"Sayang sudahlah jangan menangis terus" desah Han mengusap air mataku yang terus menerus menetes di pipiku ini tapi air mataku tidak bisa berhenti untuk mengalir
"Sayang sudahlah..." desah Han menciumku lembut dan memelukku erat yang membuat tangisanku sedikit mereda
"Hmmm tenang sayangku, jangan menangis lagi ya... Aku tahu aku juga salah tidak mengatakannya kepadamu jadi..."
"Aku ... Aku tahu sayang, cuma tidak tahu kenapa air mataku ingin keluar terus" desahku sesenggukan
"Hmmm..." desah Han memelukku erat
"Ya sayang, tenangkan dirimu. Tarik nafas dan buang" bisik Han di telingaku, perkataannya yang seperti bercanda membuatku tambah menangis keras
"Bidadari kecilku jangan menangis terus, aku benar - benar mencintaimu aku benar - benar tidak ingin meninggalkanmu..." desah Han mempermainkan aku
"A... Apa yang kamu lakukan?" tanyaku terkejut
"Aku hanya ingin bermain dengan kamu istriku" desah Han menciumku lembut
"Ja... Jangan bilang kamu..."
"Ya aku lagi ingin bermanja denganmu sayang"
"Hmmm..." desahku pelan
"Kamu menyebalkan ya habis membuatku menangis malah kamu... Aaakkhh" rintihku pelan saat Han menggigit kembali leherku
"Sudahlah jangan protes mulu istriku" desah Han pelan
"Hmmm... Ya udahlah terserah kamu saja" desahku pelan
"Nah gitu jadilah istriku yang penurut" gumam Han menatapku
"Ya aku tahu apa yang harus aku lakukan..." desahku pelan, Han terus menatapku dan kembali mempermainkanku
"Han, apa kamu mempunyai rencana?" gumamku menatap Han yang sedang menciumku
"Rencana? Ada.. Emang kenapa?"
"Apa rencanamu?" tanyaku penasaran
"Aku ya? Mmmm kenapa kamu bertanya istriku?"
"Ya aku.. Aku hanya ingin bekerjasama denganmu Han"
"Bekerja sama?"
"Bisa dibilang begitu... Uugghh" rintihku pelan
"Bekerja sama dalam hal apa?"
"Menyelamatkan anak kita lah menurutmu?" gerutuku menatap Han serius
"Ohh aku punya banyak rencana tapi aku tidak tahu akan berhasil atau tidak tapi... Aku yakin saja rencanaku akan berhasil"
"Apa rencanamu Han? Ber... Beritahu aku!!"
"Mmm ya aku ada dua tujuan, yang satu tujuanku menyelamatkan Satria yang satu tujuanku membasmi semua mafia pemberontak. Walaupun perang kali ini akan lebih panjang dari perang mafia sebelumnya ta... Tapi akan lebih mudah dari pada perang mafia sebelumnya"
"Lebih mudah? Apa maksudmu... Uugghhh" rintihku pelan
"Ya kan aku sudah pernah masuk ke dalam mafia pemberontak kemarin sambil mencari informasi dan aku memiliki beberapa informasi" gumam Han berusaha meraih secarik kertas di meja sebelahku
"Uuukkhhh... Sakitlah!!!" protesku kesal
"Hehehe maaf sayang...Nih" tawa Han sambil memberikanku secarik kertas
"Apa ini?"
"Nama ketua cabang mereka, kalau kita bisa membunuh semua ketua cabang mereka pasti kita bisa melakukannya dengan mudah" gumam Han pelan
"Nana, Linda, Rafaela, Arthur, Bima, Arya, Steven, Vim, Ken, dan Dino?" gumamku terkejut
"Ya itu nama - nama ketua cabang mereka yang ada di Eropa"
"Untuk yang lain?" tanyaku penasaran
"Hei, aku ingin bermanja denganmu tahu bukan ingin membahas mafia itu!" gerutu Han kesal
"Walaupun begitu kamu masih bisa melakukannya Han" gumamku serius
"Haish baik - baik..." desah Han memberikanku beberapa lembar kertas dari dalam laci meja, aku membaca keatas itu dan terkejut dengan isinya
"Astaga sepuluh ketua cabang mereka di setiap benua?" tanyaku terkejut
"Yaaaahh benar... Huuuhhh ... Makanya aku bilang perang ini akan lama" desah Han pelan
"Ti... Tidak juga, aku ingin segera mengakhiri ini semua secepatnya" desahku mengatur nafasku pelan
"Sayang... Kekuatan kita hanya sedikit, banyak mafia yang berpindah haluan ke mafia pemberontak, tidak mungkin bisa.." desah Han menatapku serius, aku mendorong Han dan menatapnya serius
"Aku tidak peduli, aku hanya ingin membunuh siapapun yang melukai suami dan anakku dan aku akan membunuh dalang dibalik kematian ayahku, lagi pula aku tahu kelemahan mereka apalagi Ade dan Arthur" gumamku pelan
"Kelemahan? Apa itu? Bagaimana kamu tahu akan hal itu? Uuukkhhh" tanya Han terkejut
"Aku sudah mengenal mereka sangat lama Han, aku terjun di dunia mafia lebih awal dari pada kamu. Ketua tertinggi mereka adalah... Musuhku di perang mafia kemarin..." desahku pelan
"Dan saat awal perang Bima dan Dino sudah aku bunuh dengan mudah" bisikku pelan
"Ohh benarkah? Pantas saja mereka tidak pernah muncul.. Padahal mereka ketua yang kuat loh..." gumam Han terkejut
"Kuat ya? Aakkhh... Aku tidak berpikiran seperti itu" desahku menjatuhkan tubuhku di atas Han
"Bagiku mereka hanyalah serangga kecil saja" desahku mengatur nafasku yang tidak beraturan
"Hmmm tapi kamu harus berhati - hati sayang jangan membuat kesalahan lagi apa kamu tahu!!" gumam Han mengusap lembut penggungku
"Ya aku tahu..." desahku pelan
"Lalu apa rencanamu sayang?" tanya Han bingung
"Aku akan melakukan penyamaran dengan terus berada disisimu sekalian aku ingin menjagamu dari siksaan mereka..." desahku pelan
"Lalu?"
