Beberapa jam kami berkendara, memang sangat jauh dari rumah Han tapi mau tidak mau kami harus sampai disana sebelum perayaan tahun baru di mulai.
Aku terdiam sambil menatap jalanan yang kosong di depanku, karena tahun baru tinggal sebentar lagi tapi sepertinya banyak orang yang sudah tiba di tempat liburan sebelumnya
Setelah lama berkendara akhirnya kami sampai di depan sebuah gedung megah di pinggir pantai, di depan gedung itu banyak orang yang berlalu lalang memakai gaun yang mewah. Han memegang tanganku erat sambil terus menatapku
"Sani, bolehkah kamu seperti dulu selama disini saja. Aku memohon kepadamu" gumam Han pelan
"Kenapa?"
"Aku tahu kamu pasti tidak mau membantu kami tapi kalau mereka tahu kamu kembali di mafia pasti kamu akan dipaksa untuk ikut dan aku suka Sani yang lembut dan penurut seperti dulu" gumam Han pelan
"Tapikan!!"
"Aku memohon kepadamu istriku..."
"Hmmm baiklah, hanya denganmu saja bagaimana kalau masalah mereka memaksa atau tidak itu bisa aku urus"
"Hmmm baiklah terimakasih, tapi juga sama bagaimana?"
"Baiklah itu tidak masalah. Hanya bersamamu saja..." desah Han turum dari mobil dan membuka pintuku
"Kamu harus siap kenyataan yang tidak kamu sadari sebelumnya Sani" desah Han menggandeng tanganku berjalan ke dalam gedung itu
Di dalam gedung aku melihat banyak orang yang menundukkan badannya kearah kami dengan hormat, tatapan Han yang sangat dingin membuat semua orang di gedung ini gemetar ketakutan
"Kamu masih sanggup untuk membuat semua orang takut ya..." desahku pelan
"Tidak juga, mereka yang melebih - lebihkan saja" desah Han pelan
Di depan kami berdiri seorang pria paruh baya dengan tatapan yang dingin dan menakutkan
"Selamat datang Tuan Han Li dan Nona Sani Shin. Tidak saya sangka bisa bertemu dengan dua ketua mafia tertinggi tahun ini" gumam pria itu senang
"Ya senang bertemu dengan anda tuan Boo..." gumam Han dingin
"Pertemuannya sudah dimulai, silahkan tuan dan nona ikuti saya" gumam pria itu berjalan mendahului kami
Tangan Han yang memegang erat tanganku membuatku sedikit bingung kenapa Han bisa terlihat tegang seperti ini padahal biasanya yang selalu tegang saat bersama dengan iblis ini adalah aku. Aku menatap Han dan tersenyum manis kearahnya yang membuat tangan Han sedikit melemas
"Silahkan tuan dan nona" gumam pria itu masuk ke dalam ruangan yang besar
Di dalan ruangan aku melihat banyak ketua mafia terkenal berkumpul disini bahkan Leo dan San juga ada disini. "Tunggu, San? Kenapa dia ada disini kalau dia musuh dari Han?" gumamku dalam hati
"Sani..." gumam Fadil di sampingku
"Oh Fadil ya... Tidak aku sangka kamu sekarang tampan" gumamku terduduk di kursiku
"Ya kita sudah lama tidak bertemu Sani, pasti kamu melihatku terlihat berbeda"
"Ya kamu benar, tapi Fadil kenapa dua organisasi menjadi satu disini?" bisikku pelan
"Ini sedang diadakan mediasi untuk dua organisasi yang berseteru ini. Biar tidak terus berseteru Sani" bisik Fadil pelan
"Kalau misalkan tidak ada titik temu maka ada 5 mafia besar yang belum memilih akan ikut organisasi mana, untung kamu datang Sani kalau tidak aku takut aku salah pilih keputusan" gumam Fadil pelan
"Tenang saja, aku tidak akan memilih manapun" gumamku santai
"Tapi kan kamu saat ini dihadapkan dua orang pemimpin organisasi Sani, apalagi mafia kita harus memilih"
