Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 42 - Episode 42 : Bertemu Sino

Chapter 42 - Episode 42 : Bertemu Sino

Selama ditaman dan di restoran aku terus melamun memikirkan siapa wanita yang mengikat Han, ingin sekali aku bertanya tapi percuma Han pasti tidak akan memberitahukannya kepadaku

"Apa yang kamu pikirkan sayang?" tanya Han menatapku serius.

"Hanya memikirkan... Sesuatu..." gumamku pelan sambil menatap matahari yang akan tenggelam menyinari kota.

"Memikirkan apa?" tanya Han bingung, tiba-tiba pelayan datang membawakan makanan kami.

"Ini makanannya tuan dan nyonya.." gumam pelayan itu meletakkan makanan di atas meja.

"Terimakasih..." gumam Han dan pelayan itu pergi.

"Makanlah sayang.."

"Ya..." desahku menatap lalu lintas di bawah gedung.

Di bawah gedung, aku melihat kakak kelasku yang dulu pernah aku sukai sedang berjalan bersama dengan wanita cantik. Ingin menyapanya tapi aku tidak enak dengan wanitanya dan juga Kak Sino bergabung dengan mafia pemberontak bisa dibilang dia musuhku sekarang

"Apa yang kamu lihat istriku?" tanya Han menatap wanita itu. Tanpa berbicara apapun Han hanya terdiam dengan wajah terkejutnya.

"Ada apa Han?" tanyaku bingung

"Di... Dia.." gumam Han terbata-bata. Melihat tingkah laku Han membuatku bingung, aku menatap wanita itu dan ternyata wanita itu tersenyum ke arahku, senyumannya dingin dan menyebalkan bagiku. Bibir wanita itu bergerak dan mengatakan Kita bertemu lagi kelinci percobaanku.

"Tunggu... Kelinci percobaan.. Seperti aku pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya. Tunggu dulu jangan-jangan dia Cahya..."

Aku berdiri dan menatap Cahya dengan Sino dengan tatapan dinginku. Cahya dan Sino menghentikan langkah kakinya dan menatapku. Cahya dan Sino melompat naik ke lantai dua dan berdiri di sebelah kiriku.

"Oh lama tidak bertemu Wanitaku.." gumam Sino tersenyum dingin.

"Yaah lama tidak bertemu kak Sino..." gumamku dingin. Aku melihat Han yang terdiam seperti ketakutan saat bertemu dengan Cahya langsung.

"Oohh jadi kamu terikat dengan Cahya kah... Suamiku?" sindirku menatap Han dingin.

"I... Itu..."

"Ku dengar kalian berdua menikah ya Sani?" gumam Cahya dingin.

"Menikah ya? Kenapa emang?" gumamku meneguk minumanku dengan santai.

"Tidak, cuma senang saja akhirnya aku bisa melawanmu."

"Melawanku? Heeh apa yang bisa kau lakukan untuk melawanku. Kau aja lemah Cahya.." sindirku meminum minumanku dengan santai.

"Kau masih saja sombong Sani!" gerutu Cahya mengarahkan pedangnya dengan cepat. Untung aku dengan cepat menghindar kalau tidak pasti aku udah terluka.

"Kau masih saja hebat ya wanitaku" gumam Sino tersenyum dingin ke arahku

"Hebat? Tidak, aku hanya berdiri santai disini kok. Hebat dari mananya coba." gumamku santai

"Iihh sombong!!" gerutu Cahya kembali mengarahkan pedangnya ke arahku.

"Kamu dari dulu demen banget melawanku Cahya..." gumamku menghindari pedang Cahya dengan santai.

"Ya, karena aku ingin membunuhmu!!" gerutu Cahya terus menyerangku

"Oh benarkah? Kalau begitu... Hei suamiku, boleh gak aku bunuh dia... Kalau boleh ... Aku bunuh sekarang ya..." gumamku menatap Han santai

"I... Itu..."

