Aku dan Fiyoni mengikuti beberapa agenda rapat dan pertemuan setelah aku resmi menjadi sekretarisnya bahkan setelah pertemuan pertama yang aku lakukan setelah menjadi sekretaris Fiyoni itu sukses Fiyoni terus mempercayakanku tentang semua tugas - tugas perusahaan miliknya
Sudah hampir setahun aku bekerja dengan Fiyoni dan sudah lebih dari ratusan pertemuan dan pesta aku lalui tapi aku masih betah menjadi sekretarisnya. Bagaimana aku tidak betah kalau Fiyoni selalu baik kepadaku bahkan dia memfasilitasi semua anggota mafiaku dengan fasilitas yang memadai, apalagi kerjasamaku dengan Fiyoni belum aku lakukan sama sekali
Hari ini kami ada jadwal pertemuan beberapa ketua mafia tertinggi dan harus menginap. Jadi Putri tidak bisa ikut serta sehingga hanya aku dan Fiyoni yang ikut dalam acara itu. Karena kali ini bukan Fiyoni mengendarai kendaraannya jadi Fiyoni duduk di sebelahku dengan santai sedangkan aku hanya terdiam di sampingnya
"Apa kamu capek?" gumam Fiyoni menatapku lembut
"Ya, agak sedikit capek"
"Ya memang beberapa bulan ini jadwal sangat padat..." desah Fiyoni memijit bahuku pelan
"Tidak perlu kamu pijitin Fiyoni"
"Tidak apa, aku hanya ingin memijitimu saja" gumam Fiyoni pelan
"Hmmm... Fiyoni, kalau mantan istrimu menikah lagi bagaimana?" gumamku menatap Fiyoni serius
"Aku tidak tahu, tapi pastinya aku akan sangat sedih dan kecewa" desah Fiyoni pelan
"Kenapa? Kalian kan sudah cerai"
"Ya aku tahu, cuma aku akan tetap kecewa. Aku belum mendapatkan pengganti tapi dia malah mendapatkan penggantiku dengan mudah" desah Fiyoni pelan
"Apa kamu mencintainya?"
"Ya aku mencintainya tapi dia tidak mencintaiku" gumam Fiyoni menundukkan kepalanya, aku memegang lembut tangan Fiyoni. Aku tahu apa yang dirasakan Fiyoni sama denganku, aku berusaha mencintai Han dan menerima Han tapi aku hanya dianggap alat oleh keluarga Li yang membuatku sangat sakit
"Tidak apa, ada wanita lain yang bisa mencintaimu kok. Jangan sedih seperti itu..." gumamku menyemangati Fiyoni, Fiyoni memelukku erat yang membuatku kesulitan bernafas
"Terimakasih udah menghiburku" desah Fiyoni mencium keningku lembut
"Ka.. Kamu menciumku?" gumamku terkejut
"Ya hanya ciuman terimakasih saja, apa itu mengganggumu?" desah Fiyoni sedih
"Hmmm tidak apa" desahku mengalah
"Makasih" gumam Fiyoni memelukku erat
"Ya ya ya tapi jangan seperti itu aku tidak bisa bernafas" gumamku mendorong Fiyoni
"Oh mmm maaf" gumam Fiyoni melepaskan pelukannya
"Hmmm" desahku menarik nafas panjangku dan menyandarkan tubuhku
"Apa masih lama?" gumamku pelan
"Baru saja beberapa jam loh"
"Ya aku tahu tapi aku hanya bertanya saja" gumamku pelan
"Sebentar lagi sampai, nanti saat pertemuan kamu tidak perlu ikut jadi kamu hanya menemaniku saat pesta. Apa kamu mengerti?"
