Suara mesin pembersih ruangan di depan kamar membuatku terbangun dari tidurku. Aku mengusap kedua mataku dan membuka mataku depan pelan, di depanku aku melihat Fiyoni yang tersenyum kearahku dengan wajah polosnya
"Pagi.." gumam Fiyoni terus tersenyum kearahku
"Ohh mmm pagi juga"
"Tanganmu kenapa merah?" tanya Fiyoni bingung
"Gara - gara kamu"
"Kok gara - gara aku?" gumam Fiyoni terkejut
"Ya kamu semalam mabuk saat bertemu dengan mantan istrimu, kamu terduduk di atasku dan memegang tanganku kuat..." gumamku pelan
"Eeeehh.. Mmm benarkah? Maaa.. Maaf" desah Fiyoni memegang tanganku
"Apa masih sakit?"
"Tidak..."
"Oh ... Mmm syukurlah" desah Fiyoni pelan
"Fiyoni.. Apa kamu benar - benar mencintaiku?" gumamku menatap Fiyoni serius
"Eee.. Mmm kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Aku hanya bertanya saja, semalam kamu berkata berulang kali kalau kamu mencintaikudan kamu terus menciumku.."
"Ooohh.. Mmm benarkah?" tanya Fiyoni terkejut
"Ya, nih bibirku masih sakit gara - gara kamu gigit semalam" desahku menunjukkan bibirku yang memerah
"Ohh.. Mmm maaf Sani ... aku tidak sadar"
"Jadi apa benar kamu mencintaiku?"
"Eee.. Mmm aku.. Aku.." ucap Fiyoni terbata - bata sambil menundukkan kedua matanya dengan wajah memerahnya
"Jadi? Apa benar kamu mencintaiku?" tanyaku sekali lagi
"Eee.. Mmmm .. I.. Iya.." desah Fiyoni pelan. Aku mendekatkan wajahku dan mencium Fiyoni lembut yang membuat Fiyoni terkejut
"Aku juga mencintaimu Fiyoni" desahku pelan
"Benarkah?"
"Ya aku mencintaimu. Kamu kan kekasih hatiku sejak dulu"
"Bukannya Samuel?" tanya Fiyoni terkejut
"Tidak, aku sebenarnya tidak mencintainya cuma karena tetua perkumpulan yang menyuruhku menikahi Samuel. Aku dari awal tidak mencintainya itulah kenapa aku langsung mencari pasangan baru dan meninggalkannya. Dan sebenarnya aku mencintaimu Samuel, kalau aku tidak mencintaimu aku tidak akan mau mselalu bertarung melawanmu" aku tidak tahu kenapa aku bisa langsung berkata seperti itu setelah tahu Fiyoni juga mencintaiku, rasa nyaman yang diberikan Fiyoni membuat rasa cintaku dahulu tumbuh bersemi kembali di hatiku
"Ya aku juga, aku sebenarnya mencintaimu. Setelah kehilangan kontakmu aku selalu mencarimu kemanapun tapi aku tidak menemukanmu dan malah aku dijodohkan dengan Rafaela tanpa rasa cinta. Aku berusaha mencintainya tapi disaat aku mencintainya dia malah meninggalkanku demi suamimu" desah Fiyoni pelan
"Heeeh kita ketua mafia yang ditakuti dan kenal kejam tapi malah memiliki kisah cinta yang menyedihkan ya" desahku pelan
"Ya benar..."
"Jadi kamu masih mencintaiku?"
"Ya, aku masih mencintaimu Sani..." desah Fiyoni kembali menekan kedua tanganku dan menatapku serius
"Aku benar - benar mancintaimu" gumam Fiyoni menciumku lembut
"Seandainya aku bisa mengulang kembali, aku pasti sudah menikahimu sekarang..." desah Fiyoni menggigit leherku
"Uuuukkhh... A.. Apa yang kamu lakukan?" ucapku terkejut
"Aku ingin menikahi denganmu Sani, janji setiaku akan terus bersamamu dan mencintaimu apapun yang terjadi. Aku akan merebutmu kembali dari tangan Han atau dari tangan pria lain agar aku bisa memilikimu seutuhnya. Aku akan mencintaimu dan mencintai anamu setulus hatiku dan kamu tidak akan terganti. Jika aku melanggar kamu bisa membunuhku atau menyiksaku sesukamu... Janjiku akan aku lakukan sampai aku mati.." gumam Fiyoni terus menggigitku sambil mengucapkan janji setianya
"Ka... Kamu mengucapkan janji setia?" tanyaku terkejut
"Ya, aku memang mengucapkan janji setiaku"
"Tapi.. Aku masih milik Han"
"Aku tidak peduli ... Kamu tetap milikku bahkan anakku juga senang denganmu. Aku akan menjadi suami yang baik dan perhatian hanya kepadamu tapi aku akan kejam kepada orang lain. Dan karena kita berdua mafia tertinggi jadi kita harus membalaskan dendam kita Sani dan buktikan kita tidak lemah..." gumam Fiyoni serius
"Ya aku tahu tapi itu tidak mudah" desahku pelan
"Benar, tapi kalau kita lakukan berdua itu akan gampang apalagi kekuatan dukungan dari seluruh mafia ada padaku kecuali jika Wan bekerjasama denganku"
"Jika dia tidak mau?"
"Tidak masalah, dia masih kalah jumlah denganku. Tapi kemungkinan besar Han akan mengambil alih gelar ketua itu untuk merebutmu"
"Itu tidak mungkin.."