"Ya tujuan utamaku adalah membunuh Arthur terlebih dahulu, dia adalah tangan kanan Ade jadi tanpa Arthur pastinya Ade akan kehilangan arah" gumamku pelan
"Oh jadi untuk kelancaran rencanamu bagaimana kamu melakukannya?"
"Setelah anak kedua kita lahir, aku akan memancing Arthur apalagi Arthur itu masih mencintaiku. Dia menyiksamu karena dia ingin membunuhmu dan mengambilku dari genggamanmu" gumamku serius
"Ba.. Bagaimana kamu bisa tahu kalau dia mencintaimu?"
"Yang dari dulu mencintaiku hanya Arthur bahkan tatapannya saat di pesta seperti seorang pria yang sangat merindukan mantan kekasihnya... Ya bisa dikatakan seperti itu" desahku pelan
"Jadi kamu ingin memancing dia agar berada di pelukanmu lalu kamu bunuh gitu?"
"Mmm ya bisa dibilang seperti itu, apa kamu keberatan?"
"Ya aku sangat keberatan!!" protes Han menatapku dingin
"Kenapa?" tanyaku terkejut
"Kamu milikku dan akan tetap menjadi milikku, seperti janji setiaku aku akan membunuh siapapun yang menyentuh wanitaku" gerutu Han dingin
"Ini hanya siasat Han lagi pula..."
"Tidak!! Aku tidak akan mengizinkanmu!!" protes Han kesal
"Walaupun berperangpun kamu bukan tandingannya Han, dia setara denganku" desahku pelan
"Kamu kira aku tidak kuat Sani? Kalau bukan karena Satria di genggaman mereka aku sudah membunuhnya!!" gerutu Han kesal
"Tapi Han!!!"
"Aku tidak akan mengizinkanmu melakukan itu!!" protes Han menatapku dingin, tatapan dinginnya kali ini terasa lebih menakutkan dari biasanya
"Lalu harus bagaimana?" tanyaku mengalah
"Kita pakai siasat lain" desah Han menatapku serius
"Si... Siasat lain?" gumamku terkejut
"Ya, kita bisa memancing Arthur tanpa menyerahkan tubuhmu untuknya" gumam Han serius
"Memang kelemahannya di kamu tapi tidak seharusnya kamu mengorbankan tubuhmu sehingga dia bisa memegangmu seenaknya dia!" gerutu Han kesal
"Lalu apa rencanamu?" tanyaku bingung
"Setahun lagi akan ada pesta yang dihadiri ketua tertinggi mereka. Kamu bisa menggunakan jarum beracunmu untuk melumpuhkan mereka"
"Kamu tahu tentang jarumku?" tanyaku terkejut
"Ya pastilah, aku suamimu apa yang tidak aku ketahui dari istriku"
"Lalu rencanamu apa Han?" tanyaku serius
"Rencanaku... Setelah kelahiran anak kedua kita, kita akan pergi ke pesta itu nah pas semua asik mengobrol kamu bisa melemparkan jarummu agar mereka tidak bisa melakukan apapun jadi kita bisa membunuh mereka dengan mudah" desah Han mengusap lembut perutku
"Lalu anak kita bagaimana?"
"Ya kita titipkan ke Sony"
"Apakah aman?"
"Ya, sebelumnya Satria aku titipkan kepada Sony. Cuma saat penyerangan Sony sedang ada pertemuan dengan mafia tersembunyi jadi ya begitulah" desah Han pelan
"Apa kamu yakin akan berhasil?" tanyaku serius
"Ya kalau denganmu aku percaya akan berhasil apalagi kamu hebat istriku" gumamku Han mencium keningku dan menatapku serius
"Ohh baiklah, aku akan mengikuti rencanamu kalau rencanamu gagal aku akan menggunakan rencana B milikku..."
