Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 27 - Episode 27 : Putri Dan Yanyan Di Culik

Chapter 27 - Episode 27 : Putri Dan Yanyan Di Culik

Di meja makan ini aku menyantap makananku dengan Satria, Xiao, Fadil, dan tentu saja dua kembar yang menyebalkan beserta Putri. Padahal aku memohon agar dua pria itu segera pulang tapi aku dimarahi Fadil karena mengusir para petinggi sehingga membuatku kesal

"Kamu masih marah Sani?" gumam Fadil menatapku

"Ya, kenapa tidak menyuruh mereka pergi saja sih!!" gerutuku kesal

"Ibu mengusirku?" gumam Putri sedih

"Eehh... Mmm tidak tidak bukan kamu kok Putri" gumamku terbata - bata melihat muka Putri yang sedih

"Benarkah?"

"Hemm iya" desahku mencoba tersenyum manis. "Astaga aku lupa dengan anak kecil ini"

"Sudah tahu kan Sani alasannya kenapa aku memarahimu" gumam Fadil pelan

"Heemm emang gara - gara kakak sih, capek - capek aku kabur tahu!!" gerutuku pelan

"Ya salah sendiri melakukan janji setia, sudah tahu kamu akan terikat" sindir Xiao santai

"Udah ah lupakan..." desahku meletakkan alat makanku

"Fadil temui aku di tempat biasa, dan jangan berutahu siapapun" gumamku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan keluar ruang makan

"Baiklah!!" teriak Fadil memakan makanannya

Aku berjalan ke ruang kerjaku dan menekan tombol di belakang fotoku dengan Satria, pintu rahasia terbuka dan aku menuruni tangga menuju ke ruangan bawah tanah, ruangan bawah tanah ini aku gunakan untuk rapat dengan Fadil saja

"Huummm.." desahku terduduk di kursiku

"Apa yang aku lakukan ya? Aku tidak yakin dengan rencanaku... Astaga" gumamku membenturkan kepalaku di meja

"Sani apa yang kamu lakukan!!" protes Fadil memegang kedua lenganku

"Aku pusing, aku tidak tahu harus apa" gumamku pelan

"Apa kamu khawatir dengan rencananya?"

"Iya kakak, aku.. Aku tidak yakin akan berhasil" desahku pelan

"Hmmm yakinlah adikku... Ini rencana yang sangat bagus tahu"

"Tapi aku tidak yakin..."

"Ya kakak tahu apalagi kamu sudah lama tidak bertarung kan itulah kenapa kamu sangat khawatir" gumam Fadil menenangkanku

"Kalau rencana ini gagal apa yang harus aku lakukan?"

"Tenang saja, aku punya rencana lainnya" gumam Fadil memberiku secarik kertas

"Oh... Mmm menarik" desahku meletakkan kertas itu di meja

"Apa kita lakukan rencana kakak saja?"

"Pakai rencanamu saja dulu untuk mengecoh sekutu dan lawan. Kalau kita melakukannya bersama dengan dua ketua tertinggi itu aku rasa kita akan gagal" gumam Fadil serius

"Ya itulah yang aku takutkan kakak, nanti aku tidak bisa bebas" desahku pelan

"Makanya untuk menghindar kalau hal itu terjadi, aku sudah meminta Xiao Min untuk membuat ulang rencananya sehingga tidak melibatkan kamu didalamnya"

"Oh baguslah, kapan peperangan itu dimulai?" desahku pelan

"Tidak ada yang tahu, apalagi salah satu ketua mafia pemberontak masih sakit keras"

"Siapa namanya?"

"Aku tidak tahu... Dan mata - mata kita juga tidak tahu"

"Ohh..." desahku menyandarkan tubuhku di kursi

"Kemungkinan besar kita harus menyelesaikannya sebelum fajar tiba.." desahku pelan

"Ya, saat fajar tiba pasti bantuan mereka akan datang " gumam Fadil menyambung perkataanku

"Yups, seperti di masa lalu" desahku pelan

Krriiiinnnggg

Tiba - tiba handphoneku berbunyi keras, aku melihat layar teleponku dan menyadari kalau Lan yang meneleponku

"Sani kamu dimana?" gumam Lan panik

"Aku sedang rapat dengan Fadil, ada apa?"

"Putri di culik, Fiyoni tidak bisa mengendalikan dirinya"

"Tunggu... Apa? Kapan?" tanyaku terkejut

"Tidak tahu, Satria yang memberitahukan kami. Awalnya mereka berdua yang diculik, karena Yanyan bersama dengan Satri jadi dia juga di culik tapi Satria berhasil meloloskan diri dan dia terluka... Kami berada di ruang tamu"

"Ter... Terluka? Baiklah aku akan menemui kalian" gumamku menutup telepon Lan memasukkan kertas dari Fadil

"Ada apa Sani?"

