Tuhan...hanya satu pintaku..jika ini memang sudah ajalku..berikan aku satu kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal pada wanita yang kucintai..."
Perlahan Farrel membuka matanya,menutup dan membukanya kembali untuk memperjelas pandangannya. lalu perlahan matanya mulai melihat sekelilingnya.
Sebuah ruang yang tidak asing bagi seorang dari dunia medis seperti dirinya.apalagi melihat jarum infus di tangan kanannya, NGT yang masih terpasang di jalur pernafasannya ,serta EKG yang terpasang di dada nya.
Ya...dia berada diruang ICU..!!
"Dok..dok...."samar samar Farrel seperti mendengar suara Wira tengah memanggilnya
"Dok...bisa dengar suara saya,dok...??"
Farrel menoleh kearah sumber suara dan melihat Wira tengah menatapnya dengan cemas meski sebagian wajah nya masih terbalut perban.
Farrel mengangguk pelan,karena belum mampu bergerak apalagi bersuara karena NGT yang masih terpasang di saluran pernafasannya ,Wira terlihat berlari keluar seakan memberitahukan perawat bahwa majikannya telah sadar.
Tak lama kemudian seorang perawat masuk mengecek kondisi Farrel.
"Syukurlah dok....Anda sudah terbangun dari koma...sebentar lagi dokter yang melakukan laparotomi pada anda akan datang..."ucap sang perawat sambil tersenyum ke arah Farrel.
Farrel merasakan nyeri yang teramat sangat pada abdomen kanan atasnya nya..seperti rupture hepar..apakah hepar nya terluka parah..??
Farrel merintih sakit.
"Sakit dok...??"tanya Wira panik lalu berlari keluar lagi untuk mencari pertolongan.tak lama kemudian seorang dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan ICU tempat Farrel terbaring.
"Siang dok...bagaimana...ada keluhan dimana..?"tanya sang dokter yang merawat Farrel.
"Lima hari yang lalu kondisi dokter saat dibawa kesini mengalami trauma abdomen kanan atas yang menyebabkan terjadinya rupture hepar dengan tingkat keparahan 40% dengan syok hemoragik ..tapi syukurlah semua nya dapat di tangani.."
sang dokter senior yang menangani Farrel mengecek kondisi nya dengan seksama.ada seulas senyum di wajah dokter senior itu.
"Jika kondisi anda membaik,besok semua alat bantu ini sudah bisa dilepas.."
Farrel menjawab nya dengan sebuah anggukan,karena rasa nyeri di rongga perutnya sangat terasa.dan dokter senior itupun pamit sambil berpesan pada sang perawat untuk melakukan observasi terus dan melapor padanya sambil berpesan untuk menyuntikkan pereda nyeri kedalam cairan infusnya.
Farrel menjulurkan tangannya kearah Wira ,memanggil Wira untuk lebih dekat dengannya seolah ada yang hendak di tanyakannya kepada Wira.
Wira berjalan dekat mendekati ranjang tempat Farrel terbaring.
"Ada apa dok...??"
Farrel menjulurkan tangannya menunjuk pada luka perban di wajah Wira.
Wira tersenyum seakan mengerti maksud majikannya.
"Ohh..dokter tidak usah khawatir...luka wajah saya sudah tidak apa apa...dokter yang harus segera pulihkan diri..."jawab Wira sambil memegangi tangan Farrel
"Kita..beruntung dok...orang yang pada awalnya ingin menghabisi kita malah menolong kita..."
untuk sesaat Farrel juga ikut tertegun,otaknya ikut berfikir ,tiba tiba seseorang menghambur masuk ke dalam ruang ICU dengan terburu buru.
"Wir...dokter sudah siuman...??"tanya pria itu begitu membuka pintu ruang ICU dan menghampiri sisi ranjang Farrel.
Farrel menatap kearah pria itu.wajah ini seperti sangat familiar ..namun dia memiliki sekian ratus pasien yang datang bersama suaminya,tidak mungkin dia bisa mengingatnya satu persatu.
