Pagi ini terbangun dari tidurku, aku membuka mataku dan melihat Han yang sedang tertidur pulas di sebelahku dengan masih memakai jas hitam miliknya, sepertinya Han benar - benar tidur semalam saat aku memintanya menemaniku.
Melihat Han yang benar - benar tertidur pulas, aku melepaskan jasnya dan memasakkan sesuatu untuknya apalagi di kamar ini ada kompor dan kulkas. Aku terduduk di sebelahnya dan melepaskan jas hitamnya aku mengikat rambutku dan segera memasakkan makanan untuk Han, ya hitung - hitung permintamaafanku karena menyakiti Han
"Haaah... Sani... Kemana kamu!!" teriak Han terkejut
"Apa? Aku sedang masak lah!!" gumamku terkejut, aku meletakkan piring yang berisi makananku dan menatap Han yang kebingungan
"Hufft ku kira kamu bakal kabur lagi..." desah Han menghela nafas panjang
"Bagaimana aku mau kabur kalau Fadil saja disini juga" gumamku meletakkan gelas di atas meja
"Ya aku kira, kalau kamu kabur lagi membuatku capek mencarimu tahu... Kamu berpindah tempat mulu" desah Han memelukku dari belakang
"Oh ya ... Selamat pagi istriku, setelah sekian purnama kita berpisah akhirnya aku bisa melihatmu saat bangun tidurku" bisik Han pelan
"Halah kamu pinter banget merayu Han"
"Aku tidak merayumu, aku mengatakan yang sebenarnya"
"Hmmm.. Makanlah dulu" gumamku melepaskan pelukan Han dan terduduk di kursi depanku
"Kamu masih suka saja ya memasak sendiri, padahal tinggal pesan online saja enak"
"Gak mau ah, berhemat... Aku sudah terbiasa masak sendiri saat selama aku hidup denganmu Han" gumamku pelan
"Mmm ya aku dulu memang pengen membelajarimu hidup mandiri dengan keterbatasan ekonomi saja, aku gak mau kamu hidup boros seperti dulu Sani..." gumam Han pelan
"Oh.. Ya aku tahu itu. Makanlah keburu dingin makanannya"
"Makananmu masih saja lezat Sani..."
"Oh benarkah? Menurutku biasa saja tidak ada nikmatnya" gumamku pelan
"Apakah makan bersamaku tidak nikmat Sani?"
"Nikmat kok, apalagi ini ketiga kalinya kita makan bersama Han. Selama aku hamil ataupun aku membesarkan Satria kamu sama sekali tidak mau makan bersamaku bahkan tidur denganku saja kamu tidak pernah apalagi menyentuhku sama sekali tidak pernah" gerutuku memotong daging di piringku
"Kamu masih ingat ya..."
"Ya bagaimana aku tidak ingat kamu memperlakukanku seperti seorang pembantu bikin aku sakit apa kamu tahu!!! ... Aku istrimu Han!!!" teriakku melempar pisau di tanganku ke arah Han tapi Han tanpa melihatnya dia menghindar dengan mudah
"Apa itu juga yang membuatmu marah istriku?" gumam Han menatapku serius
"Udah ah tidak perlu di bahas..." gumamku meletakkan garpuku dan berjalan pergi
"Habiskan... Kamu masih makan satu suap!!"
"Aku tidak selera..." gumamku masuk ke dalam kamar mandi dan menutup kuat - kuat pintu kamar mandi
Aku menghidupkan kran air dan segera berendam di dalam bathtub, mengingat penderitaan cintaku membuatku sangat bersedih, aku merasa aku sangat bodoh... Bodoh karena cinta.
Setelah mandi aku memakai baju mandi yang ada di dalam kamar mandi itu, aku melihat bayangan wajahku yang terlihat sangat menyedihkan. Aku terduduk di samping bathtub dan membenturkan kepalaku terus menerus di bathtub. Darah mulai menetes ke lantai, rasa sakit itu tidak ada apa - apanya dibandingkan dengan rasa sakit di hatiku.
"Apa yang kamu lakukan Sani!!" teriak Han membuka pintu kamar mandi
"Pergilah!!" teriakku kesal
"Hentikan... Kepalamu berdarah tahu!!"
