian jujur..apa kalian yang bunuh istri dan anakku..demi uang wanita sialan itu.."??"teriak Darto histeris, menumpahkan amarah dan kesedihannya sambil meronta dalam cengkraman Hamdan yang kuat pada bahunya.
"Hei..Sialan....!biarpun kami brengsek..tapi kami tidak akan serendah itu membunuh istri dan anakmu...!!"geram Guntur sambil menarik kerah baju Darto dengan gemas.
"Cam itu..,brengsekk....!!!"
Darto pun menghempaskan tangan Guntur dari kerah bajunya dan berjalan keluar dari tempat biasa mereka berkumpul.
"Baikk..tapi..jika kalian pelakunya...siap siaplah..aku akan membunuh kalian dengan tanganku sendiri...!!"ancam Darto dengan jari telunjuknya menunjuk kearah satu persatu teman satu genknya.matanya menatap mereka penuh dengan amarah dan berjalan keluar dari markas kumpul mereka.
"Cih...brengsekk...!!!apa dia over dosis..?hingga otaknya kacau..?"maki Guntur sambil meludah ke lantai dan meminum bir dari gelas nya.
Hamdan tidak menjawab hanya menghela nafas panjang.
"Mungkin wanita gila itu sudah menerornya..!"
tebak Iwan sambil membuang puntung rokoknya.
***
Banu membuka kantong penutup mayat dilokasi kejadian dan langsung tubuhnya bergidik ngeri melihat kondisi mayat wanita dengan kondisi mata terbelalak besar dengan sorot ketakutan dan luka menganga lebar dilehernya,dari sisi kiri ke kanan,begitu juga dengan kondisi bayinya..!
sungguh kejam dan mengerikan...!Pembunuhnya pasti seorang psikopat..!
Rumah korban pembunuhan langsung di beri police line oleh pihak kepolisian dan jenazah korban pun dibawa ke rumah sakit untuk di visum.
Dan beberapa saksi disekitar rumah dimintai keterangan.Banyak yang bersaksi suami korban lah yang terakhir mendatangi rumah itu dan disaksikan oleh tetangga yang melapor namun kenapa suami korban melarikan diri jika bukan dia pembunuhnya..?
Wira terlonjak kaget begitu mendapat kabar pesan dari Darto di handphonenya yang mengabarkan istri dan anaknya telah dibunuh dengan kondisi yang mengerikan,dan Darto berpesan kdpada Wira untukmenyuruh dr Farrel dan istrinya segera meninggalkan kota Bandung..!karena pembunuhnya bisa jadi kawanan genk dia sebelumnya ataupun wanita gila itu sendiri !
Wira memghambur masuk ke dalam ruang pasien dimana majikannya dirawat.wajahnya pucat dan berkeringat.
Farrel dan Novi menatap heran kepada Wira yang kini berdiri mematung di samping ranjang Farrel.
"Ada apa,Wir...??"tanya Novi cemas karena melihat adanya ketakutan di balik mata karyawannya itu
"Do...do..dokk...."gagap Wira dalam nafas yang memburu,matanya menggelepar gelisah.
"Kita...kita...harus tinggalkan Bandung..sekarang juga....!!!Istri dan anak Darto telah dibunuh secara kejam...!!"
"Apaaa....???"
Novi membelalakkan matanya sambil menutup mulut dengan telapak tangannya menahan jeritan antara terkejut dan cemas.
Wajah Novi berubah menjadi pucat seketika.
"Jika begitu..kita harus balik Jakarta mas..."
"Tenang,baby....kita masih dalam proses investigasi dengan pihak polisi..akan repot bagi kita kalau harus bolak balik Jakarta-Cianjur-Jakarta.!"sahut Farrel berusaha menenangkan Novi.
Namun Novi menggeleng.
"Sudahlah mas...polisi terlalu bertele tele dalam mengungkap kasus kita dan aku tidak ingin kita semua mati konyol karena wanita gila itu...!"
Tiba tiba saja Novi marah sekali saat Farrel menyinggung masalah yang berkaitan dengan investigasi polisi..! dia tau Banu sengaja mengulur waktu,supaya mereka memiliki waktu lebih banyak,sementara itu Devina sudah mengancam...!jadi percuma jika tiap hari harus memberikan keterangan yang berputar di sana.