Pria itu tersenyum haru kepada Farrel
"Maaf dok...saya tidak tau itu adalah dokter..."
cetus pria itu dengan mata yang memerah menahan airmatanya,menyesali kesalahannya yang telah melukai Farrel
"Dan hampir saja ..saya membunuh orang yang pernah menolong keluarga saya.."
Farrel semakin keras memutar otaknya..mengingat beberapa kasus operasi yang pernah dia lakukan..apakah dia salah satu dari keluarga yang pernah dia selamatkan..??
"Ingatkah dokter...akan istri saya yang mengalami pecah rahim saat melahirkan ? saat itu dokter tiba tiba muncul,menyelamatkan istri dan anak saya...serta tidak memungut satu sen biaya pun pada saya...??"
Dan saat itu pula Farrel mengingat seorang wanita yang dalam keadaan pendarahan parah,disaat itu pula suaminya tengah mengurusi BPJS untuk istrinya..dan Farrel yang pada saat itu kebetulan memantau dari CCTV melihat kegaduhan yang terjadi antara suami pasien dan staffnya di receipsionist langsung turun tangan.
Farrel mengingatnya...dan dia mengangguk kepada pria itu.
"Dan saya ingat sekali ucapan dokter saat itu pada saya untuk tidak usah mengkhawatirkan biaya operasi..sambil berkata saya juga seorang suami dan ayah..jadi saya bisa pahami perasaan anda saat ini..."
Farrel mengangguk sekali lagi.yah dia ingat pria ini sekarang.
"Dan Tuhan memberikan saya kesempatan pada saya untuk membalas kebaikan dokter kali ini..."ucap pria itu terisak.
"Maafkan saya dok...saya juga tidak ada pilihan...saya butuh biaya.."
Farrel menatap iba kepada pria ini.sungguh berat cobaan hidupnya hingga harus menghabisi nyawa orang lain demi membiayai keluarga nya dengan uang haram.!
***
Keesokan harinya,kondisi Farrel sudah memungkinkannya melepas NGT yang terpasang ,namun dia masih harus memasang masker oksigen serta infus.
"Wir...siapa yang membiayai perawatan kita..?"tanya Farrel kepada Wira yang dengan setia duduk disamping menjaga majikannya.
"Mas Darto,dok..."
"Dengan uang nya...??"tanya Farrel sekali lagi.
Wira mengangguk .
"Apakah kamu sempat membawa serta tas kecil ku bersamamu,Wir...??"
Wira mengangguk dan langsung membuka laci disamping ranjang Farrel dan mengeluarkan tas Farrel serta menunjukkan nya pada Farrel.
"Tas ini maksud dokter...??"
"Iya ..dompetku masih di dalam kan...??"
"Masih dok..."sergah Wira langsung mengeluarkan dompet Farrel dan memberikannya kepada Farrel.
Farrel membuka nya dan mengeluarkan sebuah kartu platinum dan menunjukkannya kepada Wira.
"Wir...pakailah kartu ini...jika biaya perawatan kita tidak cukup...jangan memakai uang Darto lagi...kasihan dia..biaya perawatan kita pasti mahal.."
Sekilas Wira tampak ragu namun tidak berani berkata apapun.namun Farrel membaca keraguan di wajah Wira.
" Ada apa,Wir.??ada yang kamu khawatirkan?"
"Se..sebenarnya mas Darto melarang saya memakai uang dokter..."
"Tapi..biaya kita tidak sedikit...dia pasti sudah kesulitan..saya tau jelas kondisi saya sekarang,Wir..perawatanku butuh biaya besar dengan kondisi ku sekarang...dan aku merasa ada sedikit masalah di pinggangku akibat tendangan mereka..."
"Ba..baiklah dok...."
Lalu Wira pun mengambil kartu dan dompet Farrel dan menyimpannya kembali ke dalam tas.
"Simpan dan pegang baik baik tas itu..."pesan Farrel kepada Wira yang diikuti oleh anggukan dari Wira.