"Biarlah... Bunuh aku saja!!" teriakku kesal
"Hmmm" desah Han menggendongku keluar kamar mandi
"Tidak boleh melakukan hal itu lagi apa kamu mengerti!" desah Han mendudukkanku di tempat tidur, aku melihat Han mengambil kotak obat yang ada di atas lemari dan mengobati kepalaku yang berdarah
"Hmmm untung luka kecil jadi darahnya tidak menetes banyak" desah Han merangkulku lembut
"Jangan sakiti dirimu jika bersamaku, itu membuatku sangat sakit Sani" bisik Han pelan
"Kenapa tidak boleh? Ini tubuhku sendiri!!" gerutuku kesal
"Tubuhmu itu milikku, aku tidak ingin milikku rusak karena alasan tidak masuk akal" desah Han pelan
"Maafkan aku saat itu tidak memperhatikanmu, aku kemarin sangat sibuk dengan tugasku dan lagi aku pertama kali menjadi ayah, aku tidak tahu harus berbuat apa kepadamu dan kepada anak kita. Aku berusaha mengertimu tapi malah aku gagal menjadi suami pengertian seperti yang kamu inginkan..." gumam Han menatapku
"Aku mencoba menjadi seorang ayah yang terbaik dan juga suami terbaik meskipun susah untukku tapi aku terus belajar selama kamu pergi, semakin lama aku semakin menyadari kalau perilakuku kepadamu itu salah dan aku sangat menyesal tidak membahagiakanmu Istriku" gumam Han pelan
"Tapi aku sungguh - sungguh mencintaimu, aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Aku sangat hancur saat melihatmu bercumbu dengan pria lain, aku sangat hancur melihatmu bersama orang lain, aku sangat hancur melihatmu menderita istriku. Aku mohon istriku, aku mohon dengan sangat, tetaplah bersamaku jadilah ibu dari anak - anakku dan tetaplah jadi istriku yang penurut" desah Han memelukku erat
"Ma... Maaf" desahku pelan
"Maaf sudah membuatmu sakit" gumamku pelan
"Maaf aku masih belum bisa menjadi istri kontrakmu seperti yang kamu inginkan" gumamku pelan
"Hmm sayang... mau kah bersamaku dan memperbaiki hubungan kita yang rusak ini... Kita buka lembaran baru demi Satria dan demi keluarga kita" gumam Han pelan
"Ta... Tapi aku hanya istri kontrakmu Han"
"Tidak masalah, nanti kalau sudah waktunya aku akan menjadikanmu benar - benar istriku yang diikat oleh janji suci pernikahan, bagaimana?"
"Mmm.. Gak tahu tapi aku akan terus berusaha Han" gumamku pelan
"Benarkah?" gumam Han terkejut
"Ya, tapi jangan ikat aku di dalam penjara cintamu Han. Aku masih ingin hidup bebas seperti orang - orang"
"Tidak masalah kalau kamu menginginkan itu, aku akan memberikanmu kebebasan walaupun hatiku akan terluka nantinya"
"Kalau aku membuatmu terluka hukum aku sesukamu"
"Apa kamu tidak keberatan?"
"Ya, asalkan aku juga menghukummu kalau kamu melakukan hal yang menyakitiku Han seperti kemarin" gumamku serius
"Oh oke baiklah tidak masalah, apapun hukumanmu aku akan menerimanya" desah Han mengambil koper di bawah tempat tidur
"Ini berisi semua pakaianmu, kamu berganti bajulah setelah itu kita ke ruang utama" desah Han berjalan ke arah balkon
"Kalau sudah selesai bilanglah, aku akan menunggumu di balkon" gumam Han terduduk di kursi balkon
"Baiklah" desahku membuka koper itu dan mengambil beberapa pakaianku, aku tidak menyangka Han sudah mempersiapkan semua ini sebelumnya. Aku memang merasa bersalah dengan Han tapi aku seratus persen belum bisa menerima Han, aku harus berakting di depan Han agar aku bisa keluar dari markas ini apalagi dia seorang wakil ketua dewan tertinggi "Memang pria licik" desahku menatap Han yang sedang terduduk di balkon
Aku berganti pakaian dan memakai make upku. Setelah selesai semua aku berjalan ke balkon dan merangkul Han dari belakang
"Eehh.. Mmm kamu sudah siap?" gumam Han terkejut
"Udah..." gumamku pelan, Han beranjak dari tempat duduknya dan menatapku dengan tatapan terkejut
"Kamu sangat cantik, masih tetap cantik seperti dirimu yang sebelumnya" gumam Han mencium dahiku lembut
"Baiklah mari kita berangkat sayang.." gumam Han menggandeng tanganku keluar kamar
"Han apa benar ayah dulu ketua dewan tertinggi?" guammku pelan
"Ya, dulu sebelum ayahmu meninggal..."
"Lalu wakilnya dulu kamu?"
"Ya, aku wakilnya dari dulu"
"Oh kamu masih bertahan ya ternyata..." desahku pelan
"Ya, dengar - dengar sih aku mau di jadiin ketua dewan tertinggi tapi gak tahu nanti" gumam Han santai
"Gak tahu nanti gimana maksudnya?"
"Ya gak tahu nantinya, tapi aku lebih suka jadi wakil, jadi wakil sudah sangat sibuk dan membuatku tidak ada waktu bersamamu apalagi aku jadi ketua..."
"Ohh..." desahku pelan
"Dan kalau aku jadi ketua tetap, aku tidak bisa semudah memberikanmu kebebasan Sani" gumam Han menatapku dingin
"Ke... Kenapa?"
