Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 49 - Episode 49 : Pertemuan Seluruh Mafia

Chapter 49 - Episode 49 : Pertemuan Seluruh Mafia

Selama di pesta, Sino terus mengawasiku. Walaupun dia sedang berbincang dengan seseorang tapi kedua matanya tidak pernah terlepas untuk terus memandangku.

"Huuhh... Menyebalkan..." desahku meneguk minumanku.

Aku menatap disekelilingku dan benar-benar banyak anggota mafia yang hadir dalam pertemuan kali ini, padahal kan ini pertemuan pemilik perusahaan tapi kenapa... Ada anggota mafia yang hadir. Disaat aku fokus menatap sekitar, tiba-tiba ada seorang pria yang menepuk bahuku pelan dan ternyata pria itu Victory.

"Sani... Apa itu kau?" gumam pria itu berdiri di belakangku.

"Ya... Lama tidak berjumpa ketua." gumamku meminum minumanku.

"Aku kira kau sudah mati!"

"Kan sudah aku katakan, dia tidak akan bisa membunuhku ya walaupun aku disiksa habis-habisan sih." desahku pelan

"Oh syukurlah kalau begitu ayo pergi Sani!!"

"Aku... Tidak bisa.." gumamku pelan.

"Kenapa?"

"Aku terikat janji jiwa dengan dia dan juga... Buat apa aku kembali kalau Han dengan sahabatku!!" gerutuku dingin.

"Ka... Kamu tahu?"

"Apa yang tidak aku ketahui ketua, walaupun aku dikurung Sino tapi aku masih di perbolehkan menonton televisi." gumamku pelan.

"Ohh mmm ... Lalu apa yang kamu dapatkan?"

"List yang kemarin ... Bukan mafia pemberontak.."

"Ohh.. Sudah ku duga.." desah Victory pelan.

"Ketua tahu?"

"Tidak, hanya menebak saja. Lagi pula...Saat ini sedang terpecah belah kerjasama antar mafia kita Sani."

"Maksudnya?"

"Selama kamu berada di genggaman Sino dan tidak ada yang tahu keadaanmu membuat kami tidak tahu apapun apa yang harus kita lakukan. Dan lagi setelah Han dengan Lia, Satria kembali tidak dianggap dan kerjasama kita kebanyakan berpihak dengan mafia musuh..."

"Mafia musuh?"

"Ya seluruh mafia adalah musuh mafia pusat dan mafia tertinggi bahkan mafia pemberontak."

"Ohh aku tahu kalau itu." desahku pelan.

"Hari ini ada rapat seluruh ketua mafia Sani... Untung kamu disini kalau tidak.." gumam Victory pelan.

"Kalau tidak apa?" tanyaku terkejut.

"Kamu ngomong sama siapa istriku?" gumam Sino dingin.

"Ee... Tidak ada kok, hanya melamun saja..." gumamku berbohong.

"Hmmm..." desah Sino kembali berbincang dengan temannya.

"Kau nih Sani!!" gerutu Victory kesal.

"Maaf ketua.. Lalu apa yang akan terjadi?"

"Kamu akan diganti dengan orang lain."

"Ya baguslah.." desahku santai.

"Kamu tidak keberatan?"

"Tidak, aku biasa saja."

"Tapi Sani... Mafiamu akan di tutup dan semua anggotamu akan... Dibunuh oleh mafia keadilan!!" ucap Victory serius.

"A... Apa!!!" teriakku terkejut.

"Ada apa istriku?" tanya Sino terkejut.

"Kak... Kak Sino... Bisa kita bicara sebentar?" gumamku pelan.

"Ohh mmm bisa... Bentar ya..." gumam Sino menatap temnanya dan berjalan ke arahku.

"Ada apa?" tanya Sino bingung, tanpa basa basi aku menarik tangan Sino menjauhi pesta, aku berusaha mencari tempat yang aman untuk meminta agar aku diikutkan rapat itu.

"Kak Sino..." dedahku melepaskan genggaman tanganku.

"Ada apa?"

"Bolehkah aku mengikuti rapat itu?"

"Rapat ketua? Tidak!"

"Kak Sino aku mohon!" gumamku memohon

"Tidak!!"

"Kak sino aku mohon!"