"Wir...kamu sudah menghubungi ibu...?"
Wira menggeleng lesu dan langsung menunduk tidak berani menatap Farrel.
"Ada apa lagi,Wir...??"tanya Farrel penasaran melihat gelagat aneh dari Wira
"Mas..mas Darto melarang saya,dok..."
"Kenapa...??"tanya Farrel bingung.
"Dia...dia takut ditangkap polisi dok..jika ibu melapor nanti..."
Farrel menarik nafas panjang.
"Baiklah...aku akan menunggu penuturan langsung dari Darto kepadaku soal ini..."
Wira pun mengangguk dan ijin keluar dari ruang ICU kepada Farrel saat mencari hendak mencari makan siang.begitu berjalan menuju kantin,sekilas Wira melihat Darto yang tengah duduk di kursi lobby sambil memegangi kepalanya memandang secarik kertas di tangannya.
Wira pun bergegas menghampiri Darto ditempat duduknya yang terlihat frustrasi.
"Mas...ada apa...??"sapa Wira begitu mengambil posisi duduk disamping Darto dan melirik pada kertas yang tengah di pegang oleh Darto .
ternyata billing tagihan rumah sakit yang harus di bayarkan setengah dulu..dan sudah mencakup seratus juta lebih...artinya butuh minimal lima puluh juta ..!
Wira membelalakkan mata nya kaget melihat tagihan tersebut,ternyata benar apa yang dikatakan majikannya..biaya perawatannya tidak lah murah..!
"Uangku..sudah menipis ,Wir..."keluh Darto bingung.
"Mas...sebenarnya tadi dokter Farrel menyuruh ku untuk memakai kartunya untuk membayar tagihan perawatannya..karena beliau tau mas akan kesulitan membayarnya.."
Darto memandang sekilas ke wajah Wira lalu menunduk kembali,tersirat ada rasa bersalah.
"Sudah la mas...lagian dokter memahami kondisi mas kok...buktinya dia meyuruhku memakai kartunya..."
Darto pun bangkit dari tempat duduknya.
"Baiklah..tapi kita ambil dananya di tempat lain dulu,Wir...jangan lakukan transaksi di rumah sakit,supaya tidak terlacak posisi kita.."
Wira hanya bisa menghela nafas panjang dan menatap Darto dengan tatapan sedikit kekesalan karena harus terus bersembunyi seperti sekarang ini..namun mengingat dialah yang menyelamatkan mereka dari maut,Wira pun terpaksa manut.
"Ayolah...kita tidak bisa menunda pembayaran bukan...karena dokter Farrel benar benar butuh perawatan intensif..."ajak Wira sambil menarik Darto bangun dari tempat duduknya.
"Bawa aku ke tempat dimana aku bisa menarik dananya...!!"
Wira masuk kembali ke ruang ICU dan meminta ijin Farrel terlebih dahulu.sebelum keluar bersama Darto.
Darto membawa Wira ke sebuah pusat perbelanjaan yang ramai,disanalah Wira melakukan penarikan setengah dana sebanyak duapuluh lima juta rupiah dengan pengambilan tunai di atm,lalu pengambilan gesek tunai di sebuah toko perhiasan sebanyak dua puluh lima juta rupiah lagi.
****
Sudah hampir seminggu Novi tidak juga mendapat titik terang dimana kini Farrel dan Wira berada.
Novi sangat cemas dan tidak berani membayangkan jika mereka sudah menjadi mayat..!
Ditambah sama sekalk tidak ada titik terang dari pihak kepolisian...!Novi benar benar putus asa..!
"Sabarlah,Nov..aku juga tengah mengupayakan anggota untuk melacak keberadaan dr Farrel...namun kartu sim mereka benar benar telah di buang dan dihancurkan dilokasi kejadian sehingga tidak terlacak lagi,beri aku sedikit waktu lagi..."pinta Banu lembut ketika mendengar keresahan di suara Novi saat menelefon nya
"Baiklah...bukan maksudku mengejar tanggung jawab pihak kepolisian padamu,..cuman..aku tidak tau harus bertanya kemana lagi...."desis Novi lesu.