"Percuma saja kau bertanya kepada Han, dia takut dengan Cahya."

"Takut dengan Cahya? Apa yang ditakutin dari Cahya? Badan cebol aja ditakutin" sindiriku dingin

"Cebol yak katamu... Emang Sani ngeselin!!" teriak Cahya terus menerus menyerangku. Karena aku muak bermain-main, aku mengambil pedangku dan berlari ke belakang Cahya sambil mengarahkannya ke leher Cahya.

"Apa yang kau lakukan kepada Han yang sebenarnya.. Cahya.." bisikku dingin

"Kamu tidak perlu tahu!!" teriak Cahya kesal

"Tidak perlu tahu ya? Tapi pedangku ingin tahu loh.." gumamku sedikit menggoreskan pedangku di leher Cahya dan Cahya meronta kesakitan

"Biar aku beritahu kamu Sani... Tapi sebagai imbalan, kamu harus bersamaku. Bagaimana?" gumam Sino santai

"Bersamamu ya? Mmmm .." desahku berpikir. Kalau aku dengan Sino, aku bisa terbebas dari Han dan aku akan hidup bebas tanpa kontrak yang menyebalkan walaupun nantinya aku jadi mafia pemberontak.

"Mmmm Bo..."

"TIDAK BOLEH!! DIA MILIKKU" teriak Han memotong perkataanku

"Kamu masih bisa teriak ya Han padahal kamu terlihat sangat ketakutan seperti itu." sindir Sino dingin

"BUKAN URUSANMU!" teriak Han kesal

"Karena Han mengatakan tidak boleh ya udah aku juga tidak bersedia kak Sino... Lagi pula..." gumamku berjalan santai di belakang Han.

"Aku juga terikat oleh Han seperti Cahya yang mengikatmu loh kak Sino..." gumamku merangkul Han lembut. Rangkulanku sedikit membuat badan Han berhenti bergemetar

"Jadi kalau Han bilang tidak ya aku tidak bisa melakukan apapun loh.." gumamku mengangkat dagu Han tinggi.

"Sama seperti Han yang terikat oleh Cahya. Memang bodoh kan seorang pria yang terikat oleh seorang wanita murahan." sindirku dingin

"Apa katamu!!!" teriak Cahya kesal, dia berusaha berlari ke arahku tapi dia terjatuh.

"Ups oh ya aku lupa loh musuh cintaku, kamu terkena racunku loh..."

"A... Apa!!" teriak Cahya terkejut

"Tenang saja, kamu tidak akan cepat mati. Tapi mungkin hanya... Sedikit menderita" gumamku mendekatkan wajahku di leher Han

"SANI!!! KAMU!!" teriak Cahya kesal

"Ya anggap saja itu hukuman untukmu karena membuat suamiku menderita lagipula kalian tahu sendiri kan jika melukai milikku apa balasannya..." gumamku mengigit lembut leher Han

"Uugghhh.." rintih Han menahan sakit

"Ternyata kamu lebih menarik ya Sani..." gumam Sino tersenyum dingin ke arahku.

"Oh benarkah? Aku sangat berterimakasih atas pujianmu loh kak Sino. Jangan-jarang kak Sino memujiku" gumamku terus menggigit leher Han

"Kalau aku bisa menikahimu juga pasti aku akan punya anak yang kuat seperti anakmu itu ya.." gumam Sino dingin, mendengar hal itu membuatku berhenti menggigit Han.

"Ooh kak Sino tahu juga ya.." gumamku dingin

"Bagaimana aku tidak tahu kalau anakmu berada di tanganku Sani"

"Oh begitu ya... Kalau begitu jaga anakku ya... Kalau sampai dia terluka atau mati, aku akan memenggal kepala kalian berdua sebagai makanan serigala-serigalaku. Udah lama loh serigalaku tidak makan" gumamku berdiri di belakang Han. Dengan cepat Sino berlari ke belakangku dan memelukku erat yang membuatku terkejut.