"Aku punya pilihanku sendiri, yang terpenting... Kita harus mengalahkan San dan musuh bebuyutan kita, apa kamu mengerti?" bisikku pelan
"Ya Fadil mengerti"
"Saya Boo ketua mafia pusat di negara ini, karena dua ketua mafia terakhir sudah datang maka kita akan menjelaskan apa yang akan dilakukan kedepannya" gumam pria paruh baya itu membuka pertemuan
"Tunggu ketua, wanita ini satu - satunya wanita yang tidak jelas asal usulnya. Kalau dia mata - mata bagaimana?" protes seorang laki - laki yang sepertinya dia seorang bawahan
"Heei jaga ucapanmu!!" protes ketua kilat guntur membelaku
"Kau cuma bawahan saja beraninya memprotes!!" protes Fadil kesal
"Sudahlah Fadil" gumamku pelan
"Kalau dia bukan mata - mata tunjukkan!!!" protes laki - laki itu kesal
Aku melempar bolpoin ke arah dadanya dan bolpoin itu menancap di dadanya
"Apa sudah puas?" gumamku dingin
"Sa... Sani ternyata kamu masih hebat saja padahal sudah pensiun bertahun - tahun" gumam Boo terkejut
"Tidak, aku hanya wanita lemah. Dengan dia saja aku takut..." gumamku melirik Han disebelahku
"Kenapa denganku?" protes Han
"Tidak ada" gumamku pelan
"Hmmm baiklah karena dua organisasi di negara ini sudah hadir maka kita bisa bahas jalan damai perseteruan ini" desah boo pelan
"Apa kalian berdua tidak ingin akur San... Han?"
"TIDAK!!" teriak Han dan San dengan nada tinggi
"Apa yang membuat kalian masih punya dendam seperti itu?"
"MASA LALU..." gerutu San dan Han bersamaan
"Apa kalian benar tidak ingin damai?"
"TIDAK!!"
"Hmmm baiklah karena kalian berdua tidak ingin akur maka lima mafia tertinggi bisa memilih untuk ikut organisasi manapun sesuka hati kalian"
"Kami tergantung kepada mafia elang merah!!" ucap seorang katua mafia di depanku
"Kenapa harus mengikuti mafia elang merah?"
"Karena mereka mafia tertinggi dan kami kelima mafia dibawahnya akan mengikuti kemana mafia elang merah pilih"
"Jadi, Sani kamu akan ikut siapa?"
"Tidak ada..."
"Tidak ada? Kamu harus memilih!!" protes San kesal
"Aku tidak akan memilih.."
"Apa karena kamu dihadapkan dengan dua orang yang mencintaimu Sani?" gumam Leo dingin
"Tidak, itu tidak ada hubungannya dengan mafiaku"
"Lalu kenapa kamu tidak mau memilih Sani?" tanya Boo penasaran
"Karena tujuan mereka berbeda dan juga kami memiliki tujuan sendiri" gumamku dingin
"Jadi kamu ingin membuat organisasimu sendiri?"
"Tidak, kami independen..."
"Hmmm jadi bagaimana untuk kelima mafia lainnya?"
"Kami juga ikut mafia elang merah!!"
"Ikut mafia elang merah?" tanya Boo bingung
"Ya benar, kami sepakat untuk mengikuti mafia elang merah karena kami masih setingkat dengannya apalagi mafia elang merah sama seperti mafia milik tuan Boo dan pasti tuan Boo tidak ingin memilih kan, pasti Sani juga akan melakukan hal yang sama ..." gumam ketua mafia di depanku dengan serius
"Heeei sejak kapan aku berpemikiran seperti itu!!" protesku kesal
"Mmm ya benar juga sih, kami baru ingat juga kalau Sani akan menjadi ketua mafia pusat menggantikan Boo" gumam salah satu anggota mafia pusat serius
"Heeeii!!!" protesku kesal
"Ya benar, mumpung ingat juga, karena masa jabatanku habis maka Sani ketua mafia elang merah yang akan menggantikanku menjadi ketua mafia pusat mulai sekarang!!" teriak Boo senang dan semua orang bertepuk tangan dengan meriah
"TUNGGU SEBENTAR!!! Aku tidak menyetujuinya!!!" protesku membela
"Ini sudah keputusan bersama dan tidak bisa di ganggu gugat!!!"