Banu tertawa lembut
"Kabari aku jika sudah ada titik terang dimana mereka berada..."pinta Novi dalam nada memelas.
"Terima kasih,Banu.."
"Ya...akan saya kabari Nov...no need to thanks..please..."
"Baiklah...bye.."ucap Novi sebelum menutup panggilan handphonenya.
Novi menutup handphone dan menyimpannya kembali ke balik sakunya .
Hari ini Novi mengunjungi ruang praktek Farrel di rumah sakit,dan suster Tika tengah menemaninya.
"Yang sabar ya dok..saya yakin dokter Farrel baik baik saja..."hibur suster Tika merasa sangat iba dengan Novi.
"Terimakasih sus...mohon doanya..."
Tiba tiba telefon di meja suster Tika berdering,dan dia pun segera mengangkatnya.
"Suster Tika...??dokter Novi masih ada di ruang dokter Farrel kah...??"tanya Bram dalam nada terburu buru.
"Ada pak Bram...sebentar saya sambungkan.."
Dan suster Tika pun segera menyambungkan ke telefon yang ada diatas meja kerja Farrel yang kini sedang diduduki oleh Novi.
"Dok..dari pak Bram...sepertinya penting.."
Novi merasa heran segera mengangkatnya
"Ya Bram...ada apa...??"tanya Novi begitu mengangkat telefon yang ada diatas meja kerja Farrel.
"Dok...tiba tiba pihak bank menghubungi saya di nomor rumah sakit,dan menanyakan dimana dokter Farrel berada...karena tidak bisa terhubung...sebab pihak bank mau mengkonfirmasi apa benar ada melakukan transaksi di toko perhiasan di kota Bandung sebesar dua puluh lima juta...!!"
"Apaa.....??serius...??"
Novi hampir berteriak mendengar apa yang disampaikan Bram barusan padanya.Farrel selalu menggunakan no pin pada kartu kreditnya..semisalnya di ambil orang pun,mereka tidak bisa melakukan transaksi belanja.
berarti Farrel masih hidup...???lantas kenapa dia tidak menghubungi ku...??
"Bram...coba kamu tanyakan di toko mas apa transaksi berlangsung...aku akan menyusul ke bandung sekarang jugaa...!!"
Novi pun menghubungi pak Santo untuk menyiapkan mobil untuk ke Bandung.Bila perlu dia akan menginap beberapa hari disana untuk mencari Farrel dan Wira...!
Pak Santo mengantar Novi kembali ke rumah orang tua nya terlebih dahulu untuk berkemas dan pamitan dengan orang tuanya.
"Ayah,..Novi ijin ke Bandung..mungkin satu atau dua hari...Novi titip Reno ya...."pinta Novi ketika berpamitan dengan ayahnya.
"Baiklah...tapi kamu yakin tidak apa apa dan bisa sendirian..??"tanya ayah cemas.
"Bisa, Yah...cuman Novi mohon jaga Reno dan jauhkan dari Devina yang bisa mengancam setiap waktu..."
"Baiklah....tapi kamu juga hati hati disana,nak...."ucap ayah sambil membelai rambut anaknya.
Novi segera masuk ke dalam mobil sambil membawa tas nya dan menghubungi Banu kembali.
"Ya,Nov...."jawab Banu begitu melihat nomor Novi yang menghubunginya.
"Banu..a..aku..baru mendapat kabar dari staff rumah sakit kami bahwasannya ada pihak bank yang mengabarkan ada nya transaksi yang memakai kartu Farrel di sebuah toko perhiasan di Bandung..."sahut Novi dalam nada tersendat.
"Dan...a..aku..dalam perjalanan ke Bandung sekarang...dan aku butuh ijin kepolisian untuk meminta toko itu membuka rekam ulang CCTV mereka..."
