Sudah enam hari aku dan Fadil berada di hutan belantara ini dan sudah beberapa musuh juga sudah aku hadapi semua, karena perang ini akan berlangsung di beberapa negara jadi aku harus menghemat peralatanku sampai puncak perang di China nanti, tapi aku tidak tahu apakah aku akan bisa bertahan pada perang - perang ini nantinya
Petang ini aku dan Fadil bersembunyi di dalam gua sambil membakar hasil buruan Fadil untuk makan malam kami hari ini. Aku menatap api unggun yang ada di depanku dan memikirkan sebuah cara untuk merebut kembali Satria, tapi kalau Satria menolak mengikutiku bagaimana?
"Apa yang kamu pikirkan Sani?"
"Ee... Mmm tidak ada kak"
"Kamu sudah beberapa hari tidak makan, makanlah dulu"
"Ya kak" desahku memakan daging hewan buruan Fadil tadi
"Kak apa kita akan mengikuti semua perang itu?" gumamku pelan
"Tidak, kelompok mafia tersembunyi dan ketua mafia pusat di bagi. Kita dapat di negara ini dan di China nantinya jadi kita jangan mengeluarkan rencana kita dahulu takutnya mereka tahu..." gumam Fadil serius
"Oh mmm baiklah, kita pakai saja cara lama kita" gumamku terus memakan daging itu
"Ya benar, titik yang harus kita lalui sekarang adalah titik terakhir, mafia tersembunyi dan ketua mafia pusat sudah berada disana melawan mafia pemberontak. Kalau bisa jangan keluarkan senjata utamamu..."
"Maksud kakak jarum ini?" gumamku mengeluarkan jarumku
"Ya benar..."
"Tapi kak, kalau jumlah mereka banyak sama saja sia - sia kalau tidak di keluarkan"
"Kamu ingin mengeluarkannya?"
"Ya, buat melumpuhkan orang - orang di sekitar Han saja. Aku hanya ingin menanyakan kenapa Satria dia bisa bawa dengan mudah, lagi pula aku juga ingin kejelasan dari Satria juga. Kalau aku setengah - setengah bagaimana kalau Satria dibunuh langsung!!" protesku
"Ohhh hmmm baiklah.. Apa kamu ingin tahu keinginan Satria apa kan?"
"Ya, aku ingin tahu. Apakah dia akan memilih aku atau Han" gumamku berdiri di sebelah Fadil
"Hmmm baiklah, tapi ingat apapun jawabannya biarkan jangan bunuh. Apa kamu mengerti!!"
"Ya aku mengerti" desahku berjalan keluar gua dan segera menuju ke titik terakhir perang di Amerika ini
Aku memilih menggunakan jalur atas agar aku tidak ketahuan keberadaanku. Di atasku aku melihat langit yang berubah warna menjadi warna merah
"Sepertinya sudah di mulai dari tadi Sani.." gumam Fadil di belakangku
"Ya kak sepertinya" gumamku dingin
Aku terus melompat dari satu pohon ke pohon lainnya untuk bisa ke tempat itu dengan cepat, rasa capek di tubuhku tidak aku rasakan lagi. Aku ingin segera bertemu Satria aku tidak mau kehilangan dia lagi
Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh akhirnya aku dan Fadil sampai di tirik akhir, di bawah aku melihat mafia pemberontak, mafia tersembunyi dan ketua mafia pusat sedang bertarung
"Sani mau sekarang?"
"Tunggu dulu.." gumamku dingin
"Kenapa?"
"Kita lihat siapa yang akan menang" gumamku dingin
Aku terduduk di dahan pohon sambil mengamati gerak - gerik mereka dengan serius, aku juga harus mempelajarinyatakutnya aku salah langkah
"Apa kamu sedang mengamati mereka?"