"Tenang saja, kalau kamu bisa melukaiku saat perang nanti aku akan melepaskan anakmu tapi kalau kamu terluka aku akan membawamu bersamaku wanitaku" bisik Sino di telingaku, Sino menggigit leherku kuat yang membuat leherku berdarah dan menciumku dengan bibir yang penuh darahku.

"Itu ciuman janjiku. Kita akan bertemu kembali malaikat kecilku..." gumam Sino kembali ke arah Cahya dan membantu Cahya berdiri.

"Sampai jumpa di perang mafia nantinya, aku akan merebutmu kembali wanitaku.." gumam Sino membawa Cahya turun dari lantai dua.

"Oh ya Kak Sino, racunku gak ada obatnya loh... Rawat yang baik-baik ya biar bisa ku bunuh nanti!!" teriakku melambaikan tanganku sedangkan Sino hanya tersenyum dingin ke arahku

"Hmmm..." desahku kembali berjalan ke tempat dudukku tapi Han langsung menarikku dan aku jatuh ke pelukan Han

"Makasih istriku..." bisik Han pelan

"Makasih untuk apa? Aku tidak melakukan apapun, hanya menyindir mereka saja" gumamku pelan

"Aku tidak peduli, kamu sudah menyelamatkanku hari ini." gumam Han memelukku erat

"Hmmm..." desahku merasakan basah di pipiku akibat air mata Han yang menetes mengenai pipiku

"Kamu menangis?"

"Ya, aku yang lebih hebat dari kamu saja tidak bisa membuat mereka berdua mundur Sani... Sedangkan kamu bisa melakukannya... Aku memang suami yang lemah" gumam Han pelan

"Hmmm.." desahku menghapus air mata Han dan tersenyum dingin

"Tidak kok. Kalau bukan karenamu aku tidak bisa melakukannya. Makasih suami kontrakku" gumamku sedikit menghiburnya. "Oh astaga kenapa aku tidak ikut kak Sino aja sih kenapa juga aku mau-maunya bertahan dengan pria menyebalkan ini!!" gerutuku dalam hati kesal

"Oh ... Mmm kamu kenapa bisa terluka?"

"Tidak apa, tadi hanya di gigit Kak Sino saja" gumamku pelan. Han mengambil sapu tangannya dan membersihkan sisa darah di leherku

"Hmmm ya udah makanlah dulu baru kita pulang. Karena kamu sudah tahu aku akan menceritakannya kepadamu istriku" gumam Han berusaha tersenyum

"Oh ya mmm baiklah" desahku kembali ke tempat dudukku dan melahap makananku. "Kak sino saja sehebat itu bagaimana aku bisa melawannya ya..." desahku menatap makananku.

"Apa yang kamu katakan istriku?"

"Mmm tidak ada..." desahku mengambil handphoneku dari dalam saku pakaianku. Aku segera menelepon Fadil untuk merencanakan sesuatu

"Halo Fadil, kamu ada dimana?"

"Aku ada di bawahmu Sani"

"Kebetulan sekali. Keataslah, aku ingin berbicara denganmu" gumamku menutup telepon itu

"Siapa sayang?"

"Wakil ketuaku saja."

"Heei Sani... Ada apa?" gumam Fadil di sampingku.

"Aku ingin berbicara denganmu... Eeemmm bentar ya Han.." gumamku tersenyum dan berjalan di sudut balkon cafe.

"Ada apa?" gumam Fadil bingung

"Aku tadi ketemu Cahya dan Kak Sino"

"Bukannya mereka mafia pemberontak ya?"

