Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 40 - Episode 40 : Hadiah Dari Han

Chapter 40 - Episode 40 : Hadiah Dari Han

Selama berjalannya pertemuan, aku hanya terdiam dan menyusun kembali rencanaku dengan serius. Rencana yang tidak diprotes oleh han ataupun Victory dan juga rencana yang bisa berhasil seratus persen, apalagi aku tidak ingin kalau rencanaku gagal yang akan membuatku kesal nantinya.

Aku mendengar penjelasan seorang pria di depanku yang dengan percaya diri menjelaskan rencana lemahnya di depan seluruh dewan yang hadir di ruangan itu.

"Heeeh... Wildan ya.." gerutuku pelan, Wildan adalah ketua dewan keamanan yang sombong dan sok tahu tapi dia sama sekali tidak kuat sama sekali.

"Kamu fokus membuat rencana mulu Sani.." gumam Victory pelan.

"Ya"

"Hmmm.." desah Victory terdiam di sampingku.

"Apakah ada yang ingin bertanya?" tanya seorang pria di depanku pertemuan inti itu. Aku mengangkat kedua tanganku dan berdiri sambil menatap anggota dewan dengan dingin.

"Apa kalian bisa menjamin rencana kalian berhasil setidaknya 90 persen?" gumamku dingin

"Kenapa kamu tanyakan itu?" tanya Wildan yang terduduk tepat di depanku.

"Hanya meyakinkan saja, menurutku rencanamu sangat payah tuan.." sindirku dingin.

"Ka... Kamu!!! Beraninya kamu memprotes rencanaku!!" protes Wildan kesal.

"Memang rencanamu payah, bukannya akan berhasil tapi malah seluruh pasukan dewan akan gugur" gumamku memberikan kertasku kepada Victory.

"Oh, tebakanmu benar.." gumam Victory pelan.

"Siapa kamu!!!" gerutu Wildan kesal.

"Aku Sani Shin, ketua mafia penguasa yang sekaligus istri kontrak Han Li ketua dewan tertinggi ..."

"Dan dia wakil ketua dewan pengawas..." ucap Victory meneruskan ucapanku.

"Ma... Mafia penguasa yang kejam itu?" tanya seluruh dewan terkejut.

"Astaga tidak aku sangka kalau ketuanya wanita cantik.."

"Yaaa... Andaikan dia milikku.." gerutu beberapa pria membicarakanku.

"Eeemmm apa kata kalian barusan? Menjadi milik kalian?" gerutu Han dingin.

"Eee Mmm tidak... Tidak ketua.." ucap pria-pria itu ketakutan.

"Dibandingkan dengan rencanamu masih bagus rencana Sani dari pada kamu Wildan." gumam Victory meletakkan kertasku.

"Kalau boleh tahu apa rencana dari wakil ketua dewan pengawas?" tanya pria yang membacakan rencana milik Wildan itu, Victory memberikan kertas itu dan pria itu membaca rencanaku dengan kencang.

"Ya, ide yang bagus!!" teriak seorang pria keras.

"Ya aku juga setuju!"

"Tapi aku sangat tidak setuju!" protes seorang pria dingin.

"Ya itu tergantung kalian masing-masing" gumam Victory santai

"Kami dewan pengawas memiliki tujuan tersendiri dan kami tidak memaksa kalian ikut rencana kami." gumam Victory dingin.

"Ohh...Mmm baiklah, berarti ada dua rencana dari dua dewan yang berbeda. Kalau begitu kalian bisa memilih akan ikut rencana apapun terserah kalian." gumam pria itu serius.

"Karena sudah waktunya makan malam, maka pertemuan kali ini di tutup. Terimakasih sudah menghadiri pertemuan ini..." gumam pria itu berjalan pergi dan seluruh anggota dewan lainnya pergi.

"Mari istriku!" gumam Han menggandeng tanganku lembut

"Ohh mmm ya..." desahku berjalan mengikuti Han.

Selama kami berjalan Han hanya terdiam bahkan sampai di makanan kami sampaipun Han tidak mengatakan sepatah katapun dan itu membuat suasana malam ini sangat canggung.

"Han... Apa kamu marah?" gumamku pelan.

"Tidak, marah kenapa?"

"Masalah rencanaku."

"Tidak, aku malah setuju" gumam Han melahap makanannya.

"Benarkah? Kenapa setuju?"

