Suara mobil dan klakson terdengar terdengar jelas di telingaku, aku membuka kedua mataku dan terkejut saat melihat kalau aku berada di dalam mobil mewah milik Han. Aku berusaha untuk bangun tapi karena pukulan Han yang keras membuag kepalaku masih terasa pusing
"Kamu sudah bangun istriku?" gumam Han memasukkan handphonenya ke dalam jasnya kembali
"Ka...Kamu!!!" teriakku terkejut
"Sudahlah kamu gak bisa kemanapun saat ini" gumam Han mengangkat tangannya dan ternyata tanganku terborgol dengan tangannya
"Apa yang kamu inginkan sih?" gerutuku kesal
"Kamu milikku, jadi aku tidak akan mengizinkan kamu pergi kemanapun lagi istriku..." gumam Han santai
"Hmm kamu masih saja licik Han"
"Ya kalau aku tidak licik tidak mungkin aku dewan tertinggi sekarang" gumam Han santai
"Dimana Fadil?"
"Tenang saja, dia ada di mobil belakang kok"
"Ohhh..." desahku pelan
"Apa kamu menyesal ku tangkap istriku?" gumam Han menatapku serius tapo aku hanya terdiam menatap matanya
"Seberapapun jauh kamu pergi meninggalkanku, kamu tetaplah milikku dan aku tidak akan membiarkan kembali pria lain menyentuhmu seperti si kembar itu..." gumam Han dingin
"E... Emang kamu tahu?" tanyaku terkejut
"Aku punya banyak mata - mata, apa kamu kira aku tidak tahu? Aku tahu semua yang kamu lakukan apalagi tentang rencanamu aku juga tahu" gumam Han dingin
"Apa karena kalung ini?"
"Bukan... Kalung itu hanya untuk melacakmu keberadaanmu saja dan selama ini aku tidak pernah melacak keberadaanmu Sani"
"Lalu kenapa kamu bisa tahu aku melakukan apa?" tanyaku kesal, Han menyentuh dahiku dengan lembut
"Hati, pikiran dan perasaan kita menyatu istriku" gumam Han pelan
"Alasan yang tidak masuk akal" gerutuku kesal
"Kamu istri resmiku dan kamu jodohku, apapun yang kamu lakukan dan apapun yang terjadi kepadamu aku tahu"
"Haha istri resmi ya? Aku hanya istri kontrakmu dan akan tetap seperti itu Han!!"gerutuku kesal
"Aku tidak peduli, yang penting kamu istriku dan ibu dari anakku udah itu aja" gumam Han serius
"Haah Hahaha... Kamu sangat lucu" tawaku kencang, aku terduduk di sebelahnya dan menatap Han dingin
"Apa yang lucu?"
"Kamu menganggapku istrimu sedangkan kau bersama dengan Rafaela selama bertahun - tahun lalu buat apa aku jadi istrimu!!!" teriakku kesal, tidak ku duga air mataku mengalir di pipiku yang membuat Han sedikit terkejut, Han memelukku erat dan mengusap lembut rambutku
"Kami tidak hidup serumah ataupun sekamar istriku.."
"Lalu undangan itu!!! Itu bukti kalian akan menikah!!!" teriakku kesal, Han menggigitku lembut dan menatapku serius
"Dengarkan penjelasanku dulu, apa kamu mengerti!!" ucap Han dingin dan aku hanya mengangguk pelan
"Memang Rafaela menyukaiku, dia meninggalkan Fiyoni karena dia menginginkanku tapi aku sama sekali tidak mencintainya. Setelah aku menjadi dewan tertinggi, aku di beri tugas menjadi mata - mata dewan tertinggi untuk mencari kelemahannya dan dalang di balik mafia pemberontakan itu. Undangan itu di buat hanya untuk memancing agar mafia pemberontak mau menyetujuiku bergabung tanpa di curigai...."
"Jadi Rafaela itu mafia pemberontak?"
