Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 23 - Episode 23 : Menemui Xiao Min

Chapter 23 - Episode 23 : Menemui Xiao Min

Selama semalaman aku tidak bisa tidur, rasa sakit hati masih terasa sampai sekarang. Aku mengambil obat dan mengobati tubuh Satria yang sedang tertidur itu. Aku masih tidak menyangka padahal Satria di pukul dan ditendang di depan mata Han tapi Han hanya terdiam tanpa melawan apapun, kalau bukan Satria yang memintanya sudah aku bunuh Han itu...

Aku menyelimuti tubuh Satria dengan selimut dan terduduk di kursi balkon, aku melihat sinar matahari terbit di depanku. Rumah Fiyoni yang jauh dari kota membuat suasana pagi ini terasa sangat tenang.

Krriiiingg

Suara handphoneku berbunyi keras, aku menatap layar handphoneku ternyata Fasil yang meneleponku

"Hallo"

"Hallo Sani, bagaimana keadaan Satria?"

"Ya dia sedang tertidur"

"Apa kamu benar - benar ingin menghilang lagi?"

"Mungkin, aku tidak ingin terus menerus berada di dekat Fiyoni"

"Tapi kan hanya beberapa tahun saja"

"Satria masih muda, dia masih bisa berkembang"

"Nikmatilah dulu, biarkan Satria menikmati hidup debgan aman dulu"

"Tidak bisa, kalah bisa sekarang!"

"Apa kamu serius?"

"Ya..."

"Oh baiklah aku akan datang"

"Ya terimakasih" desahku memasukan kembali handphoneku

Tiba - tiba ada yang menyelimutiku dengan jas hitam, aku memutar kepalaku dan melihat Fiyoni yang sedang menatapku

"Kamu tidak tidur?"

"Tidak..."

"Kenapa? Kamu sudah 3 hari tidak tidur"

"Tidak apa, aku baik saja"

"Hmmm apa kamu masih memikirkannya" desah Fiyoni terduduk di sebelahku

"Ya..."

"Sudahlah jangan kamu pikirkan, ada aku disini..." desah Fiyoni merangkulku lembut

"Apa kamu tidak marah kepadaku?"

"Marah? Marah kenapa?"

"Ya aku melukai istrimu" desahku pelan

"Dia mantan istriku bukan istriku lagi, lagipula aku berterimakasih kepadamu Sani"

"Terimakasih? Untuk apa?"

"Ya apa yang tidak bisa aku lakukan malah kamu lakukan, ya walaupun hanya melukainya tapi aku berharap kamu membunuhnya"

"Hmmm lakukanlah sendiri, itu kan urusanmu"

"Aku tidak bisa melakukannya, aku...Aku tidak bisa melukai orang yang aku cintai"

"Kamu masih mencintainya ya?" desahku pelan

"Ya, tapi aku sedang berusaha melupakannya"

"Oh.." desahku menundukkan wajahku sedih, mendengar kata itu sedikit membuat hatiku terasa sakit

"Kalau masih mencintainya kenapa tidak merebut dia dari Han?" gumamku pelan

"Apa kamu ingin bersama dengan Han lagi?"

"Tidak, aku tidak ingin..." desahku

"Mungkin besok aku akan pergi dengan Satria, Fadil dan anggotaku"

"Kamu mau pergi? Pergi kemana?"

"Tidak memiliki tujuan dan yang jelas aku tidak ingin siapapun mengetahui keberadaanku"

"Tapi perjanjian kita?"

"Kalau sudah waktunya kamu bilang kepada Fadil nanti kami akan datang" desahku beranjak dari kursiku, Fiyoni memegang erat tanganku dengan mata berkaca - kaca

"Bukan perjanjian itu, tapi janji setia..."

"Itu .. Kau tidak tahu" desahku pelan

"Kenapa kamu tiba - tiba ingin pergi?"

"Tidak ada alasannya..." desahku melepaskan genggaman Fiyoni dan langsung menggendong tubuh mungkin Satria

"Sani apa kau yakin?"

