Setelah pertemuan dengan Kak Lan, setiap hari aku berlatih dan terus memikirkan apa yang harus aku lakukan apalagi sekarang ini aku memiliki beban anakku sendiri, aku hidup sendiri tanpa keluarga hanya punya seorang kakak kandung dan kakak tiri saat ini. Walaupun selama ini Satria di asuh oleh Yanyan pelayan di rumah Min ini tapi Satria selalu susah untuk jauh dariku jadi aku tidak bisa sebebas di masa mudaku
Walaupun umur Satria sudah mendekali 10 tahun tapi dia terus saja manja kepadaku seperti anak kecil yang membutuhkan kasih sayang orang tuanya, dan sekarang dia hanya memilikiku sbagai ibu kandunnya sedangkan Han... Aku tidak tahu kabarnya setelah kejadian beberapa tahun yang lalu. Matahari terbenam terlihat sangat indah terpancar di depanku, aku memegang gelas berisi wine dan bersandar di dinding. Apa yang harus aku lakukan? Itulah yang aku pikirkan saat ini
"Ibu... Apa yang ibu sedang bersedih?" gumam Satria menarik pakaianku
"Tidak kok sayang..." gumamku berusaha tersenyum
"Tapi kenapa wajah ibu terlihat bersedih seperti itu?"
"Tidak kok sayang, hanya lelah... Oh ya kamu sudah belajar?"
"Belum ibu"
"Ya sudah kamu belajar dulu lalu makan malam setelah itu kamu harus tidur ya"
"Aku maunya dengan ibu"
"Ibu ada urusan sayang jadi dengan Yanyan saja ya..." gumamku pelan
"Hmm baik ibu.."
"Mari tuan muda" gumam Yanyan mengajak Satria keluar ruangan
Aku membalikkan badanku menikmati matahari tenggelam yang bersinar indah itu, tiba - tiba ada seseorang yang memelukku dari belakang dengan erat, rambut yang mengenai telingaku hanya rambut Fiyoni dan Han yang bisa aku kenali apalagi hanya mereka berdua yang pernah melakukan janji setia denganku
"Huuuhhh...Apa yang kamu inginkan Fiyoni?" desahku meletakkan gelas di mejaku dan melirik Fiyoni di belakangku
"Oh kamu menyadarinya ya..."
"Menurutmu?"
"Kamu bisa mengenaliku Sani..." desah Fiyoni pelan
"Tidak juga...Kenapa kamu tahu aku disini?"
"Apa yang tidak aku ketahui tentangmu wanitaku?" gumam Fiyoni membalikkan badanku dan menatapku dingin
"Heeh wanitamu ya? Sejak kapan aku menjadi wanitamu?" gerutuku kesal, Fiyoni membuka kerahku sedikit dan menunjukkan bekas gigitan janji setia Fiyoni yang masih berbekas di leherku
"Sejak aku melakukan janji setia denganmu"
"Oh... Kamu masih ingat ya, padahal itu sudah berlalu selama dua tahun yang lalu" desahku menarik kembali kerahku
"Aku tidak akan melupakan itu bahkan Putri juga tidak melupakannya... Benarkan anakku?" gumam Fiyoni pelan
"Ya ayah, dia tetaplah ibukku.." gumam Putri memeluk tubuhku erat
"Ohh mmm kamu sudah besar ya Putri" gumamku tersenyum
"Ya ibu, ibu kemana saja? Saat ayah aku tanya, ayah bilang ibu sedang ada urusan sebentar tapi Putri tunggu ibu tidak kembali lagi.." desah Putri sedih
"Hmmm ya ibu sedang ada urusan Putri" gumamku tersenyum
"Apa ibu meninggalkanku seperti ibu kandungku?" tanya Putri serius, tatapan matanya terlihat sangat sedih, aku menghela nafas panjang dan mencoba tersenyum
"Tidak kok, Putri tenang saja" gumamku pelan
"IBUUUUU!!!" teriak Satria berlari memelukku
"Ibu siapa dia?" gumam Putri terkejut
"Ohh ini anak ibu namanya Satria, kamu pasti tahu kan beberapa tahun yang lalu"
"Ohh Satria" desah Putri pelan
"Ibu dia siapa?" tanya Satria bingung
"Dia anak dari paman Fiyoni, namanya Putri" gumamku pelan
"Haai aku Putri Khun..."