"Yups benar sekali, kamu membunuh Tuan Zee membuat anak kecil yang dipanggil tuan X itu murka dan perang yang seharusnya dilakukan beberapa tahun lagi menjadi di percepat. Mengetahui hal itu dewan tertinggi mencarimu tapi kami tidak menemukanmu, karena ketua dewan tertinggi tahu kamu istri kontrakku maka ketua menyuruhku membawamu, karena ketua tahu kamu pasti akan menolaknya makanya dia memintaku untuk membawamu dengan paksa"
"Ohh...Lalu kenapa saat Satri di aniaya kamu hanya diam saja?" desahku pelan
"Apa kamu kira aku hanya diam? Di tempat yang sepi aku selalu membalas perbuatannya, cuma saat itu banyak orang di pesta itu dan banyak mafia pemberontak yang datang jadi aku tidak bisa melakukan apapun, kalau aku membalasnya pasti mafia pemberontak tidak percaya kepadaku dan tugasku akan gagal, aku sudah bilang ke Satria kalau nantinya dia bertemu denganmu agar Satria memohon kepadamu untuk memintamu membawanya agar aku bisa melaksanakan tugasku dengan baik"
"Jadi Satria tahu?" gumamku pelan
"Iya dong ibu..." gumam Satria di kursi depan
"Satria!" teriakku terkejut
"Pintar kan ayah..." tawa Satria kencang, aku menarik telinga Satria dengan kesal
"Aaa.. Aduh ibu sakit"
"Kamu kenapa sama - sama menyebalkannya dengan ayahmu!!" gerutuku kesal
"Aa... Ampun ibu ampun" rintih Satria pelan
"Huummpp" desahku kesal
"Jangan bilang Satri yang menjadi mata - matamu!!" gerutuku kesal
"Iya dia salah satunya diantara banyak mata - mataku" gumam Han santai
"Hummp seharusnya aku tahu dari awal" gerutuku kesal
"Emang kalau tahu kenapa?"
"Sudah aku lempar dia ke laut" gerutuku dingin
"Ayah, ibu jahat sama Satria!!" teriak Satria sedih
"Tenang saja ada ayah, ibumu tidak bisa melakukan itu" gumam Han santai
"Hmmp kalian berdua sama saja" gerutuku kesal
"Sudahlah kamu ini kita baru ketemu loh udah marah - marah saja.." desah Han mengusap lembut rambutku
Aku terdiam menatap keluar mobil, plat mobil serta bangunan yang ada memperlihatkan kalau aku sekarang berada di Eropa tempat markas dewan tertinggi berada. Di telingaku terdengar suara orang tertidur dengan keras, aku melihat Han yang masih asik bermain handphone
"Kamu mencari apa?" tanya Han menatapku
"Siapa yang mengorok?"
"Tuh anakmu yang tertidur" gumam Han santai
"Ohh..." desahku pelan. Aku menatap cincin di tanganku, cincin pemberian Han saat aku masih hamil Han beberapa tahun yang lalu
"Apa yang kamu pikirkan?" gumam Han menatapku serius
"Kamu kenapa tetap mengakuiku sebagai istrimu, padahal aku melakukan hal yang menyakitimu" gumamku pelan
"Karena kamu istriku..."
"Aku hanya istri kontrakmu Han kamu bisa mencari yang lain!!"
"Tidak, aku tidak mau!!"
"Kenapa kamu tidak mau? Aku... Aku...Aku..." tangisku pelan
"Tidak apa istriku, aku anggap itu sebagai hukumanku yang tidak memberitahukanmu dari awal siapa sebenarnya aku" desah Han pelan
"Sebenarnya aku adalah ketua mafia Kegelapan dan aku adalah wakil dewan tertinggi mafia" gumam Han menunjukkan beberapa lencana kepadaku
"Bu... Bukannya kamu!!!"
"Bukan, mafia saat pembantaian itu mafia milik kakakku Wan Li sedangkan mafia yang kamu dengar itu mafia milik kembaranku Hans Li dan aku sendiri memiliki mafiaku tersendiri" gumam Han serius
"Jadi kamu benar - benar wakil ketua dewan pengawas?" tanyaku tidak percaya
"Ya benar, aku wakil ketuanya..." desah Han mengusap air mataku
"Aku melakukan semua ini untuk mencari alasan kenapa pria itu membunuh ayahmu apalagi ayahmu adalah ketua dewan tertinggi" bisik Han pelan
"Maksudmu Tuan X itu yang membunuh ayahku?"
"Yang membunuh San tapi dalang pembunuhan ayahmu itu si Ade itu"
"Si Ade?"
"Tuan X itu nama aslinya Ade Bee"
"Ohhh dia ya dalangnya" gumamku dingin
"Yups benar, itulah kenapa aku merahasiakannya darimu sebelum aku tahu siapa dalangnya apalagi ketua dewan tertinggi sendiri yang menjadi korbannya"
"Mmmm ya aku mengerti" desahku pelan
"Kamu sudah tahu kan alasanku sayang. Jadi jangan salahkan dirimu sendiri ya..." gumam Han mengusap lembut rambutku
"Mmm maafkan aku Han..."
"Tidak apa sayang, sampai kapanpun kamu milikku. Walaupun si kembar itu mengucapkan janji setianya kepadamu tapi pemilik seutuhnya itu tetaplah aku..." gumam Han pelan
"Hmmm..." desahku menyandarkan kepalaku di bahu Han
"Apa kamu lelah?"