"Mungkin atau tidak tapi itu pasti terjadi kalau Han benar - benar mencintaimu, apalagi kamu dari dulu menjadi bahan rebutan semua pria Sani.. Bahkan sampai sekarang" desah Fiyoni berbaring di sampingku
"Ya memang, aku saja masih bingun kenapa semua pria memperebutkanku padahal aku ... Sama sekali tidak punya apapun yang membuat pria tertarik"
"Kamu cantik, pintar, ketua mafia tertinggi lagi siapa yang tidak ingin memiliki istri seorang ketua mafia yang sepertimu coba.."
"Padahal kan ada banyak wanita yang lebih dariku"
"Tapi tidak ada yang bisa menyaingimu"
"Hmmm padahal aku ingin hidup aman dan damai" desahku pelan
"Ya semua seperti itu Sani tapi kau dari kecil sudah terjun di dunia mafia walaupun kau fakum seperti apapun kau akan kembali lagi"
"Benar, tapi aku ingin benar - benar fakum apalagi aku sudah memiliki anak dan juga umurku bertambah tua"
"Tidak masalah, biarkan anakmu menjadi penerusmu apalagi sayang kalau kamu benar - benar fakum"
"Hmmm aku tidak tahu lah, aku ingin fakum tapi aku kasihan dengan anggotaku juga"
"Makanya pikirkan lagi apa yang akan kamu benar - benar lakukan..." gumam Fiyoni membelai lembut rambutku
"Yaaah aku tahu" desahku memejamkan kedua mataku
Krrriiiiiiinngggg
Tiba - tiba handphone Fiyoni berbunyi keras, Fiyoni mengangkat telepon itu dan berbicara dengan seorang pria dengan serius
"Aku ada rapat, apa kamu mau ikut?" gumam Fiyoni mematikan handphonenya
"Tidak, leherku memerah setelah kamu gigit. Aku disini saja" dumamku pelan
"Baiklah, aku rapat dulu ya" gumam Fiyoni memakai pas hitamnya dan pergi meninggakanku.
Aku mengambil syalku, beranjak dari tempat tidurku dan duduk di kursi balkon sambil menikmati pemandangan kota yang sangat ramai, aku mengingat diriku saat masih kanak - kanak dimana dulu ayah dan ibuku mengajakku jalan - jalan pagi ke taman. Kehidupanku yang dulu sangatlah indah tidak memikirkan tentang cinta dan sulitnya bertahan hidup.
Di saat aku mengingat masa laluku, aku mendengar suara Han dan seorang wanita yang tidak jauh dari tempatku terduduk. Aku menoleh ke kananku dan melihat Han yang sedang bermesraan dengan seorang wanita yang tidak lain dia adalah mantan istri Fiyoni, tidak tahu kenapa hatiku terasa sangat sakit melihatnya. Aku terus menatap mereka yang sedang bermesraan, tidak lama Han menyadari aku menatapnya sedari tadi, raut wajahnya berubah menjadi sedih saat menatapku. Aku tidak tahu kenapa tatapannya sedih seperti itu padahal dia seharusnya bahagia
"Kamu ngapain diluar nanti kamu masuk angin loh" bisik Fiyoni menyelimutiku dengan jas hitamnya
"Kamu sudah selesai?"
"Sudah,mari kita pulang. Putri terus meneleponku dari tadi"
"Ohh mmm baiklah" desahku beranjak dari kursiku, aku menatap Han sekali lagi dan berjalan masuk ke dalam kamar. Aku mengambil barang - barangku dan keluar kamar bersama dengan Fiyoni
"Apa yang kamu pikirkan?"
"Tidak ada kok" desahku berusaha tersenyum
"Kalau ada masalah bilang ke aku ya.." gumam Fiyoni pelan dan aku hanya mengangguk pelan
Aku dan Fiyoni masuk ke dalam mobil dan mobil melaju meninggalkan gedung itu, rasa sakit masih terasa di hatiku melihat suamiku sendiri bemesraan dengan wanita lain. Mencoba mencintai dia selama bertahun - tahun dan berakhir disakiti membuat hatiku sangat hancur, ingin sekali aku melupakannya tapi aku masih belum bisa melakukannya
Selama perjalanan, aku hanya terdiam menahan air mataku keluar. Aku tidak ingin Fiyoni menyadarinya, walaupun Fiyoni mencintaiku dan aku juga mencintainya tapi Han masih suami sahku dan kami belum cerai sama sekali. Tidak berapa lama kami sampai di rumah, Putri dan pelayan pribadinya sudah menunggu di depan dengan dihiasi senyum manis Putri
"Selamat datang ayah ibu.." sapa Putri memeluk kaki kami berdua
"Terimakasih sayang" desah Fiyoni menggendong Putri
"Ibu kenapa wajah ibu sedih, apa ibu sakit?" gumam Putri menatapku
"Eee.. Mmm tidak sayang, ibu hanya capek saja" gumamku mencoba tersenyum
"Ibu istirahat ya, jangan sampai ibu sakit.." gumam Putri manja
"Ya sayang, ibu istirahat dulu ya.." gumamku mencium pipi Putri dan bejalan cepat ke dalam kamarku
Aku mengunci kamarku dan menangis sejadi - jadinya, rasa sakit di hatiku masih terasa sampai sekarang. Aku tidak tahu harus apa, aku saat ini merasa speerti wanita yang terbuang dari keluarga Li bahkan suamiku sendiri membuangku demi seorang wanita di sisinya