Beberapa hari setelah aku bertemu dengan Sino, aku merasa sangat tertekan saat mengetahui dari Victory dan Han kalau Ade itu adalah adik dari Sino dan Sino adalah ketua mafia pusat pemberontak sedangkan Ade hanya bagai pengalih perhatianku saja sehingga aku bingung dengan rencanaku dan aku menyerah lalu bergabung dengan mafia pemberontak. Yaaah apa yang diinginkan Sino benar-benar terjadi kepadaku dan itu membuatku kesal.
Bahkan dengan tertekannya mentalku membuatku keguguran pada hamil usia 3 bulan yang membuatku tambah tertekan, aku berasa sedih, kecewa, dan marah itulah yang aku rasakan. Ingin marah tapi aku harus marah kepada siapa? Aku tidak tahu lagi, pikiranku dan hatiku hancur tapi aku sendiri hanya bisa memulihkan mentalku. Tapi ya bagaimana lagi sudah takdir dan aku harus menghadapinya walaupun sangat sakit.
"Apa kamu masih memikirkannya adikku?" gumam Soni menepuk bahuku lembut.
Setelah Han menceritakannya tentang apa yang terjadi, Han membawaku kembali kerumah keluarga Li dan Han sendiri terus merasa bersalah kepadaku sehingga dia sibuk mempersiapkan semuanya.
"Menurut kakak.." gerutuku kesal
"Hmmm, jangan kamu pikirkan berlebihan adikku."
"Kakak ngomong enak, aku yang ngalamin kakak!!!" gerutuku kesal
"Hidup dengan janji setia saja sudah membuatku muak sekarang ditambah janji jiwa dari kak Sino membuatku tambah muak tahu!!" gerutuku kesal.
"Ya aku tahu adikku... Tapi..."
"Udah ah tinggalkan aku sendiri!" gerutuku kesal
"Kamu ini sudah jadi ibu-ibu masih saja seperti anak kecil.." desah Soni memelukku erat
"Aku tahu kamu sedang tertekan adikku, saat ini kakak juga sedang memikirkan caranya agar bisa membebaskanmu dari janji jiwa itu" gumam Soni memelukku erat.
"Percuma saja, Han saja tidak bisa hilang walaupun aku sekarang istri kontraknya apalagi aku" gumamku pelan.
"Pasti ada caranya, percayalah kepada kakak."
"Percaya dengan kakak? Kakak saja tidak bisa menemukan caranya untuk Han apalagi untukku. Mengalahkan Kak Sino hal yang mustahil, lebih baik aku mengalah dan menukarkan diriku dengan Staria."
"Tidak... Tidak kakak ijinkan kamu melakukan hal itu adiku!!!" protes Soni menatapku dingin
"Lalu kenapa? Hidupku juga sudah tidak berguna, kakak lebih mementingkan wanita itu dari pada aku untuk apa kakak melarangku!!" protesku kesal
"Wanita yang mana?"
"Wanita yang hidup dengan kakak sampai saat ini, emang kakak kira aku tidak tahu! Satria yang menceritakannya kepadaku!" gerutuku mendorong Soni kesal
"Dia hanya aku anggap adikku saja"
"Kau menganggap dia adikmu sedangkan aku yang adik aslimu asli tidak pernah kau pedulikan kak. Apa kakak tahu, aku seperti sendirian di dunia ini. Tidak ada yang peduli dan hanya menjadi alat kalian semua, aku muak!!!" teriakku kesal, tiba-tiba ada seseorang yang menarikku ke dalam pelukannya dan mengusap lembut rambutku. Aku mengangkat kepalaku dan melihat Han yang sedang memejamkan kedua matanya sambil terus mengusap lembut rambutku. Usapan lembut Han membuatku tidak bisa menahan air mataku lagi dan akhirnya aku menangis kencang
"Bertukar nyawa demi Satria tidaklah salah kamu sebagai ibu sayangku, tapi kalau kamu tidak mau menerima kemauan mereka nantinya kamu akan di siksa istriku, aku tidak ingin hal itu terjadi.."
"Walaupun kamu menolak... Tapi mereka akan mencariku lagi Han" gumamku sesenggukan
"Ya aku tahu sayang, aku akan menduga kamu akan diculik seperti Satria nantinya. Tapi tenang saja sayang aku saat ini juga sedang memikirkan cara untuk melawan mereka walaupun mungkin agak beresiko"
"Oh mmm... Baiklah" desahku pelan.