"Eee... Mmmm aku Satria Li" gumam Satria malu - malu
"Oh ya Satria, ini ayahku..." ucap Putri menarik tangan Fiyoni
"Salam kenal paman" gumam Satria sedikit membungkukkan badannya
"Jangan panggil aku paman, panggil aku ayah. Kalau anakku memanggil ibumu dengan sebutan ibu jadi kamu bisa memanggilku ayah" gumam Fiyoni mengacak rambut Satria
"Baik ayah..." tawa Satria senang
"Baiklah kalian berdua main sana ya, paman ingin berbicara dengan ayah dan ibu kalian" gumam Xiao Min berjalan membawa beberapa kertas
"Baik paman, ayo Putri" gumam Satria menarik tangan Putri meninggalkan ruang keluarga
"Nah akhirnya kamu bersedia datang Fiyoni" desah Xiao Min terduduk di kursinya
"Kalau kamu tidak bilang kalau Sani ada disini, aku pasti sudah menolaknya"
"Kakak!!! Kenapa memanggil dia sih... Percuma saja aku kabur malam itu!!" gerutuku kesal
"Kemanapun kamu menjauhiku, aku akan selalu mengetahuinya Sani.." desah Fiyoni mencium bibirku lembut
"Ka... Kamu!!!" gerutuku mendorong Fiyoni kesal
"Haish kalian berdua ini..." desah Xiao menggelengkan kepala mematikan lampu utama dan menggantinya ke lampu yang remang - remang
"Kalian duduklah, aku akan memberitahukan sedikit mengenai hasil mata - mata mafia tersembunyi. Ini adalah data nama - nama anggoa mafia pemberontak" gumam Xiao Min memberikan kami kertas yang dia bawa
"I... Ini..." desahku terkejut saat mengetahui kalau kenalan lamaku di mafia menjadi anggota pemberontak bahkan Rafaela, Samuel, San dan keluarga Li juga termasuk
"Ya benar pasti kamu tidak menduganya kan Sani..." desah Fiyoni menatapku dingin
"Apa kakak juga?" tanyaku terkejut
"Aku tidak tahu, cuma itu yang kami dapatkan"
"Lalu apa yang harus aku lakukan?"
"Kamu hanya perlu melawan mereka anggap saja itu adalah sebuah balas dendammu, jadi lakukanlah tanpa ragu" gumam Xiao Min dingin
"Balas dendam? Ya.. Ya... Kakak benar..." tawaku senang
"Hmmm baguslah, tetap jaga dirimu Sani"
"Ya kakak jangan khawatir" gumamku pelan
"Oh ya...Kamu sudah tahu ya Fiyoni.." desah Xiao Min pelan
"Yups betul sekali, bahkan ada lima orang yang menginginkan Sani menjadi istrinya saja aku tahu"
"Li... Lima orang?" tanyaku terkejut
"Yups.. San, Samuel, Han, Lan dan aku.." gumam Fiyoni santai
"Kak.. Kak Lan juga?" tanyaku terkejut
"Kenapa kamu memberitahukannya Fiyoni..." desah seorang pria berjalan di tengah kegelapan, aku menatap pria itu dan terkejut ternyata dia Kak Lan Shi
"Kak Lan Shi?" gumamku berdiri menatap Lan Shi hadir di rumah ini juga
"Tidak ada yang menolak pernyataanku meskipun itu ketua mafia rahasia" gumam Fiyoni dingin
"Ya.. Kalau masalah itu, aku tidak menolak atau membantahnya apalagi ..." desah Lan Shi mengibaskan rambutku ke belakang dan menarik kerah pakaianku
"Aku mencintai Sani dari kami masih anak - anak.." desah Lan menggigit leherku kuat
"Uuukkhh..." rintihku kesakitan
"Aku Lan Shi mengatakan janji setiaku kepadamu, aku akan mencintai dan melindungimu, kamu akan menjadi permaisuri di keluarga Shi dan aku akan terus bersamamu serta mempertahanmu dari pria - pria busuk diluar sana walaupun hidup matiku menjadi taruhannya aku akan tetap bersedia menjadi suamimu Sani, janji setiaku tidak akan aku langgar bahkan kalau aku melanggarnya hidupku ada di tanganmu dan hidupku menjadi milikmu selamanya..." desah Lan melepaskan gigitannya di leherku dan tersenyum kearahku
"Ka... Kak Lan mengucapkan janji setia?" gumamku memegang leherku yang berdarah
"Ya dan ini janji setia keduaku yang ke dua kepadamu" gumam Lan mengambil obat luka dan mengobati leherku
"Kedua?" teriak Fiyoni dan Xiao terkejut
"Ya, aku pernah mengucapkan janji setiaku kepada Sani saat kami masih kecil bahkan bekasnya masih ada sampai sekarang" gumam Lan membuka dua kancing pakaianku dan menunjukkan bekas gigitan di dada kananku
