Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 48 - Episode 48 : Organisasi Mafia Di Dunia

Chapter 48 - Episode 48 : Organisasi Mafia Di Dunia

Pagi ini aku mendengar kicauan burung bernyanyi di luar kamar, aku membuka kedua mataku dan melihat wajah tampan Sino yang sedang tertidur pulas di sebelahku dan ini pertama kalinya Sino tidur denganku.

"Kamu sudah bangun istriku?" gumam Sino membuka matanya sambil tersenyum kepadaku.

"Ya, selamat pagi kak Sino." gumamku pelan.

"Selamat pagi juga malaikat kecilku." aku membenamkan wajahku di dada bidang Sino dan Sino hanya mengusap lembut rambutku.

"Apa berita kemarin masih membuatmu sedih?" tanya Sino pelan dan aku hanya mengangguk pelan.

Yaah setelah Sino yakin kalau aku mencintainya dia akhirnya membebaskanku dari ruang penyiksaan yang sebelumnya dan mengizinkanku tidur di tempat tidur milik Sino sendiri. Disaat aku menonton televisi, aku melihat berita yang mengabarkan tentang seorang pria tampan yang kepergok menghamili seorang wanita cantik.

"Sudah ku duga." gumam Sino masuk ke dalam kamar.

"Kenapa?" tanyaku polos.

"Pria itu adalah suami kontrakmu, Han Li..."

"Han Li?" tanyaku terkejut. Aku kembali melihat berita itu dan terkejut melihat Han Li menghamili seorang wanita cantik yang merupakan sahabat baikku dahulu saat di akademi mafia.

"Bu... Bukannya dia Lia?" tanyaku terkejut.

"Ya, dia sedang bersama Han loh, apa kamu masih mengharapkan Han Li padahal kamu sudah beberapa bulan tinggal bersamaku istriku?" bisik Sino merangkulku dari belakang.

"Aku..." desahku meneteskan air mataku, aku tidak percaya Han bersama dengan sahabatku. Walaupun aku yakin dia sedang ada misi tapi kenapa dia bisa menghamili wanita lain disaat aku berusaha keluar dari tempat yang menyebalkan ini, hatiku terasa sangat sakit.

"Kamu menangis?"

"Tidak kok hanya sedih saja." gumamku menundukkan wajahku sambil mengusap air mataku.

"Sedih kenapa? Aku saja tidak sedih!"

"Kak Sino tidak sedih?" tanyaku terkejut.

"Lia itu mantan kekasihku, kamu ingat?" gumam Sino pelan.

"Bukannya dia tetap kekasihmu?"

"Seharusnya iya, tapi karena aku tidak memberikan apa yang dia inginkan Lia pergi dariku dan aku gak tahu kabarnya."

"Menginginkan apa?" tanyaku terkejut.

"Mebginginkan anak dariku.." bisik Sino pelan.

"Tunggu, kenapa?"

"Kan sudah aku bilang, tidak ada wanita yang pantas menjadi ibu dari anakku selain kamu malaikat kecilku." gumam Sino menciumku lembut.

Aku? Apa yang membuat aku pantas menjadi istrinya sedangkan wanita yang menyukai Sino lebih baik dariku, aku masih tidak mengerti apa yang ada di pikiran Sino saat ini.

"Sani..."

"Sani!!" teriak Sino menyadarkanku.

"Ee.. Mmm iya kak Sino?"

"Kamu melamun?"

"Eee... Mmm sedikit..." desahku pelan.

"Kamu milikku sekarang jangan pikirkan pria itu lagi, apa kamu mengerti?"

"Ya aku mengerti." gumamku pelan.

Walaupun kak Sino tidak menyiksaku dengan memberikan sesuatu di dalam tubuhku tapi mendengarkan perintahnya saat dia memerintahkanku membuatku sedikit takut dengannya padahal aku sendiri tidak pernah takut kepada siapapun kecuali orang tuaku.

"Bagus, jadilah istriku yang penurut. Baiklah siap-siaplah kita akan pergi."

"Pergi kemana?"

"Ke pertemuan direktur perusahaan se dunia."

"Aku ... Aku gak mau ikut."

"Kenapa?" tanya Sino pelan, aku terdiam membenamkan kepalaku di dada bidang Sino.

"Hmmm tidak apa sayang, ada aku jadi jangan khawatir."

"Mmm tapi..."

"Disana hanya ada beberapa mafia saja kok, jadi jangan Khawatir."

"Mmmm ba... Baiklah." desahku beranjak pergi ke kamar mandi.

Aku sebenarnya malas untuk ikut karena aku yakin Han pasti ada disana apalagi Han juga direktur perusahaan tertinggi, tapi disisi lain aku ingin membuktikan kalau berita di televisi itu tidak benar. Ya walaupun aku sendiri mengandung anak dari Sino tapi aku tidak ingin Han melakukan kesalahan yang sama.

"Sani? Apa masih lama?" teriak Sino dari luar kamar mandi.

"Eee.. Tidak, aku sudah selesai kak Sino." gumamku berjalan ke ruang ganti dan segera berdandan. Setelah berdandan cantik aku keluar kamar ganti dan melihat Sino yang tampan berdiri di dekat jendela sambil menatap keluar jendela.

"Kamu sudah selesai?" tanya Sino menatapku.

"Iya Kak Sino..." gumamku pelan, Sino berjalan ke arahku dan mengusap pipiku lembut.

"Kamu sangat cantik istriku."

"Eee... Mmm makasih kak Sino." gumamku pelan.

"Baiklah mari kita pergi istriku." gumam Sino menggenggam tanganku pergi dari tempat tinggalnya.