"Laporkan wanita sialan itu setiba kita di Jakarta,biar polisi di jakarta yang memburu dia..buat apa repot repot harus laporan ke polisi Cianjur,tokh mereka sama sama polisi juga....???"geram Novi sengit.
"Lagian kasus kita disini satu tali dengan ulah wanita sialan itu...dan Febrian harus bertanggung jawab...!!"
Sesaat Farrel merasa ada nya kejanggalan di balik amukan istrinya.belum pernah Novi semarah ini meski saat Devina menabraknya!
"Baiklah..tapi kita harus mengabari Pak Banu terlebih dahalu..karena dia yang menangani kasus kita..."kata Farrel saat berusaha mengambil jalan tengah.
"Tidak usah mas...!!!"kata Novi tegas dan dingin
"Kenapa harus melapor padanya...??"
"Kita harus mempunyai etika,baby..!"
Dan sebelum Farrel melanjutkan kata katanya,Novi keburu meledak lagi dengan umpatan yang lebih parah .
"Persetan dengan semua itu..!!"
"Baby...!!what's the hell goin on with you....??"bentak Farrel tiba tiba,karena dia tau ada yang disembunyikan oleh Novi di balik amarahnya.amarah yang tidak diungkapkan nya.
"There is something thats you hidden from me...???"
Novi tertegun seketika melihat Farrel pertama kali membentaknya.
Dan Novi menyesalinya kenapa dia harus semarah ini karena Banu..?
"Everything you said..every move till your breaths....I keep my eyes on all of it baby..!"
Farrel menghela nafas panjangnya,menahan amarah yang juga tersulut.
"Wir...bantu aku berganti pakaian dan setelah itu kamu urus adminintrasi rumah sakit.."kata Farrel tegas dan datar,dan sambil menahan sakit di luka bekas operasi dan panggulnya Farrel berusaha bangun dan duduk diatas ranjangnya dibantu oleh Wira dengan menumpukan kedua tangannya di bahu Wira.
Dan Novi benar benar menyesali harus kehilangan kendali di depan Farrel dan belum pernah Farrel semarah ini sejak mereka menikah..!
Farrel tidak ingin Novi membantunya sama sekali, mulai dari bertukar pakaian hingga duduk diatas kursi roda nya.
Akhirnya Wira lah yang mengurus semua keperluan majikan nya.
"Mas..."panggil Novi saat mendekati Farrel yang sudah bersiap duduk diatas kursi rodanya sementara Wira tengah keluar mengurus administrasi rumah sakit.
Farrel tidak menggubrisnya seakan tidak mendengar panggilan Novi ,karena dia tidak ingin terjadi keributan sebab kemarahan masih menyulut hati dan kepala mereka
"Mas..."panggil Novi sekali lagi
"Aku tidak akan membahasnya..sampai kamu menceritakan yang sebenarnya...!"kata Farrel tegas,dan untuk pertama kalinya Novi merasa takut
Urghh..Novi benar benar mati kutu jika Farrel sudah meradang seperti ini..!dan tanpa disadarinya Novi menghentakkan kakinya dengan jengkel seperti anak anak dengan memanyunkan bibirnya
Farrel sebenarnya ingin tertawa melihat tingkah kekanakan istrinya.
Namun di tahannya sebab dia masih merasa kesal ,karena Novi masih menyembunyikan apa penyebab kekesalannya,meski Farrel tau penyebabnya adalah Banu..!
Banu la yang telah terang terangan mendekati Novi dan Wira menceritakan semuanya saat Banu membawa Novi pergi dengan alasan ingin menginvestigasi kasus mereka.
"Aku..minta maaf mas..."pinta Novi dengan suara memelas ketika melihat wajah suaminya telah diliputi awan mendung
"Tidak ada yang perlu di maafkan..!"kata Farrel tawar.
"Kamu tidak berbuat salah,baby...!aku hanya ingin kamu mengutarakan apa yang membuat mu sebegitu marah nya??karena Devina...atau Banu...???"
"DEGGG!!!" berdebar jantung Novi.
Dan ketika mata mereka saling beradu,Novi tau dia tidak pernah bisa membohongi Farrel karena apa yang ada didalam otak nya selalu dapat di tebak oleh Farrel
Novi menghela nafas panjang,wajahnya menjadi muram
"Jahat kamu mas..kamu tau jelas aku tidak bisa mengelabui mu..,namun kenapa kamu mengujinya...?"