"Baiklah,itu perkara gampang..aku akan menyusulmu ke Bandung,Nov...,berikan aku alamat toko itu..tapi ingat..jangan bertindak lengah..."cetus Banu sambil menenangkan Novi.
"Ingat...jangan bertindak apapun sebelum saya tiba disana ..."
"Baiklah,Banu...thanks..."
"Okay...be carefull on your way..."
Novi berangkat tanpa menemukan rintangan dalam perjalanan karena masih belum saatnya jam pulang kerja.Novi harus ekstra sabar karena perjalanannya akan menyita waktu lima hingga enam jam kedepan.
Ketika pukul enam sore,Novi sudah memasuki kota Bandung dan mulai mencari alamat toko perhiasaan tersebut dengan bantuan google map.
Setelah dua puluh menit berkeliling,akhirnya Novi dan pak Santo berhasil menemukan toko perhiasan tersebut ,dan Novi pun menghambur turun dari mobilnya ketika dilihatnya Banu sudah menunggunya didepan sana.
Karena terburu buru ingin mengetahui siapa yang memakai kartu Farrel,Novi tidak memperhatikan jalanan yang sedikit bergelombang,sehingga dia tergelincir dan hampir jatuh tepat di depan Banu yang tengah berdiri menunggunya.
Refleks Banu langsung menangkapnya.dan sesaat mereka sama sama tertegun hingga akhirnya Novi tersadar dan melepaskan diri dari lengan kokoh Banu dengan wajah yang merona merah seketika.
Dan Banu semakin jatuh dalam pesona wanita yang berdiri di depannya.
Tubuh Novi terasa begitu ringan di dalam pelukannya,aroma parfum nya yang begitu menggoda serta mata nya yang terperangah kaget membuat jantungnya kini berdebar lebih cepat dari biasanya.
"Maaf...."sergah Banu setelah kembali ke alam sadarnya.
"Hati hati...kalau tadi kamu jatuh gimana..."
Novi buru buru membuang pandangannya ke arah lain untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya.
"Maa..maaf...tadi aku terlalu bersemangat ingin segera melihat rekaman CCTV nya.."sela Novi dalam nada tersendat.
"Ayo..kita masuk..tadi aku sudah memberitahu pihak toko...dan aku menunggu mu untuk sama sama melihat isi rekamannya.."ujar Banu sambil mengajak Novi masuk ke dalam toko perhiasan tersebut.
Begitu rekaman CCTV diputar,Novi meyakini seratus persen pria yang memegang tas kecil Farrel itu adalah Wira..!
"Itu Wira.....!!!"cetus Novi antara kaget dan kecewa
"Tapi..lelaki disamping nya itu bukan Farrel..!"
Apa Wira yang merencanakan semua ini...?kenapa Farrel tidak bersamanya nya..??
"Pak...apa bapak kenal pria yang datang bersamanya...??"tanya Novi cemas kepada sang pemilik toko mas.
"Apa dia langganan Bapak...??"
Pria pemilik toko itu menggeleng
"Kami tidak mengenalnya bu...karena dalam satu hari bisa ratusan orang datang kesini untuk layanan gesek tunai kartu kredit mereka di toko kami...dan kami tidak mengingat wajah mereka..."
Kali ini Novi terduduk lemas diatas kursinya.
dan lagi lagi mereka harus kehilangan titik terang dimana Farrel kini berada.
"Tenang lah Nov..kami tengah berusaha mengindenfikasi wajah pria yang datang bersama Wira..."hibur Banu sambil menepuk pundak Novi pelan ketika dilihatnya begitu putus asa nya wanita yang dikaguminya ini.
"Dimana lagi..harus kucari Farrel di kota Bandung ini....??"desis Novi lirih sambil mengusap matanya yang mulai sembab ketika menatap ke wajah Banu.
"Nov...ayo kita makan malam dulu..setelah itu carilah hotel untuk beristirahat..."ucap Banu lembut ketika mereka berjalan keluar dari toko perhiasan tersebut.