"Rencana B? Apa rencana B mu?" tanya Han terkejut
"Aku dan anggotaku akan membunuh mereka langsung" gumamku dingin
"Apa bisa? Kan mereka..."
"Mereka tidak ada apa - apanya Han, seperti janji setiaku padamu... Aku akan membunuh siapapun yang melukai suamiku dan juga anakku tanpa terkecuali..." gumamku menatap Han kesal. Han memelukku erat dan tersenyum kepadaku
"Terimakasih istriku... Aku berjanji padamu aku akan lebih kuat agar aku bisa melindungimu dan melindungi anak - anak kita, aku tidak mau keluarga kecilku terluka" desah Han pelan
"Hmmm jadilah kuat suamiku... Ya udah ah aku mau mandi dulu" gumamku mencium kening Han dan beranjak pergi ke kamar mandi
Aku masih terpikirkan apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan Satria apalagi aku tidak tahu apakah rencana Han bisa berhasil dengan mudah nantinya
"Huuh ya sudahlah lakuin aja, aku juga udah punya rencanaku sendiri kok" desahku menatap wajahku di jendela. Aku berjalan keluar dari kamar mandi dan melihat Han yang sedang tertidur pulas
"Hmmm bagus ya habis bermain kamu tidur" desahku menyelimuti Han dan mencium keningnya
Aku membuka laptop Han dan mencari informasi yang belum di ceritakan Han kepadaku, tapi aku tidak menemukan apapun kecuali fotoku sendiri yang mengisi seluruh file laptopnya
"Haish ternyata hanya ini?" desahku mematikan laptop Han
"Berarti Han mengatakan semuanya ya" desahku menatap Han yang sedang tertidur
"Yaah sudah lah kalau memang itu benar ... Baguslah" desahku pelan. Aku masih memikirkan apa yang harus aku lakukan apalagi aku harus merencanakan dengan matang saat ini dan lagi aku harus memikirkan bagaimana caraku untuk melakukan penyamaran
"Potong rambut?" gumamku menatap rambutku di layar laptop
"Jangan... Terlalu sayang untuk di potong" desahku pelan
"Atau aku apa ya? Au ah bingung!!" gerutuku kesal
"Ada apa sayang?" gumam Han menatapku bingung
"Eeh mmm aku membangunkanmu kah?" tanyaku pelan
"Mmm tidak juga, aku tidak sedang tertidur kok" desah Han sambil terus memejamkan kedua matanya
"Hmmm kamu ini selalu seperti itu, kalau mau tidur ya tidurlah Han" aku terduduk di samping Han dan menatap Han serius
"Kamu tidak ada di sampingku Sani bagaimana aku bisa tidur"
"Haish kamu manja sekali sayang" aku menggelengkan kepalaku pelan, Han hanya tertawa kecil yang membuatnya tambah imut jika di pandangi
"Oh astaga aku lupa" gumam Han terbangun dari tempat tidur
"Ada apa Han?" tanyaku terkejut
"Ada pertemuan inti Sani, kamu tidak tahu?" tanya Han menatapku
"Pertemuan? Pertemuan apa?" gumamku membuka pesan di handphoneku
Di handphoneku aku melihat ada beberapa pesan dari Victory yang masuk ke handphoneku, aku segera menelepon Victory untuk menanyakan kejelasannya
"Hallo Sani, kemana saja kamu?" gerutu Victory dingin
"Ada pertemuan apa?"
"Ini pertemuan inti kemarilah segera, bilang Han juga untuk segera kemari" gumam Victory langsung mematikan teleponnya
"Astaga, pertemuan inti itu apa sih?" tanyaku bingung
"Itu pertemuan seluruh dewan dan organisasi mafia tertinggi" gumam Han keluar dari kamar ganti
"Kamu kapan mandi?" tanyaku terkejut
"Ya tadi saat kamu memegang handphone"
"Ohh..." desahku pelan
"Nih bawa daftar list ini sekalian" gumam Han memberikanku kertas list daftar nama - nama ketua mafia cabang dan ketua mafia tertinggi mafia pemberontak
"Baiklah" desahku memasukkannya ke dalam tas kecilku
"Baiklah mari kita kesana sayang"
"Tapi kakimu..."
"Tidak apa setelah kamu obati tidak terasa sakit kok" gumam Han berjalan pelan
"Benarkah? Mau aku gendong?"
"Jangan, kamu tidak kuat menggendongku. Kita jalan saja" desahku pelan
"Ohh mmm baiklah" desahku membantu Han berjalan keluar kamar
Pertemuan inti? Kalau ini pertemuannya yang kemarin itu pertemuan apa? Haish membingungkan