Waktu terus berlalu, aku dan Fadil hidup di rumah Fiyoni sudah lebih dari tiga tahun, Putri anak dari Fiyoni semakin akrab denganku dan selalu menganggapku sebagai ibu kandungnya padahal aku bukan ibu kandungnya sama sekali. Dan Fiyoni setelah melakukan janji setianya kepadaku, dia sekarang menjadi manja kepadaku tapi tetap mankutkan di depan semua orang
Putri sering mengajakku pergi ke sekolahnya, jalan - jalan bersama atau bahkan mengikuti pesta ataupun pertemuan dengan Fiyoni, Putri selalu mengajakku ya hampir mirip ibu dan anak kandung
Hari ini Fiyoni ada rapat dengan beberapa ketua mafia pusat, untungnya Wan Li tidak hadir dalam rapat kali ini jadi aku sangat merasa aman. Awalnya rapat ini dilakukan dengan biasa saja tapi semakin lama hatiku sedikit terasa sakit saat Cantika bilang kalau Han akan menikah dengan wanita lain yang merupakan mantan istri Fiyoni. Fiyoni mendengar kabar itu langsung terdiam tanpa kata
"Ya, aku tidak berbohong. Han sekarang dengan Rafaela" gumam Cantika menyerahkan secarik kertas undangan pernikahan Han dan Rafaela
"Undangan pernikahan ya?" desahku pelan, aku melihat Fiyoni hanya menatap undangan itu dengan tatapan kosongnya
"Ayah ibu kenapa?" tanya Putri menatap kami berdua bingung
"Ee.. Mmm tidak apa sayang" gumamku pelan
"Apa ayah dan ibu bersedih gara - gara Putri nakal?"
"Tidak sayang, Putri anak yang baik" gumamku mengusap lembut rambutnya
"Hehehe Putri sayang ibu.." gumam Putri memelukku erat
"Fiyoni jangan kau jadikan beban seperti itu yang terpenting Putri senang untuk saat ini tidak masalah loh" gumam Wilna menyemangati Fiyoni
"Hmmm ya benar, melihat Putri senang saja aku sudah sangat bahagia" gumam Fiyoni pelan dan Putri hanya tertawa manja
"Oh ya Fiyoni, malam nanti ada pesta kalau berdua harus ikut!!"
"Pesta apa?" tanyaku bingung
"Pesta ulang tahun Wan Li kakaknya Han"
"Aku malas" gumam Fiyoni dingin
"Baiklah aku akan datang" gumamku serius
"Kenapa kamu ingin ikut?" tanya Fiyoni terkejut
"Disana ada Han dan pasti akan ada anakku, aku ingin tahu bagaimana keadaannya setelah tiga tahun tidak bertemu" gumamku pelan
"Ibu punya anak?"
"Ya... Anak laki - laki, dia manis sepertimu"
"Oh benarkah? Aku ikut ibu.."
"Tapi tanya dulu ayahmu"
"Ayah aku ikut ya.. " gumam Putri manja
"Tidak perlu"
"Ayah aku ikut!!"
"Enggak"
"Aku ikut ya ikut!!!" protes Putri dingin
"Eee.. Mmm baiklah, nanti ayah juga ikut" desah Fiyoni mengalah
"Hahaha Fiyoni kalah dengan anak kecil" tawa Jail keras
"Diamlah!!" gerutu Fiyoni menatap Jail dingin
"Iih menakutkan" gerutu Jail pelan
"Kau juga udah tahu Fiyoni posesif, untung ada anaknya disini kalau tidak udah dibunuhnya kamu" tawa Cantika dan diikuti ketua mafia pusat lainnya
"Jadi kita akan bersama kesana?" tanya Wilna bingung
"Mmm bolehlah" desah Fiyoni beranjak dari tempat duduknya
"Mari Putri..." gumam Fiyoni menggendong Putri keluar ruangan dan disusul oleh ketua mafia pusat lainnya
Kami ikut pesta itu menggunakan beberapa mobil mewah dan hanya Cantika serta Wilna yang ikut dimobil Fiyoni. Aku menatap Fiyoni yang sesekali menatap jalanan dengan tatapan kosong. Aku memegang lembut tangannya dan menatapnya pelan
"Tenang saja, ada aku Fiyoni" gumamku tersenyum. Fiyoni menghela nafas panjang dan berusaha tersenyum kearahku
Beberapa jam kami berkendara akhirnya kami sampai ke pesta ulang tahun Wan Li yang diadakan di negara Amerika ini. Fiyoni turun dari mobil sambil menggendong Putri diikuti oleh aku dan ketua mafia pusat lainnya masuk ke dalam pesta
Pesta ketua mafia pusat kedua sangat mewah dan dihadiri banyak tamu yang datang dari seluruh dunia. Aku berjalan pelan sambil melihat keberadaan Han, aku tidak sabar ingin bertemu dengan Satria walaupun hanya melihatnya dari jauh
"Apa kamu sudah menemukannya?"
