Tidak tahu kenapa aku merasa kalau tubuhku diapit oleh dua orang yang membuat badanku tidak bisa melakukan apapun. Aku membuka mataku dan melihat Fiyoni dan Lan berbaring di sisi kanan dan kiriku sambil memelukku erat
"Lan... Fiyoni!!!" gerutuku kesal
"Apa sih!!" gerutu Lan memelukku erat
"Apa ya??? Liatlah kalian berdua memegang apa!!!" protesku kesal
"Apa? Kami tidak memegang apapun"
"Ka.. Kalian memegang yang salah!!" gerutuku menampar kedua pria dengan kesal
Plaaakkk... Plaaaakkkk
"Aauuu sakit lah!!" protes Lan dan Fiyoni kesal
"Kalian juga memegang sesuatu tahu!!!"
"Mmm kan kamu tidak tahu..." gumam Fiyoni pelan
"Ya, kan kami tidur loh apa ya kami sadar" gumam Lan pelan
"Huumm lupakan... Jadi apa hasil kalian Kak Lan?" gumamku pelan
"Ini rencana dari Fadil" gumam Lan memberikan kertas kepadaku dan aku membacanya
"Oh... Tumben kamu tidak protes" gumamku dingin
"Sebenarnya protes, tapi Fadil bilang kalau kamu bersama dengan kami berdua kamu tidak bisa maksimal"
"Hmmm ya memang, makanya aku punya rencana sendiri"
"Jadi kamu akan bertindak sendiri?" gumam Lan binngung
"Ya, aku ingin melakukannya sendiri" gumamku santai, Fiyoni merebut kertas ditanganku dan membaca istrinya
"Tidak boleh!! Dia anakku, aku yang akan menyelamatkannya!!!" protes Fiyoni kesal
"Terserah kamu, tapi aku tetap yang akan melakukannya" gumamku santai, Fiyoni mendorongku dan terduduk di atas perutku
"Hei kamu beratlah!!" protesku kesal tapi Fiyoni hanya menatapku dingin tanpa berkedip
"Apa!!" protesku
"Aku tidak akan mengijinkanmu Sani, apa kamu kira aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan dan yang dipikirkan Fadil" gumam Fiyoni dingin
"Apa aku hanya ingin menyelamatkan mereka berdua saja!!"
"Menyelamatkan mereka dan menyerahkan dirimu kepada keluarga Li? Aku tidak akan mengijinkan istriku melakukan itu" gumam Fiyoni dingin
"Oh... kamu menyadari perkataanku ya" desahku pelan
"Ya aku tidak mengizinkan melakukan itu!!" gunan Fiyoni dingin
"Kenapa kamu tidak mengizinkannya?"
"Kamu istriku aku tidak ingin kehilangan seorang istri yang kedua kalinya" gumam Fiyoni dingin
"Heehh istri ya...Terserah kamu saja Fiyoni" desahku pelan
"Tapi... Jangan menggangguku kalau aku fokus melakukan tugasku!!"
"Baiklah, kami setuju" gumam Lan terduduk di sebelahku
"Mata - mataku juga sudah mendapatkan lokasinya tapi aku tidak yakin kalau mereka ada disitu"
"Kenapa?" gumamku dan Fiyoni bersamaan
"Benar yang dikatakan Sani kalau wilayah keluarga Li sangat luas apalagi aku tidak yakin kalau mereka di sekap di wilayahmu Fiyoni, pasti mereka berdua dibawa ke China"
"Chi... China!!" teriak Fiyoni lemas dan Fiyoni terjatuh di tubuhku
"Fi... Fiyoni!!" teriakku membaringkan Fiyoni
"Kak Lan Fiyoni pingsan..." gumamku terkejut
"Pastinya, dia sama sekali tidak tidur semalam, makanya aku menemani kalian berdua. Dia terus menerus menangis" gumam Lan pelan
"Fiyoni..." desahku menggusap lembut rambutnya
"Kak Lan, kapan peperangan itu terjadi?" ucapku serius
"Kata mata - mataku beberapa hari lagi mereka melakukan penyerangan di seluruh wilayah ketua mafia pusat dan wilayah mafia tersembunyi "
"Oh benarkah? Apa seluruh ketua mafia datang?"
"Ya, mereka ada di lantai bawah"
"Ohh..." desahku mengambil handphoneku dan menelepon Fadil
"Hallo Sani? Ada apa?" gumam Fadil pelan
"Kamu dimana?"
"Di tangga, ada apa?"
"Kak waktunya ..." gumamku serius
"Ooh benarkah? Baguslah aku akan mengambil mobil"
"Iya kak Fadil" gumamku menutup handphoneku
"Kak Lan tolong jaga Fadil ya" gumamku beranjak dari tempat tidur
"Kamu mau kemana?" tanya Lan memegang tanganku erat
"Aku akan pergi..." gumamku menyiapkan seluruh senjataku
"Tidak boleh... Fiyoni menyuruhmu tidak boleh pergi!!"
