Febrian benar benar frustrasi memikirkan bagaimana bisa merengkuh kembali apa yang seharus nya menjadi kebahagiaan nya kini telah menjadi milik Farrel.
Haruskah dia melenyapkan Farrel supaya Novi bisa kembali ke dalam pelukan nya..?
"Feb....sudahlah...ini kesalahan mu akuilah dan mundur lah secara jantan demi kebahagian Novi dan juga anakmu...!"ucap Danu,teman baik Febrian.
Febrian membelalakkan matanya dengan kesal,tidak percaya dengan apa yang baru di dengarny dari Danu barusan.
"Apaa katamu,bangsat...???"geram Febrian sambil menarik kerah baju Danu kesal.
"mundur secara jantan...???"
"Heii...slow man....!!!!"lerai Bagas ketika dilihatnya Febrian yang mulai menggila dalam pengaruh alkohol dan shabu yang batu di konsumsi nya barusan.
"Brengsek...lepaskan, Gas...!!aku hanya ingin dia sadar dan intropeksi...!!dia yang memilih Devina...!!"sela Danu gemas, menahan amarahnya sambil mendorong Bagas kesamping.
"Kamu tidak pantas merusak kebahagian orang diatas puing kehancuran mu,Rian...!!jadi mundurlah secara jantan...!"
Danu pun menghempaskan tangan Febrian dari kerah bajunya dan berjalan keluar dari pub tempat biasa mereka berkumpul.
"Cih...brengsekk...!!!apa dia over dosis..?hingga otaknya kacau..?"maki Febrian sambil meludah ke lantai dan meminum whiskey dari gelas nya.
dan Bagas tidak menjawab hanya menghela nafas panjang.
"Otakmu yang kacau,Rian...!!"desis Bagas dalam hati.
***
Novi melirik jam tangannya.sudah pukul sembilan malam.saat nya shift dia berakhir,Novi pun bersiap dan hendak melakukan finger print nya sambil menunggu pak Santo yang kini tengah dalam perjalanan menjemputnya ke rumah sakit.
Selesai finger,tiba tiba Novi mendengar kegaduhan di ruangan IGD,terdengar teriakkan seseorang yang seakan begitu jelas meneriakkan namanya.
"Saya mau dokter Novianty yang merawat saya..!!sekarang juga ...!!"
Novi bergegas kembali ke ruang IGD untuk melihat kegaduhan yang tengah terjadi.
matanya membelalak tak percaya dengan apa yang dilihatnya .
Didepan nya tampak Febrian tengah mengamuk dan dipegangi oleh dua orang sekuriti serta perawat.
"Apa apaan kamu,Rian...???"
Dan Novi terkejut ketika melihat keadaan Febrian sekarang.
"Sakau kah dia ..??"keluh Novi lirih
Novi melihat jelas ada nya abstinensi yang tengah mencapai puncak dalam tubuh Febrian.matanya memerah dan berarir,serta kondisi tubuh melemah dan pupil mata yang membesar.
Febrian meraih tangan Novi seketika.
"Nov..kepalaku dan semua badanku sakit..!"keluh Febrian dengan tubuh gemetaran menahan nyeri di dadanya.
"Kamu memakai narkoba,Rian...??"tanya Novi kaget .dan tanpa menunggu lagi Novi memerintahkan suster Dini dan Ayu membantunya membaringkan Febrian dia atas bangsal yang masih kosong.
"Siapkan suntikan penetral,sus...!"ujar Novi memerintahkan suster Dini untuk mempersiapkan obat suntik untuk menetralisirkan zat narkoba dalam tubuh Febrian
Tak lama kemudian suster Dini muncul dan memberikan obat suntik yang di minta oleh Novi barusan.dan Novi pun segera menyuntikkan penetral ke interna vena Febrian .setelah itu Novi memberikan obat naltrexone kepada Febrian.
"Kamu benar benar tidak berubah,Rian...!!tidak dulu dan juga sekarang...!!"cetus Novi cemas.
"Apa kamu tidak sayang nyawamu lagi,hah..??"
"Buat apa aku hidup,kalau tidak dapat memiliki orang yang kucintai kembali...??"
"Rian....!!"sergah Novi gemetar menahan marah dan cemas.
"Tidak pantas kamu menuntut apa yang telah kamu buang..!"