Farrel tersenyum sabar
"Benar....Banu telah mengacaukan mu..??"tanya Farrel dalam nada yang tenang sambil menarik dagu Novi keatas,memaksa Novi untuk melihat ke dalam matanya.
Novi mengangguk pelan tanpa melepaskan tatapan matanya disaat Farrel mencari jawaban lewat matanya.
"Dia menakutkan ku dengan ungkapan perasaannya..karenanya aku ingin kita secepatnya pergi menjauh dari sini,mas..."
"Lantas...bagaimana kamu..menanggapi ungkapan hati nya,baby...??"
Novi tersenyum lebar
"Jangan membuatku terciduk menjadi istri yang bucin,Farrel Baskoro...!!"
Seketika tawa Farrel terlepas mendengar apa yang diucapkan istrinya ,sampai sampai pada akhirnya dia harus meringis sakit sambil memegangi perut kanan atasnya,tepatnya di luka operasinya yang belum kering.
"Tuh kan sakit..dosa menguji istri terus...!"
"Kamu..belum menjawab ku,baby..."
Novi memajukan tubuhnya lebih dekat ke sisi telinga Farrel .
"Aku katakan padanya...dalam hidupku..aku memiliki dua kelopak bunga cinta untuk dua pria yang berbeda..satu untuk Febrian yang sudah luluh sebelum berkembang...dan yang satunya untuk Farrel...yang tidak akan luluh meski maut memisahkan...."ucap Novi setengah berbisik disela telinga suaminya lalu kembali memandang ke wajah Farrel yang kini tampak menatapnya dengan mata yang memerah..ada getaran haru yang berbalut kebahagian .
"Kamu percaya,mas...??"
Farrel merengkuh tubuh istrinya kedalam pelukannya sambil memberikan kecupan mesra beberapa kali di bibir istrinya.
"Tentu saja...tidak ada alasanku untuk tidak mempercayaimu ,baby..."
Wira tersenyum melihat kemesraan dari kedua majikannya dari balik pintu .
Sudah seharusnya mereka berdua bahagia..
Dan dia terpaksa mengetuk pintu untuk merusak kemesraan majikan nya karena sudah saatnya kembali ke Jakarta,sebelum polisi itu muncul dan mengacaukan suasana lagi.
"Dok....semuanya sudah diurus..pak Santo juga sudah bersiap siap di depan lobby ..."ujar Wira ketika mengembalikan kartu kredit kepada Farrel beserta semua rincian tagihan pengobatan mereka.
Wira pun mengambil posisi di belakang posisi Farrel,bersiap mendorong kursi rodanya keluar dari kamar pasien yang mereka tempati.
"Ayo...kita jalan..."sahut Novi sambil membukakan pintu lebih lebar supaya Wira bisa mendorong Farrel keluar melewatinya.
Mereka menumpangi lift turun hingga ke lantai dasar..begitu pintu lift terbuka,Wira mendorong kursi roda Farrel menuju lobby yang sudah tampak mobil mereka menunggu dengan pak Santo di dalamnya.
Namun langkah mereka terhenti ketika hendak mencapai pintu utama lobby karena Banu melangkah masuk dan kini berdiri tegak di hadapan mereka.
"Loh..dr Farrel...anda hendak kemana..??apa sudah baikkan...??"tanya Banu terkejut melihat Farrel dan Novi telah bersiap meninggalkan rumah sakit tanpa memberitahunya terlebih dahulu
Farrel tersenyum tipis kearah Banu.
"Maaf pak ...kami belum sempat memberitahu anda ..kami ingin kembali ke Jakarta berhubung peralatan medis di rumah sakit sana lebih lengkap dan menunjang..."
Raut wajah Banu berubah seketika,seperti adanya awan gelap yang meliputi nya dan melirik sekilas ke arah Novi yang berdiri mematung,namun segera di tepisnya dengan seulas senyuman.
"Ohh..tidak apa apa,dr Farrel...saya kebetulan lewat disini,karena baru saja mengunjungi rumah salah satu tersangka yang terlibat dalam insiden mobil anda.."
Farrel membelalakkan matanya,pura pura terkejut dengan apa yang di dengarnya.