"Aku bilang tidak ya ti..."

"Kak Sino kalau aku tidak hadir, aku akan diganti dan seluruh anggotaku di bunuh kak Sino. Aku tidak masalah di ganti tapi anggotaku? Anggotaku dari aku masih di akademi, anggotaku adalah satu-satunya keluarga yang aku punya... Aku tidak ingin kehilangan lagi kak Sino!!" tangisku kencang, melihat aku menangis, Sino memelukku dan mengudap punggungku lembut.

"Siapa yang memberitahukanmu?" tanya Sino dingin, aku hanya terdiam dalam tangisku.

"Apa Victory yang memberitahukanmu?"

"Ak... Aku..." gumamku pelan, aku terkejut saat Sino tahu kalau Victory yang memberitahukanku.

"Hmmm, baiklah aku akan mengizinkanmu. Lagipula aku juga akan hadir dalam rapat itu dan juga.... Seluruh mafia akan hadir dalam rapat ini.." gumam Sino dingin.

"Se... Seluruh mafia... Hadir?" tanyaku pelan.

"Ya, aku juga tidak menyangka kalau ini adalah pertemuan mendadak ketua mafia. Kalau ada ketua tertinggi tidak datang, itu berarti akan ada pertukaran kedudukan dan mantan ketua akan di musnahkan."

"Siapa yang memberitahukan kak Sino?" tanyaku pelan.

"Temenku tadi ... Dia mata-mata mafia pemberontak."

"Oh... Mmm kak Sino beneran membolehkan?"

"Ya... Setelah ini kita pulang, apa kamu mengerti!"

"Aku mengerti kak Sino." gumamku pelan.

"Baguslah, kalau begitu kita ke sana... Sudah waktunya..." gumam Sino menggenggam tanganku dan berjalan cepat melewati lorong ini.

"Kamu tahu kan apa yang akan kamu katakan?"

"Ya... Aku sudah merencanakannya dengan rencana dadakan.." gumamku pelan.

"Baguslah.." desah Sino membuka pintu sebuah ruangan.

Saat pintu itu terbuka, aku melihat banyak orabg yang memenuhi ruangan itu dengan memakai topeng di wajah mereka.

"Naah tuh si raja sibuk datang.." gerutu seorang pria kesal.

"Ya ampun, apa lagi kau ini Boy!" gumam Sino dingin.

"Tumben kamu bersama dengan seorang wanita?" sindir seorang pria dingin.

"Lalu memangnya harus mafia perbatasan yang selalu di perbolehkan dikelilingi dengan wanita cantik?" sindir Sino dingin.

"Tidak juga, menunggumu sampai aku bosan Sino!"

"Ohh maaf saja, ini pesta mendadak jadi tadi agak macet di jalan.." gumam Sino santai.

"Baiklah mari kita lanjutkan.." gumam Victory dingin.

"Kak Sino... Siapa mereka?" tanyaku pelan.

"Yang itu Feri, yang sebelah sana Wahyu, yang sebelah situ Wahyu, wanita itu Lia dan sebelahnya Han dan yang ngomong itu Vicroty.." bisik Sino pelan.

"Ohh..."desahku pelan.

"Dimohon untuk para hadirin dimohon untuk melepaskan topeng kalian..." gumam Victory melepaskan topengnya.

"Mohon maaf tuan Victory, saya keberatan melakukan itu..." gumam Sino dingin.

"Ya aku tahu, khusus kamu tidak masalah." gumam Victory pelan dan pertemuan kembali di lanjutkan.

Selama pertemuan aku melihat wajah seluruh ketua mafia yang terlihat sangat serius dan mereka terus menerus berdebat hebat.

"Ya untuk jabatan mafia tertinggi siapa yang akan menggantinya?" tanya seorang ketua mafia dingin.

"Ya kita harus memilih ketua mafia tertinggi yang hadir." gumam Han dingin.

"Kami tidak mau!! Ketua Sani tetap ketua kami!" teriak seluruh anggota mafia tertinggi serius.

"Ka... Kalian..." gumamku pelan, aku terkejut anggota mafia tertinggi masih mempercayaiku bahkan setelah aku menghilang selama berbulan-bulan.