"Tidak,Nov....cinta ku pada mu masih tetap ada..hanya aku dan Tuhan yang tau kenapa aku membuat keputusan fatal saat itu..!!"desis Febrian ditengah isak tangisnya
Novi tertegun seketika melihat Febrian tengah menangis.
"Cinta ku telah menjadi obsesi ..!"ucap Febrian lirih sambil meraih tangan Novi ke dalam genggamannya.
"Kembali lah padaku,Nov..."
Kali ini Novi menggelengkan kepalanya mantap sambil menahan air matanya yang hampir jatuh melihat keadaan Febrian sekarang.
"Jangan katakan lagi,Rian...cukup...."pinta Novi sambil melepaskan genggaman tangan Febrian.dan airmatanya jatuh ke pipinya.
"Obsesi itu bukan cinta,Rian...itu cinta yang sakit...!"
"Kenapa,Nov...??"
Febrian melihat kecewa kearah Novi.mata wanita yang pernah di cintanya seakan telah menyiratkan jawaban yang tidak ingin dia dengarkan
"Karena ..aku sudah memilih..,Rian..."
"Aku tidak mengerti dan aku tidak mau mendengarkannya,Nov...!"
"Kamu harus dengar ,Rian..."desah Novi lirih disela airmatanya yang bergulir jatuh ke pipinya.
"Karena telah memilih Farrel...aku mencintai nya,bukan karena dia penolongku disaat aku sekarat...namun aku telah jatuh cinta pada cara nya mencintaiku dan membuatkan nyaman saat bersamanya..."
Febrian menggeram marah.
"Tidak...kamu bohong,Nov...!!"erang Febrian dalam kemarahan dan kekesalan nya mendengar apa yang baru di ucapkan Novi barusan.
"Kamu dan Farrel tidak akan berakhir bahagia,karena kalian berjalan diatas puing kehancuran ku...!!"
"Inilah kenyataan kisah kita,Rian..."ucap Novi mantap,tanpa sedikit nada penyesalan dalam intonasi nadanya.
"Dan ingat...apa yang telah dipersatukan di depan Tuhan..hanya maut yang bisa memisahkan nya.."
Novi membalikkan tubuhnya hendak keluar dari bangsal tempat Febrian dirawat.dan alangkah terkejutnya dirinya melihat Farrel tengah berdiri tegak di balik tirai.
"Mas...??"
Farrel memberikan seulas senyuman kepada istrinya dan melangkah maju mendekati Febrian
"Rian...lama tidak berjumpa..."sapa Farrel begitu menghampiri tempat baring Febrian.
Febrian membuang pandangannya.dia benci harus berjumpa dengan Farrel..kakaknya sendiri..apalagi orang yang dicintainya telah direbut olehnya.
"Aku tau..ini pasti pertemuan yang tidak kamu inginkan seumur hidupmu...namun..aku ingin kamu tau jelas satu hal,Rian...."ujar Farrel tenang namun tegas
"Aku bukan mas Farrel mu yang dulu lagi..yang selalu mengalah denganmu demi ibu..."
Febrian kini menoleh menatap penuh kebencian kearah Farrel.dan untuk pertama kalinya juga Febrian menyadari kakaknya bukan Farrel yang dulu lagi,yang selalu mengalah untuknya.dan dari mata Farrel terpancar amarah yang siap diledakkan kapan saja.
"Asalkan mas ingat satu hal juga...aku juga tidak akan mundur lagi..."ancam Febrian sengit dalam amarah
"Suatu hari aku akan mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku..!"
"Baik...mas akan menunggu hari itu tiba,Rian...!"balas Farrel dengan tatapan yang dingin.
"Diamlah ...kalian berdua buat malu saja..!!"
Tiba tiba muncul ibu Febrian dan Farrel dari balik tirai,disusul oleh ayah mereka.
"Mamalukan...dua saudara memperebutkan satu wanita...!!"cetus ibu kesal sambil melirik tajam kearah Farrel dan Novi.
Farrel menatap benci kepada ibunya.selalu perlakuan tidak adil yang didapatkan nya jika Febrian berada di hadapannya.
"Sudah lah Bu...ini rumah sakit.."lerai ayah ketika dilihatnya situasi bertambah tegang
"Pulang lah dulu bersama istrimu,Farrel..."
Tanpa berkata lagi,Farrel menarik tangan Novi meninggalkan bangsal Febrian.
Sepanjang perjalanan keluar dari rumah sakit,Farrel tampak diam.
Novi tau jelas suasana hati suaminya kini,pasti sangat terlukai oleh sikap ibu yang tidak adil padanya.