"Putri, Yanyan dan Satria diculik, tapi Satria berhasil meloloskan diri hanya terkena luka kecil " gumamku pelan

"Ooh syukurlah kalau Satria bisa menggunakan ilmu yang aku ajarkan" desah Fadil bangga

"Benar, tapi masalahnya kak Fadil ada disini dan dia sangat marah katanya kak Lan" gumamku melangkahkan kakiku menaiki tangga

"Ya pastilah, dia ayahnya" desah Fadil pelan

"Hmmm" desahku terus melangkahkan kakiku menuju ke ruang tamu. Di ruang tamu aku melihat Fiyoni yang sangat marah dan Satriaku yang berdarah

"Satria... Kamu tidak apa - apa?" gumamku terkejut

"Ti... Tidak ibu, tapi Satria gagal menyelamatkan Putri" gumam Satria sedih

"Bagaimana kalian bisa di culik?"

"Tadi saat kami bermain tiba - tiba ada banyak orang membawa senjata dan ada yang memukulku dan Putri sampai kami terjatuh ibu..."

"Aku ingat salah satu orang jahat itu memakai kalung kristal seperti milik ibu" gumam Satria pelan

"Kalung kristal? Jangan - jangan... Apa kalian terluka?" desahku terkejut

"Putri tidak ibu tapi kepalaku terkena batu, untung aku bisa lolos ibu. Tapi aku tidak bisa menyelamatkan Putri dan bibi" gumam Satria menangis

"Hmmm tenang saja jangan dipikirkan, kamu istirahatlah dulu" gumamku mengobati luka di kepala Satria

"Sani..." desah Xiao menatapku

"Kakak, bawa Satria ke kamar dan tolong jaga dia ya. Nanti kalau Satria demam tolong bawa ke rumah sakit" desahku tersenyum

"Ibu mau kemana?"

"Ibu akan menyelamatkan Putri anakku, jadi jangan khawatirkan ibu ya"

"Tapi ibu mereka membawa senjata"

"Ibu juga punya, jadi jangan khawatir" gumamku mencium pipi Satria dan Satria hanya terdiam

"Tolong ya kakak"

"Oh mmm baiklah" desah Xiao menggendong Satria dan pergi ke kamarnya

"Siapa yang menculik anakku? SIAPA!!!!" teriak Fiyoni sangat kesal

"SIAPA!!!!" teriak Fiyoni memecahkan barang - barang di sekitarnya

"Tenanglah Fiyoni, kita akan menyelamatkannya!!" gumam Lan mencoba menenangkan Fiyoni

"Menyelamatkannya? Pasti akan telat, putriku pasti tersiksa!!!" teriak Fiyoni kesal, aku segera memeluk Fiyoni dan mengusap punggungnya lembut

"Tenang Fiyoni, kita akan menyelamatkannya aku akan membantumu" gumamku pelan

"Tapi kita tidak tahu dimana!!" protes Fiyoni kesal

"Aku tahu dimana..." desahku pelan

"Apa benar kamu tahu Sani?" tanya Lan terkejut

"Ya, kata Satria ada yang memakai kalung kristal sama sepertiku..."

"Dan yang mempunyainya hanya keluarga Li..." gumam Fadil dingin

"Keluarga Li?? Awas saja mereka!!" gerutu Fiyoni kesal dan mendorongku, aku segera menggenggam tangan Fiyoni erat

"Lepas Sani!!"

"Enggak!!"

"Lepas enggak!!!!" teriak Fiyoni kesal, aku segera mencium bibirnya yang membuat Fiyoni terkejut

"Kamu tidak akan berhasil melakukannya hari ini, wilayah mereka luas dan tidak tahu akan dibawa kemana mereka... Aku tinggal di keluarga Li bertahun - tahun masih belum mengerti sudut mana saja. Jadi aku akan mengirimkan mata - mataku untuk mencari posisi mereka, dan kamu tenanglah dulu"

"Tapi ... Tapi..."