"Belum..." desahku pelan. Di depanku aku melihat Wan Li yang sangat tampan berdiri menunggu kedatangan kami
"Hei kamu datang Fiyoni... Tumben kamu mau datang" gumam Wan Li dingin
"Kalau bukan Sani yang meminta aku tidak ingin datang" gerutu Fiyoni dingin
"Sani?" gumam Wan menatapku terkejut
"Ohh... Mmm hai kak Wan" gumamku tersenyum
"Kamu kemana saja beberapa tahun ini? Han sangat mengkhawatirkanmu!!"
"Mengkhawatirkanku? Dan akan menikah dengan mantan istri Fiyoni? Apa itu yang disebut mengkhawatirkanku?" gerutuku dingin
"Itu bukan seperti yang kamu pikirkan Sani!!"
"Aku tidak peduli, dimana Satria?" gumamku dingin
"Mau berbuat apa bertemu dengan Satria?"
"Aku ibunya, aku hanya ingin melihat anakku. Apa itu salah!!" protesku kesal
"Hmm dia sedang di belakang dengan Han dan Rafaela"
"Kau jangan..."
"Aku tidak akan merebutnya kalau Han menjaganya dengan baik tapi kalau ada yang melukainya, aku tidak segan melukainya!!" gerutuku dingin, Wan hanya menundukkan wajahnya dan terdiam
Aku segera berjalan menuju ke belakang pesta, Fiyoni memegang tanganku lembut dan menemaniku menuju ke belakang. Di belakang pesta aku melihat Han sedang mengobrol dengan seorang wanita cantik, wajahnya mirip dengan Putri dan di sebelah Han ada Satria kecilku yang sedang memakan kue
"Kamu sudah melihatnya kan?" gumam Fiyoni pelan
"Ya, aku senang dia baik - baik saja" desahku pelan
"IBU!!!" teriak Putri dan Satria bersamaan.
Satria berlari memeluk kakiku dengan erat sedangkan Putri hanya terdiam melihat Rafaela dari jauh.
"Sani.." gumam Han terkejut
"Ibu... Ibu kemana saja? Satria rindu ibu" gumam Satria pelan, aku berjongkok di depan Satria dan memeluknya erat. Di tubuh Satria aku melihat luka bekas tamparan dan pukulan seseorang, melihat luka itu ingin sekali aku marah tapi aku tidak memiliki bukti apapun untuk marah apalagi aku tidak tahu itu perbuatan siapa
"Ibu sedang ada urusan sebentar kok sayang"
"Apa ibu meninggalkanku?"
"Tidak, ibu tidak melakukan itu. Ibu kan sayang Satria" gumamku memeluk Satria pelan
"Ibu... Satria ikut ibu ya... Ibu Rafaela jahat kepada Satria"
"Jahat? Jahat kenapa?"
"Setiap Satria ingin bersama dengan ayah ibu Rafaela memarahiku dan menghukumku ibu.." desah Satria sedih
"Hmmm tenang sayang, ada ibu disini.."
"Ibu Satria ikut ibu!!" gumam Satria memohon
"Tidak bisa nak, kamu bersama dengan ayah saja ya..."
"Satria gak mau!!!"