Novi hanya mengangguk sambil berjalan gontai menuju parkiran.Kepalanya terasa berat,harapan nya yang pada awalnya berapi api kini padam bagai disiram oleh air dingin.
Novi tidak bersemangat makan dan lebih banyak memilih diam meski Banu berusaha mengajaknya bicara.
Banu menemani Novi mencari hotel dan melakukan check in.
saat berada di dalam lift, yang hanya ada mereka berdua.Banu sudah benar benar tidak dapat menahan kekesalan hatinya melihat Novi yang begitu hanyut dalam keputusasaan nya.
apakah dunia ini kiamat jika Farrel tidak di temukan...??dan Banu tidak tau kenapa dia harus semarah ini..?
"Nov....dunia tidak kiamat kan jika kamu tidak bisa menemukan Farrel hari ini...?besok kita masih bisa mencarinya...!!"kesal Banu dan mulai mendekati Novi,berdiri tepat didepannya.
Novi pun memalingkan wajahnya, menghindari tatapan Banu yang kini berdiri menjulang tinggi di hadapannya dan jarak mereka begitu dekat kini.
dengan rikuh Novi memundurkan badannya kebelakang hingga punggungnya menyentuh dinding lift di belakangnya.
Tapi Banu memutuskan untuk maju,mempertaruhkan segalanya dalam taruhan yang dia tau akan kalah pada akhirnya dan dia tidak akan menyesalinya.
Banu lebih mendekatkan tubuhnya ke tubuh Novi,dan dalam jarak yang sejengkal hampir saja Banu merengkuh Novi ke dalam pelukannya,namun buru buru Novi menahannya dengan menekan telapak tangannya didada Banu.
"Stopp it,Banu....pleaseee...."pinta Novi dengan mata yang berkaca kaca.
"Maaf..."desah Banu menahan kekecewaannya sambil mengusap airmata Novi yang jatuh diatas pipinya.
"Kamu telah menarik perhatianku sejak awal aku melihatmu...its drivin me so crazy and can't stop to thinkin about you..."
"But..that feeling is wrong,Banu...!"gumam Novi lirih.
"Aku..aku..tau itu salah...tapi salahkah aku memiliki rasa ini terhadapmu,Nov...??"
"Salah,Banu...karena aku masih istri orang..dan suamiku masih hidup..."
Novi pun menggeser badannya ke kanan sedikit,menghindari tubuh Banu yang semakin merapat bersamaan dengan terbuka nya pintu lift.
"Aku akan masuk sendiri...tidak usah kamu antar lagi,Banu..." gumam Novi lirih.
"Aku akan tetap mengantarmu hingga pintu depan kamarmu..."sergah Banu dengan senyuman pahit dan menggandeng tangan Novi keluar dari lift.
"Kamu takut aku peluk...??atau takut tidak bisa keluar dari pelukanku...?"
"Dua duanya,Banu..."sahut Novi terus terang
"Karena aku tidak ingin menyulut api dalam rumah tanggaku...mohon pengertianmu..."
Lalu Novi pun tergesa gesa melewati Banu dan berjalan menelusuri lorong jalan mencari kamarnya.
Banu mengikuti Novi hingga didepan pintu kamar hotelnya lalu menyerahkan tas Novi kedalam tangannya kembali.
"Selamat malam...besok..aku akan menjemputmu kembali,Nov..."
"Selamat malam juga,Banu...."lalu Novi pun cepat cepat menutup pintu kamarnya.semenatara Banu masih tertegun didepan pintu kamar Novi
"Maafkan aku Nov...tapi aku tidak bisa membohongi perasaan ku sendiri..."desah Banu lirih.
munafik jika Novi tidak berdetak jantungnya menghadapi type pria seperti Banu..Banu dan Febrian adalah type yang hampir sama,terlalu menarik dan meledak ledak.
Novi duduk tersungkur di balik pintu sambil memejamkan matanya,dan bayang Farrel muncul.
"I miss you so much...my man....please come back to myside...do you know...I needed you like I needed you to keep me breathing..."