"Percaya padaku, mereka melakukan itu agar aku muncul di depannya dan kalian tahu kan apa yang. terjadi kalau musuh bertindak dahulu" gumamku dingin

"Perang dimulai.." gumam Lan pelan

"Betul sekali, mereka menculik anak kita karena mereka tahu anak kitalah yang menjadi kelemahan kita"

"Sani... Apa kamu tahu rasanya anakmu diculik dan terluka!!!" teriak Fiyoni kesal

"Tahu, dan kamu tahu sendiri kan apa yang aku lakukan saat anakku terluka. Aku pasti akan bertindak seperti itu lagi dan malah lebih kejam tapi, karena keluarga Li memiliki wilayah yang luas jadi percuma kamu menyerang mereka seorang diri Fiyoni, kamu akan mati dan anakmu juga akan mati" desahku dingin

"Ma.. Mati?" gumam Fiyoni lemas

"Ya, kamu tahu kan keluarga Li seperti apa Fiyoni. Kamu tidak tahu celah mereka seperti apa jadi jangan lakukan hal konyol dulu" gumamku pelan

"Hmmm betul juga kata Sani, kita pikirkan lagi cara terbaiknya Fiyoni. Aku juga akan melakukan sesuatu..." gumam Lan serius

"Hmmm..." desah Fiyoni terduduk di kursi sofa

"Fiyoni sebaiknya kamu istirahat saja dulu, biar kami memikirkan caranya" gumam Fadil dingin

"Aku tidak bisa, aku kepikiran..." gumam Fiyoni pelan

"Hmmm tolong Sani antar dia" gumam Lan menarik tangan Fadil pergi dari ruang tamu

"Aku? Hufft baiklah" desahku menarik tangan Fiyoni pergi dari ruang tamu

"Kamu mau mengantarku kemana?"

"Ke kamar, kamu harus istirahat"

"Tidak mau, aku harus mencari anakku!!" protes Fiyoni berusaha berlari

"Fiyoni jangan kayak anak kecil lah!!"

"Aku harus mencari anakku!!!" teriak Fiyoni berusaha melepaskan genggamanku

"Hmm jangan salahkan aku Fiyoni" desahku memukul titik syaraf Fiyoni yang membuat Fiyoni lemas

"Sudah aku bilang jangan melakukan hal konyol dan kamu tahu itu.." gumamku berusaha menarik Fiyoni masuk ke dalam kamar

"Kamu tidak tahu perasaanku Sani, anakku diculik seperti itu" desah Fiyoni pelan

"Ya aku tahu, apa kamu kira aku santai? Mereka melukai anakku untuk ke dua kalinya jadi aku harus membalaskan dendam itu!!" gumamku membuka pintu kamar Fiyoni dan membaringkannya

"Huuuhh kamu sangat berat" desahku memukul kembali titik syarafnya yang membuat tubuhnya bisa bergerak lagi

"Kamu istirahatlah, kalau kamu kabur diam - diam dari rumah ini. Jangan salahkan aku membiusmu" gumamku berjalan meninggalkan Fiyoni tapi tangan Fiyoni memegangerat tanganku

"Sani temani aku..." desah Fiyoni pelan

"Aku mau ikut rapat!!"

"Aku mohon.." gumam Fiyoni pelan

"Hemm baiklah" desahku terduduk di sebelah Fiyoni, Fiyoni memelukku erat dan hanya tangis yang aku dengar saat ini

"Hmm tenanglah Fiyoni"

"Aku sangat sedih Sani!!! gumam Fiyoni pelan

"Ya aku tahu, aku juga merasakannya Fiyoni"

"Hmmm tapi!!"

"Tidak ada tapi - tapi? Udah jangan dipikirkan. Kamu harus istirahat!!"

"Sani berbaringlah, aku ingin memelukmu" gumam Fiyoni pelan

"Hmmm baiklah" desahku berbaring di sebelah Fiyoni dan Fiyoni langsung memelukku erat

"Sani tolong selamatkan anakku" gumam Fiyoni pelan

"Ya aku akan berusaha menyelamatkannya Fiyoni" gumamku mencoba tersenyum

"Sani ... Makasih" gumam Fiyoni menciumku, aku berusaha mendorong Fiyoni tapi pelukannya sangat erat yang membuatku tidak bisa melakukan apapun

"Hmmm" desahku mengalah. "Astaga ...." desahku dalam hati

Aku mengusap lembut rambut Fiyoni, Fiyoni melepaskan ciumannya dan tertidur pulas

"Hmmm kamu seperti saat kecil Fiyoni tukang cengeng sepertiku" desahku menghapus air mata Fiyoni pelan

"Untungnya kamu memiliki kembaran yang kuat seperti Lan kalau tidak pasti kamu akan berakhir sepertiku" desahku pelan

"Tapi bagaimana ya caranya? Apa aku harus bertukar dengan mereka berdua ya, apalagi mereka pasti mencariku... Tapi hmmm tidak tahulah aku pusing" desahku pelan

"Selamat tidur Fiyoni, aku akan membantumu kok" desahku memeluk erat Fiyoni, aku merasa kalau pipinya bergerak seperti dia tersenyum kepadaku dengan diam - diam. Tapi aku tidak peduli akan hal itu, yang aku pikirkan bagaimana aku bisa membalaskan dendam karena keluarga Li melukai anakku