"Ya kak, aku ingin mengamati mereka dan mencari keberadaan Satria dan Han" gumamku pelan
"Tuh Han ada di depan" gumam Fadil dingin, aku segera turun tapi di tahan Fadil
"Jangan turun dulu, mereka masih bertarung nanti kamu akan ketahuan" gumam Fadil pelan
"Ohh mmm baiklah" desahku kembali terduduk di dahan pohon
"Hahaha... hanya segini ternyata kemampuan kalian para mafia lemah!!!" tawa seorang pria berjalan ke depan
"Kak dia siapa?" gumamku menatap Fadil
"Kamu lupa dia siapa?"
"Lupa, dia siapa?"
"Dia mantan pemberontak yang berhasil meloloskan diri itu, kamu ingat?"
"Oh yang itu ya... " desahku pelan
"Kenapa kamu melakukan ini semua Arya!!!" protes Fiyoni kesal
"Melalukan ini? Haah untuk membantu tuan X menguasai dunia lah tanpa kalian mafia kecil kami bisa menguasai dunia ini hahaha" tawa pria itu senang
"Hilih ucapan yang sama, bosen mendengarnya" gerutuku kesal
"Kamu ingat siapa tuan X itu?" gumam Fadil menatapku
"Si tua bangka itu kan? Aku masih ingat bagaimana dia melukaimu kak" gerutuku kesal, aku masih ingat bagaimana Fadil terluka parah oleh seorang pria yang seumuran denganku dan dulu pernah menyukaiku dan mengajakku menguasai dunia tapi aku tolak dengan alasan tidak logis pemikirannya malah dia menyakiti Fadil dan membuatku sangat benci dengan dia
"Ooh kamu masih ingat ternyata" desah Fadil pelan
"Ya, pasti dia ada di perang akhir nanti kak dan aku percaya itu"
"Ya pastinya adikku, dia seperti kita yang tidak mau capek - capek dan memanfaatkan sekutu dan bawahannya itu"
"Yaaa... Aku tahu kakak" desahku kembali menatap pertarungan di bawahku
"Tu... Tunggu Apa??" gumamku terkejut saat melihat Lan dan Fiyoni serta teman - teman yang lain terluka parah di depanku
"Kan sudah aku katakan adikku, rencana mereka pasti akan gagal dan benar kan.." desah Fiyoni pelan
"Heeh emang dasar bodoh" desahku berdiri di atas dahan
"Hahahaha hanya segini saja kekuatan kalian mafia kecil sangat lemah, seperti si ketua mafia penguasa gelap tuh sama - sama lemah!! Hahaha" tawa pria itu mengejekku
"Ma.. Maksudmu Sani?" gumam Lan pelan
"Ya.. Sani Shin tuh dia sangat lemah !!"
"Dia kuat lebih kuat dari pada kamu!!" protes Fiyoni membelaku
"Hahaha mana? ... Mana buktinya kalau dia lebih kuat dari pada aku, buktinya saja aku masih hidup setelah perang itu dan bahkan di perang ini dia tidak muncul lubang hidungnya di depanku... Sama seperti seorang pecundang hahaha" tawa pria itu mengangkat pedangnya ke arah Fiyoni
"Bilang ke Sani, dari pada jadi pecundang mending jadi boneka kecil bagiku yang bisa aku gunakan sesuka hatiku!!" tawa pria itu keras
"A... Awas saja kau!!" gerutuku mengambil jarumku dan melemparkannya ke arah tangan dan kaki pria itu lalu melemparkan lagi ke kaki mafia sekitarnya kecuali Han
Praaaannkkk
"Aapp... Aappaa yang terjadi?" teriak pria itu terkejut
"Kakak sepertinya Han mempunyai suatu rencana, kalau aku tertangkap oleh mereka jangan mengejarku... Aku ingin tahu apa yang mereka lakukan sebenernya"
"Tapi kalau kamu terluka dan dibunuh bagaimana!!" protes Fadil
"Tidak tenang saja, aku tidak akan mudah untuk di bunuh , lagi pula Han kalau memang benar mencintaiku dia tidak akan berani membunuh istrinya sendiri" gumamku serius