"Mas...."panggil Novi lirih ketika beberapa saat di dalam mobil.
"Jangan terlalu ambil di hati...aku tau kamu pasti sangat terluka akan sikap ibu barusan padamu..."
Farrel tersenyum pahit kearah istrinya.
"Aku sudah terbiasa diperlakukan begitu oleh ibu,sayang..."desis Farrel sambil mengelus kepala Novi lembut.
Novi merebahkan kepalanya diatas bahu Farrel sambil menggenggam tangan suaminya dengan lembut.
Untuk sesaat,Farrel merasa sangat bahagia bisa memiliki Novi seutuhnya meski akan bertaruh nyawa dengan maut kelak,Farrel tidak akan menyesalinya.
"Terimakasih...untuk sebentuk hati mu yang telah memilih aku,sayang..."
Novi tersenyum sambil memeluk erat suaminya.
"Bodoh...!"
Novi mengangkat wajahnya sambil tertawa melihat ke wajah Farrel sambil mencolek pipinya.
"Aku tidak butuh terimakasih mu,mas...yang aku mau..kamu mencintai aku seumur hidupmu..kamu di kontrak mati ,titik..!"
"Wow...you such a posessive wifey now..."gurau Farrel sambil mengecup mesra kening Novi.dan mereka berdua pun sama sama tertawa.
****
Suster Tika mendengus kesal begitu melihat
status pasien dan ada nya list atas nama Vina Sasono.
"Gila...benar benar sinting...!"geram suster Tika sambil menghempaskan status milik Vina Sasono.
Suster Anjani yang duduk disampingnya terlonjak kaget seketika melihat tingkah rekan sejawatnya.
tidak pernah suster senior itu bertindak kasar seperti ini dan ini kali pertamanya ..!
"Napa Kak...??"tanya suster Anjani penasaran
sambil mengambil status pasien atas nama Vina Sasono itu.
"Pasien itu ada sintingnya,Ni...!!sengaja ingin mencari perhatian dokter Farrel dengan menyibakkan bagian tubuhnya tanpa ragu didepan dokter,dan merayu dengan suara manja yang menjijikkan...!"dengus suster Tika kesal dengan wajah ditekuk.
"Serius kak...??"belalak mata suster Anjani seketika
"Tidak percaya...?nanti kamu yang dampingi dokter Farrel saat dia masuk ke dalam...!!"
"Ihhhh...Ogah.."gumam suster Anjani ngeri.
Farrel masih duduk sibuk memeriksa beberapa status pasiennya yang telah diperiksa nya barusan sebelum memberikan kembali list tersebut kepada suster Tika.
Farrel melirik sekilas kearah monitor cctv seluruh rumah sakit yang terpasang online juga di ruangannya.
Tiba tiba pandangannya terhenti saat melirik ke arah cctv receipsionist.tampak seorang pria tengah bersitegang dengan pihak manajemen rumah sakit.
Farrel segera mengangkat telefon dan menghubungi Ext bagian manajemen umum.
"Bram....apa yang terjadi di receipsionist..?"tanya Farrel kepada Bram,asisten manager bagian umum.
"Oh itu dok..itu suami pasien yang berkeras ingin menggunakan BPJS untuk biaya istrinya ,namun sudah tidak di bayarnya iurannya selama enam bulan...jadi pihak receipsionist berusaha menjelaskannya..."
"Lantas...bagaimana pasien nya...??"
"Masih di IGD,dok...!"
"Sudah di tangani...??"
"Belum dok....karena masih diurus masalah BPJS nya.."
Farrel menghela nafas panjang.
"Kasus apa istrinya...??"
"Pendarahan dok...!"
"Gila kalian....!!!!BPJS lebih penting dari nyawa orang...??"geram Farrel sambil menepuk mejanya keras sampai sampai suster Tika terlonjak kaget dan list pasien Vina Sasono terhempas jatuh ke lantai.
Belum pernah suster Tika melihat Farrel semarah ini.
"Panggilkan dokter Irwanto mengambil ahli praktekku sus...!!"
Farrel segera beranjak dan berlari keluar dari ruangannya ketika Vina memasuki pintu masuk.
"Dok...kemana...???ini giliranku...!!"sergah Devina sambil menyambar lengan Farrel.
"Lepaskan mba...!!!saya ada pasien darurat di IGD..!"cetus Farrel marah dan berusaha melepaskan tangan Devina yang mencengkram lengannya kuat.