"Kak Lan, lakukan yang sudah kalian rencanakan. Perang ini akan menjadi perang yang sangat panjang lebih lama dari pada perang mafia dulu kak Lan, jadi tolong jaga semua ya. Dan tolong bilang kakak untuk menjaga Satria apapun yang terjadi" humamku mencium Lan dan berlari ke arah balkon
"Sani..." teriak Lan menatapku
"Kamu harus hati - hati dan teruslah hidup" gumam Lan pelan dan aku hanya tersenyum pelan
Aku melompat dari balkon ke pohon yang ada di dekat balkon itu dan masuk ke dalam mobil di bawah balkon
"Sudah siap Sani" gumam Fadil serius
"Ya, kalau beberapa hari lagi perangnya pasti mereka akan bergerak malam ini, jadi kita lakukan rencana awal kita" gumamku melepaskan kalungku dan menghubungkan lokasi kristal di handphoneku
"Apa itu bukan kalung biasa?"
"Ya, ini alat pelacak yang diberikan Han kepadaku dan benar dugaan kak Lan kalau Putri dan Yanyan di culik dan di bawa ke China" desahku pelan
"Oh bisa terlacak ya? baguslah" desah Fadil senang
"Ya dan ternyata Han selama ini tidak pernah melacak keberadaanku"
"Apa? Lalu kenapa mereka bisa tahu rumah Xiao Min?" gumam Fadil terkejut
"Sepertinya, Putri atau Fiyoni memakai alat pelacak dari Rafaela" gumamku melihat lokasi Han yang berada di sekitar rumah Xiao Min menelepon Lan
"Hallo Sani"
"Kak Lan, apakah Fiyoni memakai cincin atau kalung?"
"Cincin? Kalung ya? Mmm ya, dia memakai kalung"
"Kak Lan lepaskan kalung itu, kalung itu merupakan kalung pelacak itulah kenapa mereka mengetahui posisi kalian. Dan segera perintahkan semua pergi dari rumah itu sebelum matahari terbenam, mereka berada di sekitar rumah!! Dan juga bawa Satria pergi dari lokasi itu" gumamku dingin
"Oh benarkah? Baiklah Sani!!" gumam Lan menutup telponnya
"Tidak aku sangka akan mendadak seperti ini" gumam Fadil pelan
"Ya, seperti perang mafia lalu.. Apa kakak ingat?"
"Ya aku ingat, kita diserang mendadak saat bulan mulai naik" gumam Fadil dingin
"Yups dan sepertinya mereka melakukan hal yang sama, hah sangatlah bodoh" gerutuku dingin
"Yang pintar membuat strategi kita Sani, kalau mereka aku jamin tidak akan ada yang bisa membuat strategi..." gumam Fadil dingin
"Benar... Sungguh ketua mafia yang bodoh. Walaupun Samuel pintar membuat rencana pasti rencananya tidak akan jauh dari rencana yang kita buat kakak" gumamku pelan
"Tapi yang mengejutkannya, Samuel dan Han ingin bergabung dengan kalian berdua" gumam seorang pria di belakang kami. Aku melirik pria itu dan melihat kakak kandungku Soni berada di kursi belakang
"Ka... Kakak?" teriakku terkejut
"Fadil berhenti!!" teriakku dan Fadil menginjak rem mobil dengan cepat
"Kenapa kalian berdua terkejut melihatku?" gumam Sony santai
"Mmmm kakak yang baik, bisa kah kamu keluar dari mobil?"
"Tidak mau!!"
"Kakak saat ini kamu adalah musuh kami karena kakak bergabung dengan mereka.." gumamku dingin
"Bergabung? Mana ada aku bergabung, baca lagi daftar namanya" gumam Sony santai. Aku segera membaca daftar nama satu persatu dan benar tidak ada nama kakak di dalamnya
"Ke... Kenapa bisa?"
"Karena kakak... Mata - mata dari mafia tersembunyi" bisik Sony di telingaku
"Be.. Benarkah?"
"Tanyakan kepada Lan"
Aku segera menelepon Lan dengan sedikit ketakutan
"Hallo Sani ada apa? Kami sedang berjalan meninggalkan rumah Xiao Min"
"Kak Lan, apakah kak Sony itu mata - matamu?"
"Ya benar kenapa?"
"Oh... Mmm tidak ada hanya bertanya saja"
"Apa dia bersamamu?"
"Iya kakak"
"Oh begitu, tolong berikan hendphonemu kepada Sony"
"Eemmm... Kakak, kak Lan ingin berbicara" gumamku pelan
"Bagaimana Sani?" tanya Fadil serius
"Ya dia mata - mata mafia tersembunyi" desahku pelan
"Ini handphonemu" gumam Sony mengembalikan handphoneku
"Ohh hmmm.. Kak Fadil jalan lagi" gumamku pelan dan Fadil kembali mengendarai mobil kami
Aku sangat terkejut kalau kakak kandungku tidak masuk ke dalam daftar aku kira kalau seluruh keluarga Li itu berarti kakak kandungku ikut serta tapi ternyata dia sekutuku