Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 36 - Episode 36 : Mengetahui Kebenaran Yang Sesungguhnya

Chapter 36 - Episode 36 : Mengetahui Kebenaran Yang Sesungguhnya

Tidurku yang nyenyak tiba - tiba terganggu dengan suara berisik daei beberapa orang yang mengobrol di sekitarku, aku membuka kedua mataku dan terkejut ternyata aku berada di ruang sidang dewan tertinggi.

Aku melihat Han yang sedang menatapku dingin dan beberapa anggota dewan tertinggi sedang membicarakanku, Aku mendesah nafas panjang dan sidang dimulai

"Eehhheeemmm... Baiklah pagi ini akan dilakukannya sidang terdakwa pembunuhan kedua kalinya oleh Sani Shin... Berdasarkan bukti yang ada, kemarin Sani Shin melakukan pembunuhan beberapa orang di saat pertemuan rahasia mafia..."

"Tunggu sebentar!!! Aku melakukannya dengan izin ketua dewan pengawas!!" protesku kesal

"Tapi kamu tidak berhak melakukannya... Yang berhak hanya ketua dan wakil ketua!!" gumam Han dingin

"Aku wakil ketuanya!!"

"Wakil ketua? Memang aku percaya dengan perkataanmu!!" gumam Han dingin

"Aku mengatakan yang sebenarnya!!" teriakku kesal

"Sudah lah aku capek mendengar basa basimu... Lanjutkan Lyla!!" ucap Han dingin

"Baiklah dengan bukti yang ada maka..."

"Tunggu, aku ingin berbicara denganmu Han!!" teriakku memotong pembicaraan pria itu

"Hei kau hanya terdakwa, kau tidak berhak..." teriak seorang wanita kencang, tapi Han langsung mengangkat tangannya menahan pembicaraan wanita itu

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" gumam Han dingin

"Siapa yang menyuruhmu menahanku Han?" gumamku dingin, mendengar perkataanku semua anggota dewan tertinggi terdiam dan menundukkan kepala, Han berjalan kearahku dan menatap wahaku serius

"Kenapa kamu bertanya masalah itu?" gumam Han dingin

"Apa Arthur yang menyuruh kalian bertiga Han?" gumamku dingin tapi Han hanya terdiam

"APA ARTHUR YANG MENYURUH KALIAN BERTIGA!!!" teriakku kencang yang membuat semua anggota dewan tertinggi dan juga Han terdiam pelan

"Kenapa kau tidak mau mengatakan sejujurnya Han?"

"Kamu tidak perlu tahu ..."

"Kenapa aku tidak perlu tahu? Aku istrimu!!!" teriakku kesal

"Hmmm ..." desah Han mendekatkan wajahnya di telingaku

"Ya, Arthur yang menyuruh kami" desah Han pelan

"Kenapa dia lakukan itu?" gumamku dingin

"Kamu tidak perlu tahu istriku" desah Han pelan

"Kamu hanya mendapat hukuman dua puluh tahun penjara mafia saja. Jadi... Lakukan saja hukuman ini..." gumam Han dingin

"Heeh lakukan hukuman ini ya? Apa kau mendengar itu Victory? Seorang wakil ketuamu dihukum karena suruhan orang lain, bukankan itu lucu?" gumamku tertawa keras

"Ya, padahal dewan pengawas kedudukannya lebih tinggi dari dewan lainnya walaupun itu..." gumam Victory terdengar keras di alat yang diberikannya kepadaku

"Wakil ketuaku sendiri" ucap Victory membuka paksa pintu pertemuan

"Ka... Kalian!!" gumam Han terkejut

"Kenapa kamu terkejut Han? Dia memang wakil ketuaku jadi tidak masalah kalau aku terus mengawasi dia" gumam Victory mengambil kunci borgolku dari anggota dewan pengawas yang berdiri di belakang Victory

"Apa buktinya kalau dia wakilmu?" gumam Han dingin

"Nih ..." gumam Victory memberikan lencana milikku

"Ohh..." desah Han memasukkan lencanaku ke saku pakaianku

"Apa kamu tahu Han, kamu sudah salah menuruti kemauan orang lain dengan memberikan wewenangmu kepada orang yang tidak bersalah... Apalagi kamu seorang dewan tertinggi Han..." gerutu Victory dingin dan memelukku erat