"Ya..." desahku mengambil barang - barangku dan berdiri di atas balkon

"Oh ya kalau kamu ingin bersama dengan Rafaela, kembalilah... Semoga kamu bisa bersama dengannya lagi..." gumamku tersenyum kearah Fiyoni dan turun dari lantai dua rumah ini melalui balkon

"Apa kamu sakit hati aku masih mencintai Rafaela?" teriak Fiyoni dari balkon kamarku tanpa berkata aku hanya tersenyum dan berlari pergi saat penjaga Fiyoni sedang lengah

Di tempat yang tidak jauh aku melihat Fadil mengendarai sebuah mobil berwarna merah yang belum pernah aku lihat sebelumnya

"Naiklah!" teriak Fadil dari dalam mobil, tanpa pikir panjang aku langsung masuk dan Fadil langsung menekan gas mobil dengan cepat

"Huuuhh..." desahku pelan

"Kamu memang nekat Sani, kalau Fiyoni tahu bagaimana?"

"Dia sudah tahu, aku pergi saat Fiyoni denganku"

"Benarkah? Apa kau gila?"

"Ya aku gila saat anakku tersiksa seperti itu!"

"Hmmm aku ini sedang mencari informasi sih kenapa Han dengan Rafaela, tapi aku mendapatkan informasi kalau Fiyoni mencintaimu?" gumam Fadil menatapku

"Ya, dia bilang.. Tapi percuma, dia masih mencintai Rafaela"

"Apa kamu kecewa?"

"Sedikit..."

"Apa itu alasan kamu pergi?"

"Tidak juga, aku cuma ingin fokus membesarkan Satria, apalagi sekarang umurnya hampir 7 tahun"

"Oh hmmm sudah besar juga anakmu"

"Ya begitulah" desahku pelan

"Jadi kamu ingin tinggal dimana?"

"Di markas tersembunyi saja,"

"Tapi kan masih wilayah Fiyoni?"

"Tidak apa, lebih aman disini. Lagi pula ada perusahaan ayah yang ada disini"

"Jadi kamu mau mengembangkan lagi perusahaan ayahmu?"

"Tidak juga, hanya ingin mencari uang saja. Lagipula perusahan itu atas namaku hanya masih di jalankan oleh kakak tiriku"

"Anak dari ibu tirimu?"

"Ya.. Xiao Min"

"Ohh, emang dia baik kepadamu?"

"Ya kalau dia tidak baik kepadaku, aku bisa membuangnya dari perusahaanku" desahku pelan

"Jadi kita akan kemana?"

"Ke perusahaan aja dulu, hari ini susah waktunya bekerja..." desahku melihat jam ditanganku

"Oh baiklah" desah Fadil membelokkan mobilnya ke arah kota

Perjalanan jauh dan tubuh yang lelah membuatku sangat mengantuk dan akhirnya aku tertidur selama perjalanan, sudah tiga hari aku tidak tidur ditambah beban pikiranku yang berantakan membuatku susah untuk tidur tapi tidak tahu kenapa saat ini aku sangat mengantuk

"Sani... Sani..." gumam seorang pria di sebelah kananku, aku membuka mataku dan melihat kakak tiriku Xiao Min membangunkanku, aku berusaha terdiduk dengan besar dan melihat Satria sudah terbangun dari tidurnya

"Ohh mmm kakak" gumamku mengusap kedua mataku

"Turunlah, Fadil sedang ada di dalam"

"Oh baiklah" desahku keluar dari mobil bersama dengan Satria

"Dia siapa Sani?" gumam Xiao menatapku

"Dia anakku"

"A... Anak? Anak dengan siapa? Kamu sudah menikah? Kenapa tidak mengundangku!!" protes Xiao kesal, melihat ekspresinya marah aku segera menjelaskannya secara detail dan membuatnya hanya menghela nafas panjang

"Ohh gara - gara keluarga Li?" gumam Xiao melihat tubuh Satria

"Ibu, dia siapa?" gumam Satria bersembunyi di belakangku

"Dia pamanmu anakku"

"Paman?"

"Ya aku pamanmu keponakanku, kemarilah" gumam Xiao menggendong Satria

"Ya terlihat banget umurnya yang segitu terasa ringan saat si gendong" desah Xiao berjalan masuk ke dalam gedung

"Emang, makanya aku marah kakak. Ingin aku membunuhnya tapi anakku melarangku, jadi ya tidak aku apa - apain"

"Wajarlah, ikatan batin antara ayah dan anak pasti terasa Sani apalagi kalau dia melihat langsung pasti dengan spontan akan melakukan itu namanya juga anak kecil" desah Xiao masuk ke dalam sebuah ruangan yang di dalamnya ada Fadil yang sedang memakan kue

"Satria mau?" gumam Fadil menunjukkan sebuah kue kering si tangannya

"Aku mau paman" gjmam Satria serius, Xiao menurunkan Satria dan Satria langsung berlari ke arah Fadil

"Jadi apa rencanamu?"