"Ya aku mengerti" desahku pelan
"Benahin rambutmu yang berantakan itu"
"Hei kau yang membuat rambutku berantakan!!" protesku kesal
"Hehehe iya maaf" desah Fiyoni membuka pintu mobilnya
"Oh udah sampai? Aku kira masih jauh" desahku terkejut
"Kan aku bilang sebentar lagi sampai... Jadi ya udah sampai lah" gumam Fiyoni menggandeng tangan kananku berjalan ke dalam sebuah gedung pencakar langit di depan kami
Di dalam pesta aku melihat banyak sekali tamu undangan yang berpakaian mewah dan terlihat kalau mereka orang kaya dan terpandang. Jika di bandingkan dengan petinggi di Inggris, petinggi di Amerika ini lebih terpandang dan lebih elit dari pada mereka yang ada di Inggris
Saat Fiyoni masuk ke dalam gedung, aku melihat banyak tamu undangan yang membungkukkan badannya ke arah Fiyoni dengan sopan, walaupun aku sudah terbiasa dengan hal ini tapi aku masih sedikit tidak terbiasa dengan hal ini
"Pertemuanmu kapan?" tanyaku pelan
"Belum tahu, belum ada kabar. Jadi kita melakukan pesta saja dulu" gumam Fiyoni terus menggandeng tanganku lembut ke sebuah meja yang dipenuhi dengan banyak makanan enak
"Kamu mau makan apa?"
"Mmm aku tidak tahu" desahku pelan dan melihat makanan yang berjejer rapi di depanku
"Makan saja apapun yang ingin kamu makan, tapi jangan mengambil wine..."
"Kenapa..."
"Jangan nanti kamu mabuk seperti dulu lagi ntar aku juga yang susah" desah Fiyoni dingin
"Tapi... Baiklah" desahku mengalah
"Hei kamu jangan banyak minum juga!!" protesku kesal
"Aku sudah biasa minum banyak seperti ini" desah Fiyoni terus meneguk minumannya
"Kalau kamu mabuk, aku akan membuangmu Fiyoni!!" gerutuku dingim
"Tenang saja, aku sudah kebal" desah Fiyoni terus meminum minumannya sedangkan aku memakan beberapa kue manis
Disaat aku menikmati pesta, aku melihat Han dengan seorang wanita cantik di sampingnya, kami saling bertatapan lama dan membuatku sangat sakit melihatnya
"Sani... Ayo kita pergi.." desah Fiyoni pelan
"Kenapa?"
"Yang disebelah Han itu... Mantan istriku" desah Fiyoni pelan, aku melihat disekitar mereka berdua tidak menemukan Satria, mungkin Satria tidak di ajak ke pesta itu. Han terus menatapku dengan tatapan sedihnya dan tanpa berkata apapun
"Ohh baiklah, mari kita pergi" desahku berbalik dan berjalan menjauh dengan Fiyoni
Dari wajahnya terlihat sekali Fiyoni sedih, aku mengusap punggungnya pelan agar dia lebih tenang
"Sani, aku sangat sedih..." desah Fiyoni pelan
"Hmmm mau istirahat?" gumamku pelan dan Fiyoni menganggukan kepalanya pelan
"Dimana kamarmu?"
"Di lantai tiga no 27" gumam Fiyoni pelan
"Oh baiklah.." desahku menggandeng tangan Fiyoni memasuki lift. Fiyoni terus menundukkan kepalanya dan terdiam. Saat pintu lift terbuka, aku menggandeng tangan Fiyoni ke kamar nomor 27, satu persatu kamar aku lihat dan akhirnya aku menemukan sebuah pintu kamar yang terletak di ujung lorong lantai 3. Aku membuka pintu kamar dan Fiyoni langsung berlari ke tempat tidur dan menangis sejadi - jadinya
"Fiyoni tenanglah..." desahku mengusap lembut rambutnya
"Sani... Aku sangat sakit, apa salahku coba dia memilih suamimu" teriak Fiyoni kesal
"Hmmm aku tahu apa yang kamu rasakan Fiyoni, aku juga sama sakit, aku juga ingin memarahi Han tapi aku berpikir selama Han bisa menjaga Satria dengan baik, aku tidak masalah dia dengan siapa saja. Belajar mengikhlaskan itu perlu walaupun sakit" desahku menahan air mataku
Aku juga merasa sangat sakit tapi aku tidak ingin menangis di depan orang lain apalagi di depan Fiyoni
"Tapi Sani, aku... Aku tidak memiliki siapapun lagi selain Putri, aku sangat kesepian" gumam Fiyoni terus menangis
Aku mengusap pipinya lembut dan menatapnya serius. Menenangkan pria yang sakit hati lebih susah dari pada menenangkan seorang wanita.
