Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 34 - Episode 34 : Mengikuti Pertemuan Mafia

Chapter 34 - Episode 34 : Mengikuti Pertemuan Mafia

Hari terus berganti dan selama Victory di markasku dia selalu mengajakku rapat, rapat dan rapat tidak ada pembahasan lain selain rapat dewan pengawas dan juga pembahasan mengenai pertemuan mafia yang akan kami berdua lakukan nantinya

Hari ini waktunya pertemuan rahasia itu dimulai, setelah rapat semalaman dan menikmati tidur yang hanya beberapa jam membuat tubuhku yang lelah ini sedikit terasa sedikit segar. Aku segera mandi dan membuat sarapan untukku, untuk Fadil, dan untuk Victory

"Pagi Sani" gumam Fadil masuk ke dalam dapur

"Eeh pagi juga kak Fadil"

"Kamu membuat apa nih?"

"Hanya sandwich telur sama coklat kocok saja" gumamku pelan

"Ini buatmu kak" gumamku memberikan sepiring sandwich dan coklat kepada Fadil

"Oh makasih" desah Fadil menaruh makanannya ke atas meja makan dan memakan makananya

"Ketua kemana kak?"

"Gak tahu... Coba lihat di kamarnya, mungkin dia tidur"

"Oh mmm baiklah" desahku membawakan makanan untuk Victory

Di depan pintu kamarnya aku mengetuk pintu itu pelan dan terdengar suara Victory menyuruhku masuk

"Ada apa Sani?"

"Sarapanmu ketua"

"Ohh.. Mmm terimakasih" gumam Victory mengambil makananmya

"Ketua tidak tidur?"

"Tidak, lagi memikirkan rencana saja"

"Rencana apa?" tanyaku bingung

"Ini... Rencana mafia pemberontak yang baru, sangat berbeda dengan yang lama" gumam Victory memberikanku secarik kertas rencana dan juga peta persebaran mafia mereka

"Ohh... Sama seperti prediksiku awal" gumamku pelan

"Kamu sudah memprediksinya?" tanya Victory terkejut

"Ya aku dan kak Fadil sudah memprediksinya"

"Jadi kamu tidak menggunakan rencana yang dulu?"

"Tidak ketua, rencanaku adalah rencana baru yang aku dan kak Fadil rencanakan" gumamku berjalan pergi dari kamar Victory

"Apa rencanamu? Beritahu aku Sani!!"

"Kalau sudah waktunya ketua akan tahu nantinya" gumamku pelan

"Sani jangan lupa kita sebentar lagi pergi!!"

"Ya aku mau siap - siap dulu" gumamku kembali ke kamar, aku memakai gaun yang memiliku panjang rok pendek agar aku bisa melarikan diri seperti dulu dan juga aku harus menyiapkan senjataku untuk melindungi diriku sendiri

"Sani kamu ditunggu Victory!!!" teriak Fadil di luar kamar

"Oke suruh tunggu!!" teriakku memakai make upku

"Oke!!" teriak Fadil meninggalkan kamarku

"Hmmm, apa segini sudah cantik?" gumamku menatap wajahku di cermin, memikat Han, Fiyoni, Lan dan Arthur adalah tujuanku di pertemuan kali ini jadi aku harus menjadi umpannya

Aku memoles lipstik di bibirku dan segera meninggalkan kamar, aku berjalan menuruni tangga dan bertemu dengan Victory, aku melihat Victory sedang asik bermain handphonenya

"Aku sudah siap.." gumamku pelan, Victory menatapku tanpa berkedip

"Eee... Mmm ketua?"

"Eehh mmm baiklah" desah Victory menunjukkan kepalanya dan berjalan keluar markas, kami berdua berjalan menyusuri jalan setapak yang ada di tengah hutan dan masuk ke dalam mobil mewah di depan kami

Selama perjalanan Victory hanya terdiam dengan wajah memerahnya, aku melihat tingkah laku Victory membuatku bingung

"Mmm ketua ada apa? Ketua sakit?"

"Eee... Mmm ti.. Tidak"

"Lalu?" gumamku bingung

"Ka.. Kamu sangat cantik" desah Victory menatapku serius

"Cantik? Tidak kok, aku sangat jelek" gumamku pelan

"Aku mengatakan yang sesungguhnya Sani"

"Ooh mmm kalau begitu terimakasih pujiannya ketua" gumamku tersenyum pelan

"Eehh.. Mmm i.. Iya" desah Victory membuang mukanya

Selama perjalanan Victory hanya terdiam dan melirikku dari jendela, walaupun aku hanya terdiam melihatnya tapi aku tidak mau lengah sekalipun

Jarak yang tidak terlalu jauh membuat kami hanya memerlukan waktu beberapa jam saja untuk sampai ke tempat pertemuan, pertemuan kali ini dilakukan di gedung serbaguna di negara Amerika ini

"Ayo sudah sampai" desah Victory turun dari mobil, aku menggandeng tangan Victory masuk ke dalam sebuah gedung. "Sabar Sani ini sebuah permainan" desahku dalam hati. Dari luar gedung aku melihat gedung yang sangat sepi, entah ini pertemuan atau itu apa tidak ada satu orang pun datang ataupun berlalu lalang, kami berdua melangkahkan kaki ke dalam gedung yang tidak terdapat siapapun bahkan resepsionis juga tidak ada