"Tidak bisa seperti itu! Jabatan ini sudah kosong lama dan juga kalian sendiri tidak tahu dimana keberadaannya!" gerutu Lia kesal.

"Kami tetap tidak mau!!!" protes Fadil kesal.

"Fadil ... Disini juga?" gumamku pelan.

"Kalian kalau tidak setuju. Kalian akan..." teriak Han kesal. Aku berdiri dari tempat dudukku dan menatap Han dingin.

"Kalau mereka tidak terima ya sudahlah jangan dipaksa!" gerutuku dingin.

"Tunggu... Suara ini..." gumam Fadil terus menatapku

"Mau mereka mau mempertahankan atau membuang ketuanya kalian ketua mafia yang tidak berkepentingan tidak berhak mencampuri urusan mafia lainnya." gumamku dingin.

"Kau siapa? Kau bukan anggota mafia jangan ikut campur nona!!" protes Lia dingin.

"Oh benarkah? Padahal aku malas berdebat denganmu... Lia.." gerutuku dingin.

"Ka.. Kamu, kamu tahu namaku?" gumam Lia dingin.

"Ya hanya tahu saja." gumamku dingin.

"Siapa kamu sebenarnya?" gumam Han bingung.

"Kamu tidak perlu tahu... Mending kalian lanjutkan saja rapat itu."

"Beritahu aku siapa kamu sebenarnya!" protes Han kesal.

"Aku bilang kan kamu tidak perlu tahu.." gumamku santai, tiba-tiba Han mengambil pedangnya dan mengarahkannya ke leherku.

"Katakan tidak!!" gerutu Han dingin dan aku hanya tersenyum dingin melihat tingkah laku Han.

"Sudahlah Sani... Kau juga suka bermain-main..." desah Victory pelan.

"Sa... Sani?" teriak semua ketua mafia terkejut. Mendengar perkataan Victory, Han menarik pedangnya dan menatapku terkejut.

"Haish ketua masih saja melarangku bermain-main. Padahal aku hanya ingin melihat siapa yang berkhianat saja." gumamku dingin dan membuka topeng wajahku.

"Kamu benar-benar Sani? Astaga aku kira kau sudah mati Sani!" teriak Fadil berlari memelukku. Melihat Fadil memelukku membuat Sino kesal.

"Heei... Asal peluk saja!" gerutu Sino kesal.

"Kau sinis saja Fiyoni!" gerutu Fadil dingin.

"Tunggu... Fiyoni?" tanyaku terkejut.

"Kamu kira Sino itu masih hidup Sani?" bisik Fadil pelan.

"A.. Apa?" tanyaku terkejut.

"Sino itu sudah mati dibunuh Fiyoni saat Fiyoni berusaha menyelamatkan Putri dan pelayannya sebelum kamu masuk ke organidasi mafia pemberontak tapi... Pelayannya mati juga bersama dengan Sino dan karena ada sebuah masalah, Fiyoni menghilang dan aku baru tahu kalau Fiyoni menyamar menjadi Sino." jelas Fadil di telingaku.

"Oohh tapi kenapa Fiyoni tahu tentang segala hal yang berkaitan dengan Sino?" tanyaku terkejut.

"Tidak tahu kenapa cuma Fiyoni lupa tentang jati dirinya sebagai Fiyoni dan lebih banyak mengingat tentang dirinya sebagai Sino. Ini aku sedang menyelidikinya Sani, pakai ini untuk berkomunikasi denganku. Oh ya jadi hati-hati saja dengannya." gumam Fadil memberikan sebuah gelang dan tersenyum manis kepadaku.

"Oh... Mmm baiklah." desahku pelan dan Fadil kembali ke tempat duduknya.

"Apa yang dikatakan Fadil kepadamu?" ucap Sino dingin.

"Tidak ada..." gumamku terduduk di tempat dudukku.

"Baiklah, karena Sani masih hidup dan anggotanya masih memilih Sani sebagai ketua jadi Sani masih akan menjadi ketua mafia tertinggi!" teriak Victory senang.

Pertemuan terus berlangsung dan aku sendiri masih bingung bahkan terkejut dengan perkataan Fadil kalau Sino yang sekarang itu adalah Fiyoni. Tapi yang pastiaku butuh kejelasan apa yang terjadi.