"Baiklah ... Kak ayo" gumamku turun dan diikuti oleh Fadil
"SA... SANI SHIN!!" teriak semua orang terkejut
"Ooohhh kau Arya kan? Lama tidak berjumpa pria sialan..." gumamku dingin
"Ka... Kamu ini ulahmu kan!!!" teriak pria itu kesal
"Ummm... Bisa dibilang begitu, oh ya barusan aku dengar kamu mengatakan aku pecundang yang pantas menjadi boneka kecil bagimu ya?" gumamku mengangkat pedangku ke arah bulan di atasku
"Ma... Mana ada!! Aku tidak berkata seperti itu!!" teriak pria itu ketakutan
"Oohh benarkah? Aku barusan mendengarnya loh apa kau tahu..." gumamku menarik rambut Arya
"Aku bukan pelacurmu !!!" gumamku dingin dan membunuh pria itu dengan pedangku
"Sani jangan terlalu sadis, kamu membuat semua orang takut loh" gumam Fadil santai
"Ohh takut kah? Benarkah? Katanya mereka ingin membunuhku? Tapi malah aku yang membunuhnya" gumamku santai
"Ka.. Kamu kenapa bisa berada disini? Bukannya mereka?" gumam seorang wanita terkejut
"Eemm... Mereka? Para ketua mafia lemah itu? Ohh maaf mereka sudah ... Mati!!" gumamku dingin
"Mafia lemah yang sombong!!" gerutu seorang pria dingin
"Sani... Mundurlah kalau kamu sendirian kamu nanti terluka!!" teriak Fiyoni dan Lan kencang
"Oh benarkah?" gumamku menjentikkan jariku dan musuh di depanku langsung lumpuh seketika kecuali Han
"A.. APAA!!!" teriak semua musuh di depanku terkejut
"Heeeh mafia lemah ya, emang sejak kapan mafia penguasa gelap mafia lemah? Aku tidak menerima julukan itu" gumamku santai
"Awas kau!!" teriak seorang wanita menembakku dengan pistolnya dan dengan cepat aku menepisnya dengan pedangku
Taaangg.. Taaangg
"Waah hebat..." gumam orang - orang di belakangku terkejut
"Pistol kualitas rendah mau membunuhku? Hahaha pikir - pikir lagi kalau mau menggunakannya untukku" gumamku dingin
Dari atas ada seorang pria menyerangku dan kami saling bertarung dengan pedang, dia sangat kuat bahkan bisa menandingi gaya pedang milikku
Sreeeeett
Suara pedang yang hampir mengenaiku untung aku bisa menghindar tapi ikat rambutku terpotong yang membuat rambutku terurai panjang
"Semoga kita bertemu lagi Sani..." gumam pria itu dan pergi ke dalam kegelapan hutan yang rimbun
"Heeei!!! Kembali kau!!!" gerutuku kesal
"Udah jangan di kejar" gumam Fadil menahan tanganku
"Huuhh awas saja kalau bertemu denganku lagi!!" gerutuku membunuh musuh di depanku
"Sani... Kenapa hanya mereka? Kenapa aku tidak kamu lumpuhkan saja sekalian?" ucap Han menatapku serius
"Oh... Mmmm kenapa ya? Apa aku harus memberitahukan permasalahan itu kepada musuhku?" gumamku dingin
"Aku suamimu!!"
"Suami ya? Oh ya itu salah satunya, tapi ... Bukan itu alasannya!!" gerutuku dingin
"Apa kamu ingin menyalahkanku atas penculikan Putri dan pembantu Xiao?" gumam Han dingin
"Ya, aku menyalahkanmu"
"Bukan aku yang melakukannya"
"Bukan kamu? Lalu kenapa Satria juga hampir di culik bahkan dia sekarang ada di tanganmu?" gumamku kesal
"Itu memang bukan salahku Sani, itu semua ide dan kelakuan Rafaela bukan kelakuanku!!"
"Ra... Rafaela?" teriak Fiyoni terkejut
"Oh benarkah? Bukannya kamu ikut juga?"