"Satria dengar kata - kata ibu ya, harus nurut dengan ayah"
"Tapi Satria ingin bersama dengan ibu"
"Ibu akan selalu bersama dengan Satria, jadi jangan khawatir ya" gumamku pelan dan Satria hanya mengangguk pelan
"Ya sudah kembalilah kepada ayahmu" gumamku dan Satria berjalan pelan ke arah Han
Aku berdiri dan akan berjalan meninggalkan tempat itu, belum sampai aku benar - benar meninggalkan tempat itu aku mendengar tangisan Satria, aku menoleh ke belakang dan melihat Rafaela memukul dan menendang Satria dengan kejam. Melihat anakku di lukai seperti itu, aku mengambil pistolku dan menembak tangan Rafaela dan membuatnya terjatuh ke tanah
"Suara apa itu?" tanya Wan menatap kami
"IBUUUUU...!!" teriak Satria berlari kearahku dan memelukku erat
"Sani apa yang kamu lakukan?" protes Wan kesal tapi aku hanya terdiam menatap Han dingin
"SANI!!" teriak Wan kesal, Fiyoni mengangkat tangannya dan membuat semua orang terdiam
Aku berjalan ke arah Han dengan sangat kesal, aku tidak peduli dengan Satria yang ada di belakangku. Aku menodongkan senjataku ke arah Han
"Aku sudah mengatakannya kepadamu, aku tidak masalah kalian menjadikanku alat menghasilkan anak tapi kalian harus menjaga anakku dengan baik dan aku sudah sering kali mengatakannya kepadamu agar menjaga anakku dengan baik tapi kenapa kau membiarkan wanita hina ini menyakiti anakku!!"
Doooorrrr
Aku menembakkan pistolku ke arah Rafaela yang membuat Rafaela terluka parah di depan anaknya dan aku tidak peduli akan hal itu
"Nak jangan lihat ya" gumam Fiyoni menutupi mata Putri dengan kedua tangannya
"Aku tidak peduli dia calon istrimu atau bukan bahkan kau buang aku atau tidak.. Aku tidak peduli... Aku hanya peduli dengan anakku, aku tidak terima melihat anakku penuh dengan luka lebam seperti itu!!" teriakku menembakkan pistolku kearah penjaga yang berjalan kearahku
"Kenapa... Kenapa kau tidak bisa menjaga janji setia kita!! Kenapa kau tidak bisa menjaga perkataanmu untuk menjaga Satria!! Kenapa?!!!" teriakku kesal yang membuat Han menundukkan kepalanya dan semua orang hanya terdiam
"Kamu bilang kamu berbeda dengan kedua kakakmu tapi apa buktinya kamu malah akan menikah dengan wanita hina ini sedangkan aku.. Aku bingung dengan penyelesaian tugasku, kau bilang akan membantuku tapi mana buktinya kau malah tidak mau bersapa denganku setelah kelahiran Satria!! Aku tidak masalah menjadi alat kalian keluarga Li tapi aku tidak mau anakku menjadi korban kalian!!" gerutuku kesal
"Sesuai janji setia kita, aku harus membunuhmu Han..." gumamku dingin sambil membuka kunci pistol itu dan mengarahkannya ke kepala Han. Han hanya menatapku sedih, air matanya menetes pelan di pipinya walaupun aku sangat sedih melihatnya tapi melihat Satria disiksa di depan mataku membuatku kesal
"Sani!! Jangan lakukan itu!!!" teriak Soni berusaha mengambil pistolku tapi dia tidak bisa melakukannya
"Sani dengarkan kakak, jangan lakukan itu!!" gumam Soni serius
"Sani maafkan Han, maafkan keluarga Li. Mereka tidak seperti apa yang kamu pikirkan.. Apa kamu mendengarkanku!!" gumam Soni berusaha terus membujukku
"Sani... Ayah tahu kamu sangat kecewa, tapi tolong maafkan Han" gumam tuan Li memohon
Aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan yang ada dipikiranku saat ini adalah rasa kecewa dengan Han beraninya dia melanggar janjinya sendiri
Belum sempat aku menembakkan pistolku, Satria memeluk kakiku erat
"Ibu jangan bunuh ayah... Satria memohon kepada ibu" gumam Satria pelan sambil terus memelukku
"Ibu Satria mohon" desah Satria menangis keras di bawah kakiku. Mendengar tangisan Satria membuat hatiku luluh, aku menurunkan tanganku, memasukkan pistolku kembali dan menggendong Satria
"Hmmm, iya sayang. Ibu tidak akan melakukannya..." desahku berjalan meninggalkan Han, Han tiba - tiba memelukku dari belakang dan menangis pelan.