"Sedikit...Aku selama seminggu tidak tidur" gumamku pelan
"Kenapa kamu tidak tidur?" protes Han kesal
"Tidak ingin tidur, aku fokus menyerang mafia pemberontak..." gumamku pelan
Uhuuukk.. Uuuhhuukkk
Tiba - tiba aku terbatuk - batuk, aku menatap tanganku yang terdapat bercak darah
"Ka... Kamu kenapa?" tanya Han terkejut
"Aku tidak apa... Uuhhukkk... Uuuhhuukkk"
"Kamu berdarah Sani!!" protes Han membersihkan darah di bibir dan tanganku dengan tisu
Han mengambil handphone di saku jasnya dan menelepon seseorang
"Sani batuk berdarah... Aku juga tidak tahu kenapa!!... Ya katanya dia tidak tidur seminggu... Apa obatnya? ... Oh baiklah, tdnang saja dia bersama denganku" gumam Han mematikan teleponnya dan memasukkan kembali handphonnya
"Kamu menelepon siapa?"
"Sony, dia marah - marah mendengar kamu tidak tidur seminggu. Katanya pemyakitmu akan kambuh kalau kamu kecapekan" gumam Han mengambil sesuatu di tasku
"Apa yang kamu cari?"
"Obatmu..." gumam Han mengambil obatku dan botol air putih di depan kami
"Ini minumlah dulu..."
"Aku gak mau!!!"
"Minumlah!!"
"Gak mau ya gak mau!!" protesku kesal
"Hmmm..." desah Han meminum obatku dan menciumku, bibirnya berusaha memasukkan obat itu ke dalam mulutku
"Uhhuukk... Uhhuukk... Apa kamu ingin membunuhku Han!!!" protesku kesal
"Kamu harus meminum obatmu!!"
"Aku bilang enggak ya enggak!!"
"Udah lah jangan protes..." desah Han membuka pintu mobil
"Sebelum ketemu ketua kamu harus istirahat dulu di kamarku. Aku tidak mau kamu sakit istriku" gumam Han menggendongku keluar dari mobil
"Kamarmu?" tanyaku terkejut
"Ya, di salam markas ada kamar pribadiku dan kamar pribadi ketua. Karena kamu sakit, jadi kamu harus istirahat..." gumam Han melangkahkan kakinya masuk ke dalam gerbang utama dan pintu utama yang terbuka sendiri saat Han melangkahkan kakinya, melihat hal itu membuatku percaya kalau dia wakil ketua dewan tertinggi
"Tuan muda..." gumam beberapa orang yang menundukkan badannya ke arah Han
"Bilang ke Lyla, istriku sedang sakit kalau dia sudah sembuh aku akan mengajaknya kesana" gumam Han dingin
"Baik tuan muda"
"Panggilanmu disini tuan muda ya?" gumamku tertawa
"Ya, aku paling muda disini..." gumam Han mendorong pintu kamar dengan kakinya dan merebahkan tubuhku di tempat tidur
"Ya sudah kamu istirahat, jangan berpikir untuk kabur. Disini lebih ketat dari pada di rumahku" gumam Han melepaskan borgol di tanganku
"Ya aku tahu" gumamku pelan
"Ya sudsh tidurlah sayang" desah Han menyelimutiku dan membalikkan badannya, aku memegang erat tangan Han dan Han menatapku bingung
"Ada apa?"
"Temani aku..."
"Kenapa kamu jadi manja sekarang?"
"Kalau tidak kamu temani aku akan kabur loh..."
"Kan aku sudah bilang kamu tidak bisa kabur"
"Kata siapa aku tidak bisa kabur.." gumamku menunjukkan lencana anggota dewan tertinggi
"Haish kamu ternyata lebih licik Sani..." desah Han terduduk di sebelahku
"Kalau aku tidak licik tidak mungkin aku menjadi ketua mafia yang ditakuti..." gumamku pelan
"Hmmm itu kan perkataanku... Haish ya sudahlah, apa maumu?" gumam Han menatapku dingin
"Temani aku, udah itu aja"
"Ya baiklah aku temani, udah cepat tidur!!" gumam Han pelan, aku menarik tangan Han yang membuatnya tertidur di sebelahku
"Kalau mau menemani istri kontrakmu itu harus ikhlas tahu" gerutuku memeluk Han lembut
"Hmmm kamu tidak bertemu denganku beberapa tahun saja bisa semanja ini ya" desah Han pelan
"Tidak juga, aku hanya merasa bersalah kepadamu"
"Sudahlah tidak perlu dipikirkan, sekarang kamu tidur ya..." desah Han mencium dahiku lembut
"Ya aku tahu..." desahku pelan
Aku menutup kedua mataku dan merasakab pelukan Han yang sangat lembut, tidak tahu kenapa rasa benciku kepada Han seketika hilang saat mengetahui semuanya dan suami kontrakku yang dingin dan menyebalkan ini masih bisa lembut kepadaju padahal aku sudah sangat bersalah mengizinkan Lan dan Fiyoni menyentuhku padahal aku masih seorang istri Han walaupun hanya kontrak