Selama perjalanan Sino tidak memegang handphonenya sama sekali, berbeda dengan Han yang dimanapun tidak terlepas dari handphonennya.

"Ada apa istriku?"

"Tidak ada, hanya bingung melihat Kak Sino tidak memegang handphone."

"Kamu ingin meminjam handphoneku?"

"Ti..."

"Nih pakai saja, pasti akan sangat bosan perjalanan kali ini istriku." gumam Sino memberikan handphonenya kepadaku, selama dengan Sino aku memang sama sekali tidak memegang handphone jadi mungkin Sino memberikan handphonenya agar aku tidak bosan.

Saat aku membuka isi handphonenya aku terkejut melihat fotoku menjadi walpaper handphonenya dan bahkan galeri foto miliknya penuh dengan foto-fotoku saat di akademi mafia dulu.

"Kak Sino... Kenapa handphonemu penuh dengan galeriku?" tanyaku pelan.

"Eehh..." guman Sino berusaha merebut handphonenya tapi aku masih bisa mempertahankannya.

"Ja.. Jangan lihat, malu lah!" ucap Sino dengan wajah memerah.

"Ke... Kenapa? Apa kak Sino diam-diam memfotoku?" tanyaku terkejut.

"Eee... Tidak kok!" gumam Sino membuang muka.

"Hayo kak Sino ketahuan!"

"Eeh aku ... Aku enggak melakukannya!"

"Kak Sino tidak bisa membohongiku loh!"

"Eee.. Mmm A... Anu..."

"Kalau kak Sino benar-benar memfotoku juga tidak masalah. Lagi pula banyak teman-temanku bahkan Han sendiri dulu juga memfotoku." gumamku pelan.

"Ohh mmm benarkah?"

"Ya, tapi tidak sebanyak kak Sino." gumamku pelan.

"Yaaah... Aku hanya... Tidak sengaja memfotomu kok."

"Ohhh, kalau memfotoku juga tidak masalah kak Sino." gumamku menatap sebuah foto saat aku bersama dengan ayahku.

"Kenapa kamu terdiam?"

"Hanya rindu ayahku."

"Rindu? Kalau rindu ya bertemu lah."

"Bertemu ya? Tidak akan bisa." gumamju mengembalikan handphone Sino.

"Kenapa? Apa karena kamu denganku?"

"Bukan."

"Lalu kenapa?"

"Ayahku dibunuh San." gumamku pelan.

"San? Kekasihmu dahulu?"

"Ya dan juga kepala organisasi kelompok mafia pemberontak!" gerutuku menatap Sino dingin.

"San? Organisasiku? Sejak kapan? Dia bukan bawahanku dan juga tidak ada mantanmu menjadi ketua kelompok mafia pemberontak!!" protes Sino dingin.

"Tunggu! Apa?" teriakku terkejut.

"Aku ketua pusat mafia pemberontak, aku yang merekrut ketua mafia di bawahku dan aku sama sekali tidak merekrut San!"

"Lalu... List itu?" tanyaku tidak percaya.

"List apa?" tanya Sino bingung, aku mengambil secarik kertas nama list yang diberikan Han kepadaku.

"Ini bukan nama bawahanku, lagi pula mafia pemberontak ada lima puluh ketua mafia yang tersebar di seluruh dunia dan ini bukan nama-nama bawahanku. Mungkin ini nama ketua organisasi perbatasan atau ketua organisasi kekejaman atau ketua organisasi yang lain."

"E... Emang ada?"

"Ada sayang, organisasi di seluruh dunia itu ada 8 organisasi. Seperti kamu ketua organisasi tertinggi, aku ketua organisasi pemberontak, Victory ketua organisasi pusat, Han ketua organisasi keadilan dan ya mmmm yang lain aku tidak hafal."

"Tunggu benarkah?" tanyaku terkejut.

"Mmmm bentar ku lihat dulu." gumam Sino membuka struktur organisasi yang ada di dunia.

"Nih ... Mmm Feri ketua organisasi perbatasan, Lia ketua organisasi penentang, Boy ketua organisasi kesehatan, dan Wahyu ketua mafia rahasia."

"Lia? Ketua mafia penentang?" tamyaku terkejut.

"Ya, dia sepertinya ketua mafia baru. tapi tidak tahu juga."

"Lalu San ketua mafia mana?"

"Tidak tahu, yang ada di dalam listku hanya ketua tertinggi organisasi mafia istriku.

"Oh mm, aku baru tahu..." gumamku pelan.

"Udah jangan dipikirkan istriku... Mari keluar sayang, kita sudah sampai." gumam Sino memberikanku topeng wajah.

"Topeng? Untuk apa?" tanyaku terkejut.

"Semua pakai topeng kok."

"Oh... Mmm baiklah..." desahku turun dari mobil dan mengikuti Sino yang berjalan mendahuluiku.

"Haaah..." desahku menatap sekelilingku, setelah berbulan-bulan aku hidup terasingkan akhirnya aku bisa hidup bebas kembali walaupun Sino terus mengawasiku.

"Ada apa sayang?"

"Mmm eee tidak ada."

"Ya udah mari sayang." desah Sino menggenggam erat tanganku.

"Hmmm... Iya kak Sino..." desahku mengikuti langkah kaki Sino di depanku.

Aku masih terkejut saat mengetahui kalau ada banyak organisasi mafia yang ada di dunia. Walaupun begitu aku masih saja kesal karena aku selalu mendapatkan jalan buntu tentang kematian ayahku itu, San? Siapa kamu sekarang yang sebenarnya?