"Sani... Aku merindukanmu" gumam Han pelan sambil memegang tanganku erat
"Sani... Jangan tinggalkan aku lagi" desah Han sesenggukan pelan
"Aku akan membawa Satria.." gumamku dingin
"Aku tidak peduli, aku ingin bersama denganmu"
"Bersama denganku? Heeh.. Kau akan menikah dengan wanita hina ini kamu bilang ingin bersamaku? Aku sudah capek..." gumamku berusaha melepaskan diri dari pelukan Han
"Sani dengarkan aku..."
"Tidak ada yang perlu di bicarakan.." gumamku dingin
"Hmmm mending kamu berbicara empat mata dengan Han adikku..." gumam Soni pelan
"Ini urusanku, urusanmu... Urus saja sendiri kakak..." gumamku berjalan pelan
"Sani.. Kenapa kamu tidak mau mendengarkanku!!!" teriak Han keras
"Aku akan mendengarkanmu kalau kamu bisa menjadi ketua mafia pusat dan mampu melawan mafiaku, aku akan mendengarkanmu..." gumamku dingin
"Heeei sombong sekali kau wanita jalang!!!" teriak Rafaela dingin
"Ya aku memang sombong kenapa...Apa kamu kira aku takut denganmu?" gumamku dingin
"Aku putri dari keluarga Zee, penguasa negara China seharusnya kau takut wanita jalang" teriak Rafaela bangga, aku menurunkan Satria dan mengambil pistolku lalu menembak seorang laki - laki tua di pojok
Doooorrr
"A... Ayah!!!" teriak Rafaela terkejut
"Heeeeh? penguasa negara China? Apa kamu bermimpi? Orang tua renta itu saja hanya bawahan keluarga kami yang berkhianat ... sombong kali kau menganggap penguasa China!!" gerutuku dingin
"Si... Siapa kamu?" teriak Rafaela kesal
"Aku... Sani Shin, anak kedua keluarga Shin keluarga penguasa di negara China dan juga ketua mafia penguasa gelap..." gumamku dingin
"Ma.. Mafia penguasa gelap yang dikabarkan memiliki ketua cantik tapi kejam itu..." desah seorang pria terkejut
"Ya, dia memang ketua mafia penguasa gelap.." gumam Soni pelan, tiba - tiba semua orang berlutut kepadaku
"Maafkan kami nona muda, kami tidak tahu itu anda..." gumam seorang pria pelan dan diikuti oleh semua orang
"Sudah lihat kan siapa yang menjadi penguasa sekarang, kalau aku ingin aku juga bisa merebut kedudukan sebagai ketua mafia pusat negara China dengan mudah. Tapi sayangnya aku malas melakukan itu..." desahku kembali menggendong Satria
"Dan kau... Temui aku kalau kau sudah benar - benar kuat dan bukan lagi pria pengecut yang kau katakan dulu... Han.." gumamku dingin dan berjalan meninggalkan pesta mewah itu
Aku masuk ke dalam mobil Fiyoni dengan kesal, aku berusaha menidurkan Satria dan menidurkannya di pangkuanku. Fiyoni masuk ke dalam mobil bersama dengan Putri dan kami kembali pulang dari pesta yang menyebalkan itu. Melihat kejadian yang menyebalkan itu membuat emosiku memuncak, aku tidak bisa mengingat sudah berapa orang yang menjadi korbanku malam ini tapi aku tidak peduli aku hanya peduli dengan anakku yang ada di pangkuanku saat ini