Saat langkah kaki kami masuk melewati pintu besar yang terletak di belakang lobi, aku melihat begitu banyak orang yang berkumpul dan semua orang menatap kami berdua dengan dingin. "Oh sudah disini semua ya ternyata, pantas saja sepi..." desahku dalam hati. Setiap langkahku aku berjalan dengan hati - hati tapi kedua mataku terus mengawasi sekitarku

Di balkon atas aku melihat Fiyoni berada di kiri balkon atas sedangkan Lan sedang berada di pojok aula bawah sedangkan Han dan Nana berdiri di sebelah kiri balkon sambil mengobrol santai seperti saat dulu Han dan Nana makan bersama di mall. Aku terus menatap Han dengan serius, mungkin tatapanku dirasakan oleh Han jadi dia menatapku dingin. Wajah tampan dan tatapan dingin menjadi ciri khas Han, bibir Han bergerak dengan pelan, aku mengamati setiap gerakan bibirnya dan ternyata Han mengatakan Kita bertemu lagi istriku! Ingin sekali aku berlari kesana dan membunuhnya tapi ya sudahlah aku tidak bisa berbuat apapun demi rencana ini sukses

"Apa kamu sudah menemukan Arthur?" gumam Victory membuyarkan tatapanku dengan Han

"Mmm ..." desahku menatap ke sekitarku, di antara kerumunan aku melihat seorang pria tampan yang sedang menatapku dingin, tahi lalat di basah mata kirinya dan gigi kelinci adalah ciri khas dari seorang Arthur

"Target ketemu" gumamku pelan

"Dimana?"

"Tuh diantara kerumunan" desahku pelan

"Oh benar dugaanmu Sani kalau dia akan datang"

"Mmmm ya begitulah, aku sudah menduga hal itu" desahku pelan

"Boleh kan aku sedikit bermain peran disini?" gumamku serius

"Bermain peran apa?" tanya Victory bingung

"Tunjukkan perilakumu seperti perilaku seorang pasangan" gumamku serius

"Pa.. Pasangan? Jadi anggap saja kita pacaran?" tanya Victory bingung

"Ya begitulah"

"Hmmm demi kelancaran misi ini, baiklah aku lakukan" desah Victory mengalah

Genggaman tangan Victory yang sebelumnya canggung berubah menjadi sangat lembut dan tatapannya yang sebelumnya dingin berubah menjadi tatapan penuh dengan kasih sayang saat menatapku

Akting yang menyebalkan ini harus kami lakukan selama seharian apalagi acara pertemuan ini akan sangat lama dan akan di mulai saat waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Sedangkan kami datang maaih di siang hari. Aku melihat Victory menikmati perannya sedangkan aku menahan kekesalan yang ada di hati "Ini bukan dirimu Sani, bukan dirimu!!! Tahan Sani Tahan!!!" gerutuku kesal dalam hati

Setiap mengobrol dengan Victory, aku sesekali melihat Han dan Arthur ternyata pandangan mereka sama sekali tidak beralih pandangan dan tetap menatapku dingin. Aku hanya berharap pesta ini segera beeakhir agar aku bisa tidur nyenyak

"Ada apa Sani?" tanya Victory pelan

"Kapan kita pulang?" gumamku pelan

"Besok lusa ..."

"Aaa... Aapaaa!!!" teriakku kencang, semua orang di sekitarku terkejut dan menatap kami sengan tatapan dingin. "Aduh... Kenapa kamu selalu bodoh Sani!!!" gerutuku dalam hati. Rasa canggung muncul karena tatapan semua orang menatap kami dengan serius, Victory menatap gelas kosong yang aku genggam

"Haish kan sudah sering aku bilang kamu tidak boleh minum Wine ya tidak boleh, apa kamu mengerti sayang..." ucap Victory kencang. "Kamu kenapa teriak - teriak coba" gumam Victory pelan

"Ohh.. Mm baiklah" desahku meletakkan gelasku yang membuat tatapan semua orang tidak menatapku kembali

"Huufft makasih ketua sudah menyelamatkanku" desahku pelan

"Untung kamu membawa gelas kosong, kalau tidak akan susah" desah Victory pelan

"Mmm maaf tadi secara spontan"

"Ya sudah ayo kita ikut pertemuannya sebentar lagi akan di mulai.." gumam Victory pelan

"Oh baiklah..."

"Sudah tahu kan kamu harus melakukan apa?"

"Ya aku tahu, kalau aku sendirian pasti Han menemuiku kok jadi toilet adalah tempat yang efektif" desahku pelan

"Baguslah, jangan sampai gagal wakilku" desah Victory tersenyum dingin dan melangkahkan kakinya menuju ke pintu di dekat Arthur yang sedang berdiri sambil menikmati anggur merahnya

"Ya aku tahu" desahku pelan

Aku melangkahkan kakiku perlahan, saat kami melangkahkan kaki di kerumunan tanpa di beri aba - aba mereka memberikan kami berdua jalan dengan tatapan dingin mereka. "Apa memang mereka sangat takut dengan ketua ya?" desahku dalam hati.

Saat aku berjalan di depan Arthur tatapannya mengikuti langkah kakiku, tatapan dingin dan senyum dingin di bibirnya seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa mengatakan secara langsung, tanpa memperdulikan dia aku terus melangkahkan kakiku keluar dari aula itu dan melakukan apa yang harus aku lakukan