"Rencana? Aku tidak tahu, aku hanya tahu aku ingin balas dendam saja"

"Hmmm emang kamu akan tinggal dimana?"

"Aku tidak tahu, mungkin di markas tersembunyi"

"Dengan umur Satria sekecil itu? Jangan, tidak baik buat kesehatan mentalnya"

"Lalu aku harus kemana?"

"Tinggal saja di rumahku, aku hanya tinggal sendiri jadi Fadil bisa tinggal juga dan menjaga Satria kalau kamu pergi"

"Aku mungkin hanya di kantor saja dan tidak akan pergi kemanapun kecuali jika tetua mafia pusat dan anggota mafia mafia pusat memanggilku" gumamku santai

"Kamu masih mengurusi mafiamu? Katanya kamu fakum?"

"Aku fakum malah banyak orang biasa dan mafia yang menginjak - injakku kak apalagi karena fakumnya aku, ayah dan ibu tiada"

"Oh apa ayah dibunuh San?"

"Ya, kakak tahu?"

"Tahulah, kakak juga ketua mafia tahu!"

"Kakak ketua mafia? Sejak kapan?" tanyaku terkejut

"Sudah lama sih"

"Kenapa aku baru tahu kakak?" tanyaku terkejut

"Di dunia mafia ini ada banyak mafia tersembunyi selain mafia penguasa gelap milikmu. Satu diantaranya mafiaku"

"Oh benarkah? Apa nama mafia kakak?"

"Mafia Malam merah"

"Tunggu malam merah?" tanya Fadil terkejut

"Ya... Kenapa?"

"Itu bukannya... Mafia tersembunyi bahkan tidak ada yang tahu tentang sepak terjang mafia itu bahkan mafia itu melakukan tugasnya dengan bersih tanpa jejak" gumam Fadil masih terkejut

"Ya... Itu mafiaku" gumam Xiao menunjukkan lencananya

"Iih benar mafia malam merah dong. Apa ada yang tahu?" desahku pelan

"Mafia kami tersembunyi, tidak ada yang tahu kecuali kalian berdua"

"Kakak... Kakak bantu adikmu ini dong"

"Bantu apa?"

"Bantu melawan musuh - musuhku"

"Itukan musuhmu... Aku.."

"Ayolah kakak, kakak kan baik kan kakak yang aku punya"

"Minta tolong Sony saja"

"Gak mau ah, dia membela keluarga Li mulu bikin aku kesel"

"Aku juga tidak membela keluarga Shin kok"

"Iihh kakak jahat loh samaku, ntar ku coret dari daftar direksi perusahaan loh"

"Eehh... Kok berani!!"

"Ini kan perusahaan milik Shin dan atas namaku jadi aku berani lah" protesku kesal

"Hadeeh... Baik - baik aku bantu" desah Xiao mengalah

"Benarkah?"

"Ya tapi bukan atas nama keluarga Shin tapi atas namamu sebagai adikku" gumam Xiao pelan

"Benarkah? Aaa makasih kakak" teriakku senang

"Ya adikku sayang"

"Ya udah istirahatlah dulu, nanti kita pulang ke rumah dan jangan lupa kamu harus berlatih, aku gak mau membantu orang yang lemah" gumam Xiao serius

"Ya, aku tahu kakak... Lagi pula tujuanku belum terlaksana baik jadi aku harus membalaskan dendamku" desahku pelan

"Ya kakak tahu, karena kamu ada disini... Mulai besok kamu yang memimpin rapat dan agendamu akan padat"

"Ra... Rapat?"

"Ya lah kan kamu pemilik perusahaan ini"

"Tapi kan kak..."

"Tenang saja kakak akan membantumu"

"Ohh mmm baik kakak" desahku mengalah

"Kamu istirahatlah dulu, aku masih ada pekerjaan" gumam Xiao berjalan meninggalkan ruangan ini

Aku berjalan ke arah jendela dan melihat banyak kendaraan yang sedang memenuhi jalanan kota yang sibuk ini. Dengan aku bersama kakak, aku harus mencoba hidup baru dan juga rencana yang lebih baru lagi