"Dan lagi Sani adalah wakilku dan juga...Wanitaku" gumam Victory dingin, tiba - tiba Han menarik tanganku dan memelukku erat

"Dia milikku selamanya akan menjadi milikku" gerutu Han memelukku erat

"Kamu hanya suami kontrak saja dan tidak lebih, kau tidak bisa ikut campur urusan kami Han" gumam Victory dingin

"Aku tidak mengurusi urusan kalian, aku hanya mengurusi urusanku saja" gumam Han mengelus rambutku dengan lembut

"Mengurusi urusanmu dengan mencelakakan Sani?"

"Aku tidak mencelakakannya"

"Tidak mencelakakannya? Kamu sudah dua kali menangkap dia dan menuduhnya hal yang tidak masuk akal, kalau kamu terus sakiti Sani mending dia buatku saja" gumam Victory dingin

"Buatmu ya? Aku tidak akan mengizinkan siapapun memilikinya apalagi dia adalah istriku" gumam Han mengusap lembut wajahku sambil terus menatapku dingin

"Kalau kamu hanya ingin mempermainkannya itu sama saja menyakiti hatinya Han!!" protes Victory dingin

"Menyakiti dia atau tidak itu adalah urusan kami dan kau hanya mantan ketuanya dulu jadi tidak ada hubungannya denganmu" gumam Han menggendongku sambil menatap Victory dingin

"Dia bawahanku... Itu juga menjadi urusanku!"

"Lyla beri dia kertas itu" gumam Han dingin dan seorang pria yang membacakan bukti - bukti tidak masuk akal itu memberikan beberapa lembar kertas kepada Victory

"I.. Ini!!!" teriak Victory terkejut

"Itu hasil mata - mataku selama beberapa tahun ini sesuai permintaanmu dan sampai - sampai istriku sering salah paham kepadaku lalu meninggalkanku beberapa tahun ini" gumam Han dingin

"Sisanya uruslah sendiri sebagai ketua dewan pengawas, aku ada urusan dengan istriku jadi jangan ganggu" gumam Han melangkahkan kakinya pergi

"Tunggu... Lalu bagaimana dengan Arthur!!" gumamku serius

"Masalah itu kita bicarakan berdua saja" gumam Han santai

"Oh baguslah, lakukan tugasmu yang lain dengan baik Han" gumam Victory berjalan ke balik arah

"Ya aku tahu" desah Han terus melangkahkan kakinya

Tatapan Han masih saja dingin dan menakutkan tapi genggaman tangannya saat menggendongku begitu lembut bisa dibilang perilaku dan ekspresinya sangat tidak sinkron sama sekali

"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" gumam Han dingin

"Tidak ada, mana ada aku menatapmu" gerutuku membuang mukaku

"Jangan cuek seperti itu istriku, jangan buat suamimu ini bersedih" desah Han membuka pintu kamar dan menguncinya rapat - rapat

"Kamu bisa sedih ya? Ku tidak menyangka kamu bisa bersedih" gerutuku dingin

"Aku juga manusia jadi wajar saja aku bersedih dan aku tidak mau bersedih untuk kedua kalinya" desah Han menurunkanku di sofa

"Kedua kalinya?"

"Ya kedua kalinya..."

"Oh benarkah? Jadi jelaskan!!" gerutuku kesal

"Baiklah tapi aku boleh minta tolong kepadamu?" gumam Han pelan

"Minta tolong apa lagi? Aku tidak suka membuang - buang waktu Han!!"

"Aku mengatakan yang sebenarnya Sani" desah Han membuka pakaiannya

"Eiittss jangan bilang kamu mau melakukan itu!!!"