"Saya juga pasien mu...sama sama darurat..!"sela Devina berang tanpa merasa malu,urat malunya sudah putus.
sampai sampai suster Anjani ikut terkejut melihat tingkah pasien ini
"Kamu butuh ke psikiater mba...bukan ke ahli kandungan...!!"potong Farrel geram,lalu dihempaskan tangan Devina dengan kasar.
semua mata pasien tertuju pada mereka sekarang terutama ke arah Devina .dan semua nya tengah berbisik dan memandang Devina dengan tatapan tidak suka.
Farrel langsung berlari kearah lift dan menekan tombolnya dengan gemas.tak lama kemudian setelah pintu lift terbuka Farrel pun memasuki lift dan turun ke IGD.
"Jadi bagaimana saya ini...??"tanya Devina degan nada ketus kearah suster Anjani.matanya menyiratkan kemarahan seakan ingin menerkam suster Anjani.
"Datang berobat lain kali aja,mba...!!"potong suster Tika gemas,ingin rasanya menjambak jambak pasien gila ini.
"Karena dokter Farrel ada operasi darurat..!dokter Irwanto akan menggantikan beliau disini..!"
"Aku akan menunggu dokter Farrel kembali...!""sungut Devina sambil duduk kembali di kursi .
"Persetan!...tunggulah sampai subuhh...!!"umpat suster Tika gemas dalam hati.
Suster Tika dan Anjani benar benar harus menahan emosi didepan pasien lainnya,karena mereka masih menjaga nama baik dokter mereka.
Farrel segera memasuki ruang IGD begitu sampai dilantai bawah,menghampiri pasien yang tengah sekarat itu dengan muka pucat dan keringat dingin diseluruh tubuhnya karena menahan rasa sakit yang luar biasa.
Melihat Farrel yang telah tiba dengan wajah sangar membuat perawat dan dokter jaga merasa salah tingkah
"Bagaimana riwayat pasien...??"tanya Farrel sambil memasang handscone dan surgical mask nya.
"Tekanan darah 90/70,nadi lemah 100 dan suhu badan 39 derajat..."lapor suster Amel kepada Farrel
Farrel memerintahkan suster Amel untuk melebarkan kaki sang pasien sebelum dia memeriksanya lebih lanjut.
dan alangkah terkejutnya Farrel begitu terlihat kepala bayi menutupi jalan lahir.
"Segera transfusikan darah dan berikan oksigen 40%...!!!segera.....!!!"perintah Farrel dan para perawat kini sibuk melaksanakan tugas mereka.
"Pasien sudah mengalami hypovolemic...bisa membahayakan bayi dan juga ibunya..!"
Ketika Farrel melihat adanya bekas operasi caesar di perut sang ibu.dan Farrel semakin yakin dengan diagnosanya...pasien ini positif rupture uteri atau lebih dikenal dengan istilah rahim robek.
"Rupture uteri...positive...!!!"
Farrel melihat kearah seluruh tim medis yang mengelilinginya.
"Siapkan OK...sekarang...!!"
Farrel beranjak keluar mencari suami sang pasien.
"Dimana suami pasien...?aku ingin menemuinya...!"tanya Farrel kepada Bram yang kini tengah berada di ruang receipsionist.
"Akan saya panggilkan dok..."
Tak lama kemudian muncul suami sang pasien dengan wajah cemasnya.
"Ini dok...suami dari ibu itu..."sahut Bram ketika memasuki ruangan tempat Farrel kini tengah mempersiapkan diri ke ruang operasi.
"Saya dokter Farrel yang akan menangani istri anda..."ucap Farrel ketika suami sang pasien tengah duduk di hadapannya kini.
"Iya dok...saya mohon..tolonglah istri dan anak saya....akan ku usahakan biaya nya...tapi bisakah..."pinta suami sang pasien mengiba iba belas kasihan Farrel
"Tenang pak...saya akan menolong istri dan anak anda....cuma ada yang perlu anda ketahui pak prihal istri anda sekarang.."
"Apa itu,dok...??"tanya pria itu cemas
"Sebelumnya istri anda pernah operasi caesar...??"
pria itu mengangguk.
"Sekitar setahun yang lalu..,tapi bayi kami meninggal dok..."
"Apa dokter sebelumnya tidak melarang istri anda untuk hamil lagi...?karena sangat beresiko rahim robek jika terjadi kehamilan dalam waktu dekat ...dan istri anda tidak bisa melahirkan secara normal..!"