"Kamu belum makan kan? Aku suapin ya sayang." gumam Han mengajakku masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar aku melihat makanan yang sangat enak.
"Mau makan sekarang?"
"Nanti saja."
"Kamu makan telat mulu loh sayang. Makan sekarang ya.."
"Hmmm baiklah" desahku mengalah, Han menyuapiku bubur ayam yang ada di mangkok yang di pegangnya. Dari wajah Han terlihat kalau Han sangat kelelahan dan seperti banyak memikirkan sesuatu.
"Han, apa kamu tidak tidur beberapa hari ini?"
"Tidak kok istriku."
"Kamu jangan berbohong Han." gumamku memegang tangan Han erat
"Hanya sedikit lelah.." gumam Han tersenyum lemah.
Aku mengambil mangkok di tangan Han dan meletakkannya di atas meja. Aku menatap Han dingin, Aku menarik tangan Han ke arah tempat tidur.
"Ke... Kenapa sayang?" tanya Han terkejut.
"Udah tidurlah.."
"Tapi kamu belum makan.."
"Aku udah kenyang, tidurlah" gumamku memeluk tubuh Han erat
"Tapi... Hmmm baiklah.." desah Han mengalah.
"Maaf ya Han, aku ... Aku tidak bisa menjaga anak kita malah membuatnya kehilangan nyawanya." gumamku pelan, Han mengusap lembut rambutku dan memelukku erat.
"Tidak apa sayang, bukan salahmu kok sayang..."
"Tapi Han.."
"Tidak apa, nanti akan ada penggantinya yang lebih hebat lagi" gumam Han tersenyum
"Hmmm ..." desahku pelan
"Udah jangan sedih sayang, kalau kamu sedih aku ikut sedih.." gumam Han pelan
"Ba... Baiklah. Han aku ada rencana kalau memang benar-benar diculik oleh mereka"
"Rencana apa?" tanya Han terkejut
"Aku akan menyuruh Sino untuk membebaskan Satria dan menjadikanku jaminan mereka lalu..."
"TIDAK!!! AKU TIDAK IJINKAN KAMU ME..." protes Han, aku membungkam bibir Han dan tersenyum dingin
"Dengarkan dulu suamiku.." desahku pelan
"Kalau Satria pasti tidak akan bebas dengan sendirinya tapi aku aku akan berusaha melepaskan diriku sendiri dan mencari cara untuk keluar dari tempat itu. Aku akan menebak pasti mereka akan menculikku sebelum perang dimulai agar aku membantu mereka mengalahkan kalian. Dan aku yakin itu, jadi saat mereka lengah aku bisa membunuh mereka. Sedangkan kamu fokuslah menjaga Satria dan menyiapkan pasukan untuk perang mafia suamiku.Apa kamu mengerti?" gumamku pelan
"Apa kamu yakin akan baik-baik saja sayang? Aku saja di siksa oleh mereka sayang"
"Kamu dan aku berbeda. Mereka membencimu bahkan Kak Sino sedangkan denganku Kak Sino tidak akan berani menyakitiku apalagi tanda janji jiwa milikku berbeda denganmu..." gumamku pelan
"Oh mmm kalau kamu benar-benar terluka atau terbunuh tidak akan aku maafkan mereka.." gerutu Han kesal
"Jadi kamu akan menyetujuiku melakukannya?" tanyaku terkejut
"Hmmm ya aku menyetujuinya, tapi berjanjilah untuk kembali kepadaku istriku.." gumam Han memelukku erat
"Ya, kamu harus berjanji padaku menjaga Satria sungguh-sungguh" gumamku pelan
"Ya aku berjanji kepadamu, aku akan jadi kuat dan menjaga kalian berdua keluarga kecilku." gumam Han serius
"Ya suamiku jadilah kuat. Kamu tidurlah dulu" gumamku mengusap lembut punggung Han
"Siap istriku... Beberapa bulan lagi ada pesta sayang, jadi kamu harus hati-hati ya" gumam Han memejamkan kedua matanya dan mencium keningku lembut dan Han tertidur di pelukanku
Aku memang mempunyai rencana gila ini dari dulu tapi Han selalu menolak rencanaku ini, mumpung Han mengizinkanku aku akan melakukannya dengan serius. Tapi aku sendiri tidak yakin kalau aku akan kembali hidup-hidup, aku hanya memikirkan keselamatan Satria. Walaupun aku disiksa disanapun aku akan siap, ya hitung- hitung sebagai kata maafku kepada Satria karena aku tidak menemaninya tumbuh dewasa.