"Tidak, aku tidak ingin sekarang" desah Han melanjutkan membuka kancing pakaiannya. Di leher Han aku melihat sebuah chip kecil yang tertanam di lehernya

"Kamu lihat kan? Aku hanya meminta tolong kamu melepaskan itu"

"Bagaimana bisa Chii...." Han menutup mulutku tiba - tiba yang membuat perkataanku terhenti

"Sudahlah, lepaskan dulu habis itu aku akan bilang... Apa kamu mengerti" desah Han pelan dan aku hanya menganggukkan kepalaku pelan

"Bagaimana caranya?" gumamku bingung

"Terserah kamu mau dengan cara apapun..." desah Han pasrah. Aku melihat chip kecil itu dan mulai berpikir dengan cara apa aku mengeluarkan chip itu, di pikiranku hanya ada satu cara yaitu menggigit chip itu

"Mmm baiklah, tapi pasti sedikit sakit" desahku mendekatkan mulutku di leher Han dan Han memelukku erat, aku mulai menggigit leher Han kuat yang membuat Han berteriak dengan kencang

"Aaaaaaaaaa..." teriak Han menyakiti telingaku, Han memelukku erat dan sesekali meremas gaun yang aku pakai

"Apa itu sakit?" gumamku polos

"Yaaa sakit laaah!!"

"Kalau kamu tidak kuat aku berhenti nih"

"Jangan ... Lanjutkan!!!" teriak Han kesakitan

"Oh baiklah" desahku menggigit kuat dan akhirnya chip itu terlepas dari leher Han, Terdengar suara nafas Han yang tidak beraturan, keringat yang bercucuran dan tubuhnya yang terlihat sangat lemas, dengan bersandar di tubuhku Han hanya bisa terdiam. Aku mengamati chip yang bercampur darah di tanganku dan melihat sekitarku "Oh ada laptop Han" desahku dalam hati

"Ma... Makasih istriku" desah Han pelan

"Tidak masalah..." desahku menyandarkan Han di sofa dan mengambil kotak obat di pojok ruangan. Aku mengobati luka Han dan memberikan obat penghilang rasa sakit dari dalam kotak obat

"Ini minumlah" gumamku dan Han meminum obat itu

"Haaah...Hhaaah" desah Han pelan

"Laptopmu bisa ku pakai sebentar gak?"

"Pakai saja" gumam Han pelan

"Oh baiklah" aku menghidupkan laptop milik Han dan membuka memori di chip itu dan mengambil alat pembaca memori milik Han, aku sudah lama tinggal dengan Han jadi aku tahu barang apa saja yang dia punya

Aku memasukkan memori itu dan menghubungkannya di laptop Han. Di dalam memori itu aku melihat sebuah file percakapan Han, video apa yang dilakukan Han selama beberapa tahun ini dan juga video tentang Satria. Aku membuka video itu dan sangat terkejut saat mengetahui Satria sedang dijadikan sandera oleh mafia pemberontak dan disitu juga aku melihat Han terus memohon agar Satria dilepaskan tapi Satria di siksa habis - habisan

"Kamu sudah tahu kan apa yang terjadi" desah Han pelan

"Itulah kenapa aku bilang aku tidak ingin bersedih untuk kedua kalinya Sani" desah Han pelan

"Ke.. Kenapa bisa?" tanyaku terkejut

"Mafia pemberontak melakukan penyerangan ke rumah keluarga Li dan melukai ayah, dan saat itu ada Satria juga ya akhirnya Satria di tahan lalu memberikanku sebuah chip di leherku sebagai jaminan aku mau membantu mafia pemberontak untuk memenjarakanmu agar tujuan mereka berhasil apalagi aku ketua dewan tertinggi, aku tidak bisa mengatakannya karena ada alat itu jadi aku hanya bisa membawamu paksa dan terdiam seperti orang yang tidak tahu apa - apa, tapi ternyata kamu sudah tahu semuanya" desah Han meneteskan air matanya

"Hari - hariku tersiksa Sani, Satria digenggaman mereka sedangkan disisi lain kamu membenciku. Setiap hari aku memendam kesedihan ini Sani, ingin aku memberontak tapi aku tidak bisa melakukan apapun untuk mengatakan yang sejujurnya kepadamu saja aku tidak bisa karena aku takut Satria dibunuh oleh mereka, aku hanya punya kamu dan Satria saja tidak ada yang lain" tangis Han pelan, air matanya mengalir deras di pipinya. Aku terduduk di sebelah Han dan mengusap air mata Han itu, aku menghela nafas panjang sambil mengusap lembut rambut Han

"Maafkan aku Sani, aku... Aku tidak bisa menepati janjiku, aku tidak bisa menjaga Satria dengan baik, aku ... Aku gagal menjadi ayah..." tangis Han keras, mendengar tangis Han yang kencang dan terus berkata perkataan seperti dia sangat menyesal membuatku ikut bersedih

"Hmmm kamu tidak salah Han, makasih sudah menjaga anak kita dengan baik" desahku pelan

"Tapi ... Tapi... Tapi..."