"Lantas saya harus bagaimana dok...??"tanya pria itu bingung dan cemas.meski muka pria ini tampak brandalan namun terbersit kecemasan luar biasa di wajahnya kini dan membuat Farrel iba.
"Saya akan mengeluarkan bayi anda melalui operasi Caesar..cuman pendarahan istri anda sedikit mencemaskan..jadi saya meminta persetujuan anda jika terjadi sesuatu yang fatal,saya akan mengangkat rahim istri anda.."
ucap Farrel tegas dan sangat jelas.
Pria itu langsung mengangguk setuju.
"Apapun resikonya dok..tolong istri dan anak saya.."desis pria itu dengan suara basah menahan airmatanya.
"Baiklah...Bapak Bram akan mempersiapkan surat persetujuan dari Bapak atas tindakan medis ke istri anda supaya tidak adanya kesalahpahaman dan tuntutan di masa yang akan datang dengan pihak rumah sakit.."
Pria itu segera mengangguk setuju dan mengikuti Bram keluar dari ruangan Farrel.
"Dan untuk biaya nya anda tidak usah cemas..."ucap Farrel sesaat sebelum pria itu mengikuti Bram keluar dari ruangan dan dirinya pun segera berjalan ke ruang operasi untuk melakukan pertolongan medisnya.
Sesuai perkiraan Farrel sebelumnya,memang terjadi robekan di atas sayatan vertikal bekas operasi caesar sebelumnya di perut sang pasien,dan dengan singgap Farrel segera mengeluarkan sang bayi dari perut ibunya setelah membedah perut sang ibu sebelum bayi kehilangan oksigen dan mati di dalam rahim ibunya.
Begitu bayi dikeluarkan,Farrel segera menyedot lendir dari hidung dan mulut sang bayi setelah itu menyerahkan bayi kepada perawat yang bertanggung jawab
Farrel segera mengeluarkan plasenta bayi setelah dinding rahim berkontraksi melepaskan kantung plasenta,dan memberikan injeksi hormon oksitosin untuk merangsang kontraksi dinding rahim agar pendarahan bisa mereda hingga tidak terjadi pendarahan sama sekali.
Namun Farrel melihat catatan pasien telah kehilangan darah lebih dari 1000 ml, artinya ini sangat membahayakan kondisi pasien.
dan keputusan untuk Hysterectomy atau lebih dikenal dengan pengangkatan rahim untuk menghindari pendarahan yang mengancam saat masa postpartum pun diambil oleh Farrel sesuai dengan apa yang telah dijelaskan kepada suami pasien demi menyelematkan nyawa sang ibu.
Sang suami pasien menangis menahan haru setelah melihat bayinya selamat dan kini berada dalam gendongannya.serta istrinya kini juga telah melewati masa kritis meski masih terbaring dan dipantau di ruang pasca operasi.
"Terimakasih dok...atas bantuan kelahiran anak saya dan juga biaya yang telah anda cover untuk biaya operasi caesar istri saya..."ucap pria yang baru menjadi ayah itu dengan suara basah dan airmata haru di pipinya ketika Farrel berjalan keluar menghampiri nya.
"Hanya Tuhan yang bisa membalas kebaikan anda,dok..."
Farrel tersenyum bahagia,baginya menolong nyawa adalah suatu kewajiban dan tanggung jawab yang berat untuknya.
"Sudah kewajiban seorang dokter,pak....lagipula..saya juga seorang suami dan ayah...jadi saya bisa pahami perasaan anda.."
Farrel pun segera kembali ke ruangan ganti untuk berganti pakaian.dan waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Farrel mengeluarkan ponselnya dan menghubungi suster Tika.
"Sus..pasien sudah habiskah di tangani dokter Irwanto...??"tanya Farrel begitu suster Tika mengangkatnya.
"Sudah habis dok.."sahut suster Tika pelan sambil setengah berbisik
"Ada apa sus..kok berbisik gitu..?"tanya Farrel heran.
"Perempuan sinting itu masih betah menunggu dokter..!"bisik suster Tika lagi
"Mau saya usir,dok...??"
Farrel mendesah letih
"Lakukan saja sus..saya sudah lelah habis operasi besar pasien darurat tadi...katakan saya sudah pulang.."
"Baik dok..."
Farrel menghubungi pak Santo untuk segera menjemputnya di depan lobby rumah sakit.