Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 45 - Episode 45 : Siksaan Sino

Chapter 45 - Episode 45 : Siksaan Sino

Disaat aku tersadar dari pingsanku, aku merasa kedua tanganku terikat kuat. Aku membuka mataku, aku terkejut kalau kedua tanganku diborgol sambil berdiri dan melihat Sino yang sedang membaca sebuah buku sofa depanku.

"Kamu sudah sadar malaikat kecilku" guman Sino menutup bukunya dan tersenyum manis kearahku.

"Kenapa tanganku terborgol?" gumamku dingin

"Ya agar kamu tidak kabur aja"

"Kabur ya? Aku kabur kemana juga, aku terikat denganmu Kak Sino" gumamku pelan

"Ooh kamu tahukah malaikat kecilku?" gumam Sino berjalan ke arahku

"Ya, kenapa kamu melakukan janji jiwa kepadaku kak Sino?" gumamku pelan

"Karena.. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku menginginkanmu dan aku ... ingin mengikatmu" gumam Sino menciumku

"Padahal banyak wanita cantik di luar sana kenapa kak Sino... Uukkhhh.." rintihku pelan

"Aku tidak mau, kamu cinta pertamaku dan cinta terakhirku Sani." gumam Sino terus menggigit leherku

"Aku ingin menikah denganmu"

"Menikah denganku ya? Kenapa kak Sino tidak dari dulu menikahiku? Saat aku menikah dengan Han, Kak Sino... Uuukkhhh"

"Apa tidak peduli, kamu milikku Sani. Aku tidak rela milikku diambil pria lain. Aku hanya ingin denganmu" gumam Sino mempermainkanku

"Oh... Huuuhh...Huuuuhh" desahku mengatur nafasku.

"Apa kamu menikmatinya malaikat kecilku?"

"Tidaaaakk!!" teriakku kencang tapi Sino menyiksaku dengan menyakitkan

"Ya... Ya aku menikmatinya Kak Sino..." gumamku menahan sakit.

"Oh baguslah, nikmatilah malaikat kecilku..." gumam Sino tersenyum dingin ke arahku dan kembali menyiksaku. "Astaga ternyata dengan kak Sino ini membuatku sangat tersiksa" gumamku dalam hati

Sino terus menyiksaku dengan cambuknya, bagaimanapun kencangnya aku berteriak malah membuat Sino memperkuat cambukannya. "Kenapa tidak langsung kau bunuh saja!!!" teriakku dalam hati

"Tookkk... Ttookkk... Ttookk

"Masuk!!" teriak menghentikan cambukannya

"Maaf tuan muda, semua ketua mafia pemberontak sudah hadir" gumam bawahan Sino pelan

"Oh baiklah, kamu boleh pergi"

"Aku ada urusan sebentar ya malaikat kecilku" gumam Sino menciumku dan pergi meninggalkan ruangan ini

"Huuhhh... Huuhhh ..." desahku mengatur nafasku sambil menahan sakit di semua badanku

"Oh astaga Sino lebih gila dari pada Han... Tapi bagaimana aku bisa keluar?" gumamku bingung

Aku menatap sekitar dan tidak ada jalan keluar apapun kecuali jendela mini, kalau aku tidak terlepas dari borgol ini aku tidak akan bisa kabur ataupun melakukan rencanaku. Dan lagi, kenapa kak Sino jadi menyebalkan seperti itu padahal dulu kak Sino adalah orang yang baik dan perhatian, kenapa dia jadi berubah berperilaku gila?

"Sani... Kamu mendengarku?" ucap seorang laki-laki dari dalam kalungku

"Huuhh.. Siapa?" desahku pelan

"Aku Victory"

"Ada apa ketua?" gumamku pelan

"Apa kamu baik-baik saja?"

"Ya, hanya sedikit tersiksa saja"

"Apa yang dilakukan mereka kepada istriku?Aku tidak terima!!" teriak Han di belakang Victory

"Kenapa dia berisik?" gumamku pelan

"Ya dia mengkhawatirkanmu Sani"

"Hmmm aku tidak apa-apa Han, lakukan tugasmu seperti yang kalian rencanakan. Lagi pula aku sudah lama tidak merasakan penyiksaan seperti ini" gumamku menenangkan Han

"Tapi istriku!!"

"Lakukan sesuai janjimu suamiku.." gumamku pelan

"Ya istriku. Jangan lupa cepat kembali istriku.." gumam Han dan suara itu hilang

"Ya semoga saja aku tidak mati disini" gumamku pelan

Aku tidak tahu apa aku akan bertahan hidup jika ada disini bahkan sepertinya ini di markas pusat mereka dan ruangannya juga sangat berbeda dengan rekaman dari chip yang di pasang di tubuh Han waktu itu

Tidak berapa lama Sino kembali masuk ke dalam ruangan yang bisa di sebut penjara bagiku. Dengan wajah kesal Sino menutup pintu dengan kuat. Aku menatapnya bingung, tanpa berkata apapun Sino berjalan kearahku dan memelukku. Pelukannya sangat erat bahkan bisa dibilang aku seperti pelampiasannya saja