"Kak Lan malu lah!!!" gerutuku kembali mengancingkan pakaianku
"Hebat ya Sani kamu bisa mempunyai tiga janji setia dari tiga orang sekaligus. Sebenarnya siapa kekasih hatimu dimasa lalu Sani?" gumam seorang pria berjalan dari kegelapan, aku melihat Rendy, ketua mafia pusat dan mafia tersembunyi berjalan kearah kami
"Kekasih hatiku ya?..." desahku terduduk di kursiku
"Kak Lan dan Fiyoni" desahku pelan
"Apa!!!" teriak semua orang terkejut
"Ya itulah kenyataannya.. Dan janji setia pertama yang mengucapkannya kepadaku hanya Kak Lan" desahku pelan
"Kamu masih ingat ya Sani" desah Lan terduduk di sebelahku
"Ya, dan kamu membuktikan janji setiamu kak Lan.." desahku pelan
"Janji setia ketua apa?" tanya Xiao Min bingung
"Janji setiaku aku ucapkan saat aku akan meninggalkan Sani karena suatu tugas, aku berjanji kepadanya akan menemui dia dimanapun dan apapun kondisinya aku akan menerimanya dan juga aku berjanji kepada Sani akan menjadi ketua mafia tersembunyi suatu saat nanti" gumam Lan Shi santai
"Itulah kenapa dia memberikan sedikit kode kepadaku saat di markas rahasia aku langsung mengetahuinya.." desahku bersandar di kursiku
"Ohh pantas saja ketua langsung beranjak dari tempat duduknya dan memohon kepadamu biasanya ketua akan melakukan kekerasan agar bersedia membantu kami.." desah Xiao Min pelan
"Yups benar, dan hanya Sani yang bisa membuatku menunjukkan wajahku dan terus menerus memohon sesuatu kepada seorang ketua mafia saja karena dia wanitaku" desah Lan dingin
"Tidak masalah Sani tetaplah wanitaku juga" gumam Fiyoni dingin
"Heeeh dia wanitaku.." gumam Lan dingin
"Dia wanitaku!"
"Dia wanitaku!!"
"Heei sudahlah kalian berdua!!!" gerutuku menarik pipi Lan dan Fiyoni
"A... Ampun Sani.." desah Lan dan Fiyoni pelan, aku melepaskan pipi mereka berdua dan mereka hanya mengusap lembut pipi masing - masing
"Waaah..." desah semua orang terkejut
"Ini loh pertama kali aku melihat dua orang ketua tertinggi memohon ampun kepada seorang wanita bahkan tanpa dendam.." desah Rendy pelan
"Kelemahan dan kekuatanku hanya... Sani" gumam Lan dan Fiyoni bersamaan
"KAMU!!!" teriak mereka berdua keras
"Haish kalian berdua bisa tidak untuk akur!!!" gerutuku kesal
"Akur untuk memperebutkanmu?" gumam Lan dingin
"Heeeh tidak ada kata akur di dalam kamusku!!" gerutu Fiyoni dingin
"Huufftt... Udah selesai apa belum kak? Kalau udah selesai aku ingin beristirahat" desahku beranjak dari tempat dudukku
"Kalau urusan denganmu sudah selesai, tapi untuk mereka belum. Mungkin mereka akan menginap beberapa hari"
"Ohh... Terserah kakak saja, ini rumahmu yang terpenting... AWAS SAJA KALAU ADA YANG MENYELINAP MASUK KE KAMARKU!!" gerutuku dingin dan berjalan pergi
"Huuhh wanita yang menakutkan" desah seluruh orang pelan
Aku berjalan menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarku, aku mengunci kamar dan bersandar di belakang pintu
"Keluarga Li pemberontak ya?" desahku pelan
"Hmmm tidak aku sangka mereka diam - diam menjadi mafia pemberontak bahkan terbukti saat aku tidak melihat Wan Li mengikuti rapat hari ini" desahku pelan
"Dan lagi... Janji setia dari tiga orang ya... Hmmm betapa murahnya dirimu Sani..." desahku membenturkan kepala belakangku ke pintu dengan keras
"Memang... Sani bodoh!!!" gerutuku terus membenturkan kepalaku dengan kencang
Aku tidak tahu hidupku sekarang seperti apa, padahal janji setia awalnya dilakukan oleh dua ketua untuk menunjukkan kesetiaannya kepada ketua lawan. Tapi seiring berjalannya waktu janji setia malah dilakukan untuk mengikat seseorang agar tidak pergi. Huuuh sungguh menyebalkan!!!