"Aku pemegang kekuasaan tertinggi di seluruh organisasi mafia apalagi perkataanku adalah hal mutlak jadi aku akan menyuruhmu untuk tetap berada sisiku apalagi kamu anggota dewan tertinggi" gumam Han dingin, tatapan Han menunjukkan keseriusannya yang membuat bulu kudukku merinding
"Eee... Mmmm ja.. Jangan, kamu jadi wakil saja ya hehehe"
"Tapi aku ketua sementara sekarang dan penetapan ketua tetapnya nanti makanya itu, nanti keputusannya apakah aku menjadi ketua atau tetap wakil jadi karena tinggal kamu anggota yang belum datang makanya aku memaksamu membawamu kemari"
"Kamu ketua sementara?" gumamku terkejut
"Ya benar makanya aku membawamu kemari dengan... Paksa.." gumam Han dingin
"Aku dipaksa kemari hanya karena ini?" gerutuku kesal
"Tidak juga, karena kamu ketua mafia pusat negara Inggris, anggota mafia tersembunyi, anggota dewan tertinggi dan juga ketua mafia penguasa gelap jadi kamu harus mengikuti rapat ini"
"Rapat apa?" tanyaku terkejut
"Kamu akan tahu sendiri..." gumam Han melepaskan genggaman tangannya
Pintu di depan kami terbuka lebar dan di balik pintu itu aku melihat banyak orang yang menatapku dengan tatapan dingin mereka. Han terduduk di kursi tengah dan menatapku dengan dingin. Aku berdiri di tengah - tengah tatapan orang berjubah yang menatapku dengan dingin
"Baiklah dikarenakan terdakwa sudah berada disini maka kita mulai sidangnya..." gumam seorang pria di sebelah Han membawa beberapa kertas di tangannya
"Tunggu dulu... Apa? Sidang?" teriakku terkejut, "Astaga kenapa kau bodoh Sani!!! Dewan tertinggi itu kan pengadilan mafia, astaga aku salah apa lagi!!" gerutuku dalam hati
"Ya... Hari ini adalah jadwal sidangmu Sani Shin!!"
"Tunggu dulu!! Aku salah apa?" protesku kesal, aku menatap sekelilingku, aku melihat Fiyoni dan Lan yang sedang terduduk di dekat Han dan melihat Fadil yang terborgol di kedua tangannya
"Kamu didakwa melakukan pembunuhan dua orang tidak bersalah saat di jalan, melakukan pembunuhan dua bawahan di saat rapat, melakukan pembunuhan terhadap tuan Zee yang menyebabkan penyerangan mafia pemberontak lebih cepat bahkan kamu juga melakukan perang seenaknya sendiri tanpa persetujuan mafia pusat dan mafia tersembunyi yang menyebabkan banyak korban jiwa .."
"Alasan tidak masuk akal!!" protesku kesal
"Ini adalah bukti kalau kamu melakukan kegiatan di luar wewenangmu sebagai ketua mafia Sani..." gumam pria itu menunjukkan bukti apa yang pernah aku lakukan setelah lama fakum menjadi ketua mafia
"Dengan bukti yang ada kamu mendapatkan hukuman penjara dua puluh tahun Sani
"Heeh penjara dua puluh tahun hanya masalah sepele? apa Kalian gila!!!" protesku kesal
"Kalau kamu tidak bersedia kami punya beberapa alternatif pilihan untukmu, membubarkan mafiamu, menyita semua persenjataanmu dan membunuh sekua anggotamu atau kamu membereskan semua kekacauan yang kamu buat Sani!!" gumam Han dingin
"Ya itu adalah alternatif pilihan untukmu" gumam Fiyoni dingin
"Kenapa baru saat ini? Kenapa tidak dari dulu saja!!!" protesku kesal
"Karena kamulah yang membuat tuan Shin mati dan kamulah yang memulai peperangan ini" gumam Lan dingin
"Heeh aku ya? Kalian sungguh sangat lucu..." desahku pelan
"Menyerahkan seluruh kesalahan padaku agar aku tidak ikut campur kan? Asal kalian tahu saja aku melakukan ini untuk membalaskan dendam atas kematian ayahku dan juga harga diri keluargaku!!" teriakku menembak lampu di atasku
Praaaannnkkk
Aku segera berlari dan melepaskan tali di tangan Fadil, aku memecahkan kaca jendela ruangan itu. Fadil melompat keluar bangunan terlebih dahulu, aku menatap Han, Lan dan Fiyoni dengan kesal
"Aku bisa membereskan urusanku sendiri dan kalian bertiga... Tidak perlu ikut campur urusanku!!" gerutuku pergi dari bangunan itu
"Tangkap mereka!!" teriak seorang yang terdengar jelas di telingaku, aku berhenti sejenak dan melihat Han berdiri di pohon dekat jendela yang aku pecahku sambil melempar sebuah gulungan kearahku
"Biarkan mereka pergi..." ucap Han tersenyum dingin
Aku dan Han saling bertatapan, aku melihat wajahnya membuatku sangat kesal, tanpa basa basi aku pergi bersama dengan Fadil meninggalkan markas dewan tertinggi