"Tidak apa sayang, kita selamatkan anak kita ya" desahku mencoba tersenyum

"Tapi.. Tapi mereka kuat sayang, kalau mereka tahu kamu tidak di dalam penjara pasti Satria..."

"Mmm tenang saja aku punya rencanaku sendiri dengan Kak Fadil jadi jangan biarkan orang lain tahu kalau aku tidak di penjara, bilang saja kalau aku berada di penjara saat ini" desahku pelan

"Apa yang kamu rencanakan istriku?"

"Kamu akan tahu nantinya Han yang penting tugas kamu... Selamatkan Satria apa kamu mengerti" gumamku serius

"Mmmm ba... Baiklah" desah Han pelan

"Sudah jangan dipikirkan Han, perang mafia itu tidak tahu kapan dimulainya jadi ya kita rencanakan semuanya dulu"

"Oh mmm baiklah" desah Han bersandar di bahuku

"Apa kamu masih membenciku Sani?"

"Aku... Ya aku masih sangat membencimu, tapi aku tidak memikirkan itu dulu aku memikirkan bagaimana cara menyelamatkan Satria ..." desahku mengambil handphone Han di saku jasnya dan menelepon Caca

"Hallo dengan siapa?" ucap Caca dingin

"Aku Sani Shin, ini pakai no milik orang lain"

"Oh.. Mmm maaf nona muda"

"Tidak apa, dimana Fadil?"

"Ada, tunggu sebentar nona muda" gumam Caca pelan

"Hallo ada apa Sani?" gumam Fadil pelan

"Ternyata dugaanmu benar kak"

"Masalah Satria di culik?"

"Bukan hanya itu Satria di tahan dan Han di beri chip oleh mereka sebagai jaminan agar Han mau memenjarakanku "

"Kamu tahu dari siapa?"

"Han sendiri"

"Apa kamu tidak takut di tipu, kamu sudah berulang kali..."

"Ya ada buktinya kak, di chip itu ada memorinya dan aku sudah membuka isinya ... Dan ya itu benar" desahku pelan

"Oh baiklah, kita lakukan rencana awal kita saja, kalau mereka ingin menyingkirkanmu berarti kamu harus menghilang Sani"

"Ya aku tahu apa yang harus aku lakukan, kakak tahu juga kan aku bisa apa" gumamku pelan

"Oh... Mmm baiklah kamu harus hati - hati disana Sani"

"Mmm ya aku tahu kak" desahku menghapus nomor bawahanku dan mengembalikan handphone itu ke dalam sakunya

"Kamu menelepon siapa?" tanya Han terkejut melihat panggilan terakhir tidak ada nomor satupun

"Bawahanku"

"Kenapa gak ada nomornya disini?"

"Aku hapus... Buat apa kamu menanyakannya?"

"Tidak ada..." desah Han memasukkan kembali handphonenya

"Kamu istirahatlah, aku akan mencari ketua terlebih dahulu" desahku membaringkan tubuh Han

"Gak boleh..." protes Han menggenggam tanganku

"Kenapa? Kamu cemburu?" tanyaku bingung dan Han hanya memganggukkan kepalanya pelan

"Hmm kamu seperti anak kecil saja" ejekku tapi genggaman tangan Han semakin kuat

"Hmmm baik - baik, tenang saja aku bisa menjaga diriku. Kalau terjadi sesuatu kamu bisa menghukumku bagaimana?" gumamku menenangkan Han, genggaman tangannya semakin lama semakin longgar

"Mmmm makasih istriku" desah Han pelan, aku menyelimuti Han, tersenyum ke arah Han dan mengambil memori itu lalu pergi keluar kamar. Aku harus memberitahukan hal ini kepada Victory untuk memikirkan rencana selanjutnya