"Oh ya...??bagaimana hasilnya ,apa tersangkanya berhasil di tangkap,pak...??"
Banu menggelengkan kepalanya.
"Tersangka melarikan diri..namun istri dan anaknya ditemukan tidak bernyawa dengan kondisi menggemaskan..."
"Bagaimana..bisa terjadi...?"tanya Farrel dalam nada pilu,memikirkan nasib Darto sekarang,jiwanya pasti sangat terguncang dan tidak ada orang disisinya saat ini.
"Sedang kamu selidiki dan mencari pembunuhnya.." gumam Banu tidak bersemangat namun dipaksakan nya seulas senyum kepada Farrel
"Baiklah pak...kami ijin dulu,kami akan kembali memenuhi panggilan..dan terima kasih banyak atas bantuan anda selama ini.."ucap Farrel sambil menjabat tangan Banu,setelah itu Wira pun segera mendorong kursi roda Farrel menuju mobil Alphard mereka yang telah terbuka pintunya.
"Terima kasih.. Banu atas bantuanmu selama ini..."kata Novi tersendat ketika mengulurkan tangannya menjabat tangan Banu dengan seulas senyum di bibirnya.
"Untuk apa..??sudah bagian dari tugasku.."
"Baiklah jika begitu ..aku pamit,Banu...sampai jumpa..."
Dan Novi pun bersiap untuk melangkah maju menuju mobilnya dimana Farrel sudah menunggu duluan di dalam mobil.
"Meski kamu kembali di Jakarta..aku rasa kita akan tetap sering bertemu..."
Novi tidak jadi melangkahkan kakinya dan menatap nanar kearah Banu seakan mengolah apa yang baru diucapkan oleh Banu
"Kamu..tidak akan keberatan jika aku ke Jakarta menemuimu untuk kasus ini,Nov..?"
Novi tersenyum tipis
"Sampai sebegitu menarik kah kasus kami,hingga seorang wakapolres harus turun tangan...??"
Novi berusaha menyembunyikan nada kekesalannya dalam suaranya,namun tak urung suaranya terdengar sarkartis.
"Ya...terlalu menarik..sehingga aku tidak bisa mundur dari kasus ini..."balas Banu tidak kalah sarkartisnya.
Novi mengangkat bahunya.
"Jika begitu...saya serahkan kasus ini penuh kedalam tanganmu,Banu..."kata Novi datar
"Karena kamu lebih tau cara menangkap otak dibalik semua ini...saya pamit dulu,Banu.."
Dan tanpa menoleh lagi,Novi berlari masuk ke dalam mobilnya.
Mobil Alphard putih itu melaju meninggalkan lobby rumah sakit seiring dengan mata Banu yang tidak berhenti menatap kepergian Novi.
"Sepertinya pesona istriku sudah membutakan pakpol..."gurau Farrel begitu menolehkan kepalanya melihat Banu yang tidak berhenti menatap kepergian mobil mereka.
Novi menanggapi gurauan suaminya dengan tersenyum kecut disela helaan nafas beratnya
"Satu Febrian saja sudah cukup kacau ..ditambah satu lagi...."keluh Novi putus asa
"Dan kepalaku berdenyut karena mereka .."
"Tidak masalah..dan aku akan selalu menjadi
painkiller mu..." bisik Farrel mesra sambil merengkuh tubuh Novi ke dalam pelukkannya
Novi tersenyum dalam pelukan suaminya.
Nyaman,tenang dan tidak pernah menuntut apapun ...itulah yang dia inginkan..
"My man..."
"Yes..baby....??"
"Do you..ever know..that's you are like the sun..?"
Farrel tertawa sambil mengecup kening istrinya mesra.
"Erm...aku tidak sempurna..tapi aku akan mencoba menjadi yang sempurna untukmu,baby.…."
"My man..I have some words for you...mind to hear it...??"
Farrel berpura pura menampakkan ekspresi sedang memutar otak memikirkan apa yang akan diucapkan oleh istrinya.
"All right..go on,baby..."
"The night is look dark if the moon doesnt illuminate..
And the moon is dark when the sun doesnt illuminating the light rays...
I am the moon and you are the sun..
I love you not for the way you shinning me..but the way you keep me warm to stayed with you...."
"So sweet...my pretty moon...."bisik Farrel sambil mencuri kecupan di bibir istrinya.