"Ada apa kak Sino?" gumamku pelan tapi Sino terus memelukku erat. Sino terus menggigit leherku yang membuat aku hanya menahan sakit

"Tubuhmu sangat wangi malaikat kecilku"

"Oh... Huuuhh... Benarkah kak Sino, padahal aku belum mandi" gumamku pelan

"Ya dan tidak aku sangka kulitmu sangat halus, sudah cantik putih dan mulus. Pantas saja banyak pria yang menginginkanmu" gumam Sino mengusap pipiku

"Oh benarkah? Tapi memang banyak yang menginginkanku sih kak" gumamku pelan

"Tapi tidak bisa, kamu milikku selamanya milikku. Walaupun aku mati kau bunuh kamu tetap milikku Sani"

"Ke... Kenapa bisa begitu... Uukkhhh.." rintihku pelan, Sino terus menggigit leherku yang membuatku kesakitan

"Karena janji jiwa kita berbeda dengan janji jiwa milik orang lain apalagi milik Han. Apa kamu tidak tahu apa arti tanda janji jiwa berwarna hitam keunguan itu apa?" gumam Sino pelan

"Tidak, aku ... Aku tidak mengerti tentang janji jiwa kak Sino..."

"Baiklah aku akan menjelaskannya kepadamu." desah Han membuka borgol tanganku yang besar dan memapahku ke tempat tidur lalu memborgolku lagi. "Astaga tahanan aja gak gini banget." gerutuku dalam hati

"Janji jiwa itu ada tiga macamnya wanitaku..." gumam Sino memainkan rambutku dengan jarinya

"Janji jiwa tingkat rendah, menengah dan tinggi. Janji jiwa yang dilakukan Han dan Cahya hanya janji jiwa tingkat rendah sedangkan yang aku lakukan padamu adalah janji jiwa tingkat tinggi. Tingkat rendah bisa dihilangkan dengan membunuh pasangan janji jiwanya saja sedangkan tingkat tinggi, kamu tidak bisa melakukan apapun. Walaupun aku mati sekalipun tanda di lehermu tidak akan hilang, apalagi aku sudah memberikan tanda di bibirmu juga jadi ada dua tanda di dalam tubuhmu malaikat kecilku." gumam Sino memainkan bibirku

"Tunggu! Du.. Dua tanda?" tanyaku terkejut

"Ya... Kamu keguguran itu bukan karena kamu tertekan saja tapi karena tanda di tubuhmu yang tidak menerima kehadiran bayi Han, memang janji jiwa sangat kejam tapi sangat efektif mengikatmu yang bandel ini" gumam Sino menciumku kembali. "Tunggu, jadi karena janji jiwa juga?" gumamku dalam hati

"Kak Sino... Kenapa kamu menyiksaku seperti ini?" gumamku pelan

"Menyiksamu ya? Tidak, aku hanya mengajarkan kepadamu cara mematuhi suamimu yang benar seperti apa!" gumam Sino menarik kalungku

"Apa kamu kira aku tidak tahu apa yang kamu lakukan malaikat kecilku?" gumam Sino menggigit kuat leherku

"Uuukkhhh... Oh... Kak Sino tahu ya?" gumamku pelan. "Kenapa dia bisa tahu kalau kalungku itu penyadap suara?" gumamku dalam hati terkejut

"Kalau kamu terus membandel kamu mau aku beri chip seperti Han? Tapi Chip yang bisa menyakitkan Sani" gumam Sino dingin

"Ja... Jangan kak Sino.. Ampunilah aku..." gumamku memohon

"Kalau aku tidak mengampunimu bagaimana?" gumam Sino menarik rambutku

"Kak ... Kak Sino kan mencintaiku kan? Apa kak Sino tega melihatku menderita?" gumamku pelan

"Menderita ya? Tidak, aku berfikir kamu akan menuruti semua perintahku"

"Kak Sino apapun yang kakak lakukan hari ini aku hanya diam menurutimu, apa menurut kakak tidak cukup?" gumamku pelan

"Tidak, aku ingin bermain denganmu. Kalau kamu bersedia, aku akan memberikanku sedikit kebebasan tapi tetap berada di bawah pengawasanku. Bagaimana?" gumam Sino menciumku

"Ta... Tapi kak!!"

"Kalau tidak bersedia, ya sudah aku akan memberikanmu..."

"Baik... Baik lakukan saja!!" teriakku mengalah

"Nah begitu, jadilah istri yang penurut istriku.." gumam Sino kembali menggigitku

Tanpa kalung dari Han itu aku tidak bisa melakukan apapun sekarang, pikiranku sangat kosong saat ini, yang ada di pikiranku adalah menghentikan siksaan Sino yang berat. Kalau yang dikatakan Fadil kalau aku bisa meluluhkan Sino dengan menggodanya berarti hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang ini. Ya sebenarnya perkataan Fadil benar tapi aku belum lihat kedepannya seperti apa, sekarang ini aku hanya bisa pasrah dan menerima takdir hidupku yang selalu menderita