"Ya, apa kamu tahu kenapa Han terikat oleh Cahya?" gumamku penasaran

"Seingatku dulu sih, Han melakukan janji jiwa karena mencintai Cahya. Tapi saat Cahya main ke rumah Han, Cahya membunuh Nyonya Li di depan Han dan Tuan Li. Han ingin membalasnya tapi karena terikat janji setia dia tidak bisa melakukan apapun. Itu sih yang ku tahu, masa kamu gak tau Sani?"

"Enggak...Sama sekali. Lalu kenapa Han terlihat seperti orang linglung kalau bertemu Cahya?"

"Karena dia merasa sangat tertekan, dendam, dan kesal sudah mendarah daging tapi dia tidak bisa melakukan apapun, janji jiwa tidak bisa di hilangkan Sani. Kecuali dia melakukan kontrak dengan seorang wanita dan wanita itu melakukan janji jiwa dengan Han, janji jiwa Han dengan Cahya akan hilang."

"Jadi aku yang bisa melakukannya?"

"Bisa dikatakan seperti itu."

"Noooo... Aku menolak!!" teriakku dingin

"Ya karena kamu menolak itulah kakakmu ataupun Han sendiri tidak mau memberitahukanmu saat ini, mereka sudah tahu kamu akan menolak Sani." gumam Fadil memakan makanannya

"Apa ada cara lainnya?"

"Ada, kamu harus bunuh Cahya dan lukai Sino"

"Lukai Sino ya? Dia aja kuat, bahkan akupun tergigit olehnya tadi..." gumamku sedikit membuka kerah pakaianku.

"Itu bukan gigitan biasa Sani. Itu gigitan janji jiwa"

"Tunggu!! Apa?" teriakku terkejut.

"Ya lihat saja di leher Han akan memiliki bekas gigitan yang sama." jelas Fadil yang membuatku Syok

"Oh astaga... Kenapa aku tidak tahu masalah itu" gerutuku kesal

"Ya kamu sih lebih mentingin peperangan Sani. Jadi ketidak tahuanmu akan membuatmu menderita seperti itu" gumam Fadil santai

"Hmmm bagaimana caraku melawannya Fadil, otakku ngeblank banget. Dia tidak memiliki kelemahan sama sekali, Kak Sino kuat Fadil!!" gumamku sedih

"Mengalahkan dia itu mudah."

"Kelemahannya apa?"

"Kelemahannya ada di kamu dan dari dulu seperti itu."

"Ma.. Maksudmu?" tanyaku terkejut

"Ya kamu tahulah apa yang wanita lakukan untuk menggoda pria"

"Apa kau gila!! Aku tidak mau melakukan itu!!" teriakku kesal

"Kalau tidak percaya.. Tuh tanya sendiri sama Sino" gumam Fadil menunjuk seorang pria tampan berdiri di atas atap salah satu bangunan sambil tersenyum dingin ke arahku

"Awas kau kak Sino!!" teriakku kesal dan Sino tersenyum kearahku lalu menghilang

"Haish apa tidak ada cara lain?"

"Tidak ada, dia ketua pusat mafia pemberontak. Levelnya setara denganmu Sani, Victory saja bukan tandingannya apalagi kamu! Dia melakukan janji jiwa denganmu itu agar dia tidak melukaimu sepertinya, apalagi dia masih sayang kepadamu walaupun cintamu di tolak dulu"

"Aku gak mau tahu Fadil, cari rencana lain!!" gerutuku kesal dan berjalan pergi

"Haaah dasar wanita kalau minta apapun harus keturutan" desah Fadil berjalan pergi

"Ada apa sayang?" gumam Han bingung

"Lagi bete, aku mau balik." gerutuku mengambil handphoneku dan berjalan pergi

"Eehh tunggu istriku!!" teriak Han berusaha mengejarku

Aku masih tidak percaya hanya itu yang bisa dilakukan, aku melakukan itu dengan Sino itu? Gila aja aku melakukan itu dengan Han saja terpaksa karena kontrak. Dan sekarang aku jadi terikat dua pria yang membuatku kesal.