"Ya idemu bagus, tapi kalau bagian penyerangnya hanya beberapa orang saja biar lebih efektif" gumam Han santai

"Ohh.. Mmm begitu ya" desahku pelan

"Ya itu tergantung kamu saja istriku."

"Tapi bagus juga sih idemu." gumamku tersenyum

"Kalau masalah rencana hal yang gampang bagiku istriku"

"Oh mmm pantas saja kamu di percaya dewan pengawas." desahku pelan

"Apa Victory memberitahukan itu kepadamu?"

"Iya, dia cerita kepadaku"

"Mmm ya memang, aku melakukan tugas yang selama ini menyakitkanmu itu adalah bagian dari rencanaku sendiri, aku sudah mengalami siksaan itu jadi aku tidak mau istriku merasakan hal yang sama." gumam Han meletakkan alat makannya dan menggenggam erat tanganku.

"Kamu pasti tidak akan kuat istriku, siksaan mereka tidak berperikemanusiaan. Jadi, jangan ... Jangan kamu merasakan yang sama" gumamku Han serius.

"Ohh mmm ya sayang aku tahu... Makasih perhatiannya" gumamku tersenyum

"Oh ya istriku, mari ikut aku..." gumam Han menarikku keluar restoran.

"Mau kemana?" tanyaku terkejut

"Kamu akan tahu nanti istriku" guman Han terus menarik tanganku menaiki tangga. Setelah beberapa anak tangga kami lalui, akhirnya kami sampai di balkon atas gedung ini.

"Kenapa kesini Han?" tanyaku terkejut.

"Mmmm..." desah Han mengambil sebuah kalung dari balik jasnya dan mengenakannya di leherku.

"Selamat ulang tahun istriku, aku hampir lupa memberikanmu kado yang kedua."

"Kado kedua? Lalu apa kado pertamanya?" tanyaku terkejut.

"Mmm ya yang kita lakuin di kamar hehehe" tawa Han pelan

"Hmmm makasih ya sayang." gumamku memeluk Han erat. "Maaf aku belum bisa jadi istri yang kamu inginkan" gumamku pelan.

"Mmm aku yang seharusnya minta maaf istriku karena aku belum bisa menjadi suami idamanmu bahkan aku belum bisa jadi ayah yang bisa melindungi anak dan istriku" gumam Han memelukku erat

"Tidak Han, kamu sudah melakukan yang terbaik. Terimakasih suami kontrakku." gumamku mengusap lembut punggung Han.

"Hmmm..." desah Han pelan.

"Walaupun kamu masih menganggapku suami kontrakmu tapi kamu tetap istri sahku sayang" desah Han mencium keningku, mendengar jawaban Han membuatku menatap Han dan terdiam

"Apa ini kalung yang kamu pakai Han?"

"Ya, ini kalung yang sama, dua kalung ini seperti aku dan kamu sama-sama tidak bisa terpisahkan.

"Halah gombal..." gumamku memukul Han pelan

"Tidak sayang, aku dan kamu tidak bisa terpisahkan. Benarkan!!"

"Ya kamu benar Han.." desahku pelan.

"Oh ya sayang, pukul sudah hampir tengah malam. Mari tidur.." gumam Han menggandeng kembali tanganku

"Baiklah.." desahku mengikuti langkah kaki Han

Mendapatkan hadiah ulang tahun dari seseornag membuatku senang, pertemuan yang terjadi tadi membuat aku sendiri lupa kalau hari ini ulang tahunku. Walaupun sesenang apapub tapi aku masih memikirkan nasib Satria.

"Istriku apa yang kamu pikirkan?" gumam Han berbaring di tempat tidur.

"Aku... Aku memikirkan Satria Han..." gumamku pelan. Han menarikku dan aku terjatuh di atas tubuh Han

"Jangan terlalu dipikirkan istriku,"

"Apa kamu tidak memikirkan anak kita?"

"Aku memikirkannya juga istriku, dia anakku yang hebat aku tidak ingin kehilangan anak dan istriku. Aku ingin anak istriku hidup aman dan nyaman" gumam Han mengusap lembut rambutku.

"Sebentar lagi perang akan dimulai istriku, jadi persiapkan dengan matang istriku."

"Ya aku tahu suamiku, terus dukung aku suamiku agar aku bisa tambah kuat" gumamku pelan.

"Aku akan melakukannya tanpa kamu minta istriku, kamu satu-satunya wanita yang aku miliki istriku jadi tetaplah bersamaku." desah Han mencium keningku dan mendengar kata Han membuatku nyaman bersama dengan Han untuk saat ini