"Tidak... Aku tidak melakukan itu"
"Apa aku harus percaya dengan perkataanmu..." gumamku berlari kearah Han dan mengarahkan pedangku di leher Han
"... Padahal kamu dengan Rafaela hidup serumah selama beberapa tahun Han..." gumamku pelan
"Ke.. Ketua hati - hati!!!" teriak salah satu bawahan Han terkejut
"Apa kamu sangat membenciku Sani?" gumam Han pelan
"Ya... Aku sangat membencimu, kamu hidup bersama Rafaela bahkan setelah Satria dipukul Rafaela dan kamu hanya terdiam tanpa kata..." gumamku sedih
"Kamu juga hidup dengan dua pria dibelakangmu Sani..." gumam Han dingin
"Itu bukan urusanmu!!" gerutuku kesal
"Tenang saja, aku sudah menganggap perilakumu impas dengan perilakuku" gumam Han pelan
"Heeeh? Impas apa ada kata impas di dalam kamusku!!" gerutuku kesal
"Hmmm.. Apa kamu siap mendengarkan penjelasanku?"
"Penjelasan? Heeeh apa yang harus dijelaskan? Sudah tidak ada lagi yang harus di jelaskan"
"Apa kamu ingat perkataanmu untuk mendengarkan aku setelah aku menjadi ketua mafia tertinggi Sani?" bisik Han pelan
"Ya aku ingat, tapi kamu belum bisa membuktikannya kepadaku Han" gumamku dingin
"Oh benarkah? Kalau aku sudah bisa membuktikan kepadamu bagaimana?" gumam Han menunjukkan lencana mafia dewan tertinggi dari sakunya
"I... Ini?" gumamku terkejut
"Emang kamu kira aku disini menjadi mafia pemberontak ya? Heeh tidak Sani, aku mata - mata mafia dewan tertinggi di mafia pemberontak ini dan lagi dewan tertinggi sangat ingin bertemu denganmu itulah kenapa aku menculik Satria agar kamu datang bertemu denganku..." bisik Han pelan
"Emang aku akan percaya perkataanmu Han Li!!" gumamku dingin
"Apa aku terlihat berbohong kepadamu?" gumam Han dingin
"Ya bisa dikatakan seperti itu"
"Kenapa kamu tidak percaya kepadaku?"
"Bagaimana aku percaya kalau kamu salah satu dari mereka dengan sangat cepat... Dan lagi kamu tidak memiliki bukti kalau mereka mencariku dan ingin bertemu denganku" protesku dingin, Han memelukku erat dan menciumku dengan lembut di depan semua orang
"Ka... Kamu!!!" protesku menebas Han tapi langsung ditampis oleh Han
"Apa aku menciummu itu tidak diperbolehkan istriku?" gumam Han pelan, tangan kanannya mengambil sesuatu di balik jasnya dan memberikannya kepadaku
"Apa ini?" gummaku bingung
"Bacalah...Itu surat dari dewan tertinggi" gumam Han dingin
"De... Dewan tertinggi? Ternyata kau pengkhianat Han!!!" teriak semua mafia pemberontak kesal
"Berisik!!" gerutuku mengambil pistol milik Han dan menembak mereka semua. Aku kembali membaca surat yang terdapat cap dewan tertinggi
Salam sejahtera, kami dewan tertinggi akan mengundang ketua mafia penguasa gelap beserta wakilnya ke markas dewan tertinggi. Undangan ini resmi dan tidak dapat diganggu gugat, apabila ketua dan wakilnya tidak bersedia datang maka PAKSA!!!
"Tunggu ini pemaksaan!!" protesku terkejut
"Itu perintah Sani"
"Kenapa mereka ingin bertemu denganku dan juga kak Fadil?" gumamku dingin
"Itu rahasia Sani, yang penting kamu ikut dengan kami!!"
"Heeh buang - buang waktuku!!" gerutuku membuang surat itu dan berjalan pergi, tiba - tiba Han menggendongku dan Fadil di kelilingi anggota dewan tertinggi lainnya
"Jangan salahkan aku memaksamu istriku..." gumam Han memukul belakang leherku yang membuat tubuhku lemas
"Dasar Han bo... Doh" desahku dan aku pingsan di pelukan Han, walaupun aku tidak tahu kemana Han membawaku pergi tapi pukulan Han membuatku tidak sadarkan diri