Aku mengangkat kepalanya dan menjadikan pahaku tumpuan tangisnya, aku terus mengusap rambutnya lembut
"Hmmm tenang saja ada aku disini" gumamku pelan, Fiyoni hanya menatapku dengan mata sembabnya dan kembali menangis
Kriiinngggg
Tiba - tiba handphone Fiyoni berdering keras, aku mengambil handphonenya di saku jasnya dan melihat pemimpin salah satu perusahaan meneleponnya
"Fiyoni ada telpon"
"Biarlah, aku tidak ingin ikut rapat" gumam Fiyoni terus menangis. Belum juga aku angkat telponnya sudah mati, aku mengirimi pesan kepada orang itu dan langsung di balas oleh orang itu
"Katanya pertemuannya besok Fiyoni"
"Biarlah..." desah Fiyoni pelan dan bersikap manja kepadaku
"Kamu tidur saja ya biar kamu tidak sesedih ini" gumamku pelan
"Temani aku tidur Sani"
"Tapi kan aku harus ke kamarku"
"Hanya ada satu kamar disini jadi kamu malam ini tidur bersamaku"
"APA?" teriakku kencang
"Ya jadi temani aku disini" gumam Fiyoni mendorongku dan memelukku erat
"Eee... Mmm Fiyoni bisa tidak kamu tidak melakukan ini" gumamku mencoba melepaskan pelukannya
"Tidak mau..." gumam Fiyoni terus memelukku
"Fiyoni, jangan seperti anak kecil lah!!" gumamku membalikkan tanganku dan menatap Fiyoni serius. Bukannya Fiyoni melepaskan pelukannya malah menciumku dengan lembut. Aku berusaha melawan tapi Fiyoni duduk di atasku sambil menahan kedua tanganku dengan kedua tangannya
"Fi... Fiyoni apa yang kamu lakukan?" tanyaku terkejut, Fiyoni terus menciumku lembut dan membuat wajahku dan wajahnya memerah
"Sani, aku mencintaimu" gumam Fiyoni menatapku dengan mata sembabnya, aku terkejut dengan perkataan Fiyoni barusan, mencintaiku? Kenapa bisa?
"A... Apa kamu bercanda?" tanyaku terkejut
"Tidak, aku benar - benar mencintaimu dari dulu... Aku benar - benar menginginkanmu" desah Fiyoni kembali menciumku
"Apa otakmu bermasalah?" gumamku bingung
"Tidak... Aku... Aku mencintaimu" desah Fiyoni pelan dan tertidur di atasku
"Hmm, kamu jangan minum banyak wine kalau kamu seperti ini ujung - ujungnya..." desahku berusaha memindahkan tubuh Fiyoni yang berat itu di sebelahku. Aku merebahkan tubuhku di sebelah Fiyoni yang tertidur itu sebelahku. Aku mengusap lembut wajah Fiyoni dan menciumnya pelan
"Kalau aku bertemu denganmu lebih awal, aku sudah memilihmu dari dulu Fiyoni..." desahku tersenyum pelan
"Tapi, ternyata aku dan kamu memiliki nasib yang menyedihkan. Sangat lucu bukan kita ketua mafia yang dikenal kejam tapi memiliki nasib cinta yang menyedihkan" desahku pelan
"Haaahhh hidup yang sangat menyebalkan ya Fiyoni" desahku memejamkan kedua mataku dan meneteskan air mataku secara diam - diam. Rasa sakit di hatiku melihat suamiku bersama wanita lain, sakit hati yang hanya bisa aku tahan saat ini, aku harus menahannya sampai aku benar - benar bertemu dengan Satria anakku