"Taaappiii..."
"Sudahlah Sani.." desah Han pelan
"Hiiih terserah kalian lah, Fadil mari pergi..." gerutuku meninggalkan ruang rapat dan Fadil mengikutiku dari belakang, kalau bukan karena Han aku sudah membunuh mereka semua
"Dasar wanita agresif.." gerutu seorang bawahan dingin, tanpa basa basi aku menembakkan senjataku kearahnya dan berjalan pergi meninggalkan ruangan
"Sani, apa kamu tidak berlebihan membunuh dua orang hari ini?" gumam Fadil di belakangku
"Aku sudah membunuh 3 orang hari ini" gumamku dingin
"Hmmm kamu selalu seperti itu Sani..." desah Fadil terus mengikuti langkah kakiku menuju ke atap bangunan
Di atap bangunan aku menatap bulan yang indah diatasku, aku terduduk di pinggir bangunan dan melihat orang - orang yang sedang terjaga di malam ini
"Jadi kenapa kamu ingin menemuiku Sani?" gumam Fadil duduk disampingku
"Aku ingin balas dendam"
"Balas dendam kenapa?"
"Kamu tidak tahu ya kalau ayahku dibunuh?"
"Di... Dibunuh? Dengan siapa?" tanya Fadil terkejut
"Dengan San, tapi aku belum memiliki bukti. Itu masih kata Han"
"Kalau dari perkataan Han bisa jadi itu benar terjadi, apalagi Han memiliki banyak mata - mata di manapun ..."
"Hmmm ya itulah, aku sangat kecewa dengan San. Aku berhenti menjadi ketua mafia dan merubah sikapku jadi gadis yang lemah demi dia tapi dia malah membunuh ayahku kejam seperti itu" gumamku pelan
"Pantas saja tuan Shin aku telpon tidak diangkat selama beberapa tahun terakhir bahkan nomormu juga tidak aktif"
"Handphone dan nomorku disita Han, aku hanya diberi handphone dan nomor baru bahkan disini hanya ada nama keluarga Li saja"
"Lalu kenapa kamu bisa ingat nomorku?"
"Nomormu paling mudah dihafalkan, nomornya saja hanya tiga angka dan double semua. Masa nomormu 775599, gimana orang tidak hafal Fadil" desahku pelan
"Ya kamu tahu sendirikan aku pelupa Sani..." desah Fadil pelan
"Tadi aku tidak melihat ketua mafia serigala hitam?"
"Dia baru saja datang..." gumam Fadil melihat kebawah
Aku menatap ke bawah gedung dan melihat seorang laki - laki tampan dan dingin turun dari mobil. Samuel, laki - laki yang dulu merupakan kekasih hatiku sebelum aku berpacaran dengan San. Disaat kami masih masih berpacaran aku sering bertarung bersama dengan dia. Namun semua berubah menjadi benci saat kembaranku Sina dibunuh olehnya karena kembaranku tidak merestui hubungan kami. Semenjak saat itu aku sangat dendam kepada Samuel dan aku berani untuk membunuh seseorang dengan tanganku sendiri agar aku terlatih untuk membunuh Samuel kekasih hatiku yang dahulu
Dari atas aku melihat Samuel menatapku dengan wajah dinginnya dan pergi menemui ketua Boo di depan gedung
"Tumben dia menatapmu Sani?"
"Aku tidak tahu dan aku tidak peduli juga" gumamku dingin
"Jadi bagaimana kamu akan membunuh dua orang terkuat itu?"
"Aku tidak tahu, aku bingung, padahal aku ingin hidup sebagai gadis biasa tapi kenapa aku kembali lagi" desahku kesal
"Ya mungkin karena takdirmu Sani"
Ya mungkin saja. Paling untuk Samuel kita melakukan sesuai rancana kita sebelumnya Fadil, dan untuk San kita bisa bicarakan lagi kedepannya. Otakku masih sangat buntu untuk berfikir" desahku pelan
"Tidak usah di pikirkan Sani, oh ya Sani kamu dipanggil ketua Boo di bawah.." gumam Fadil menunjuk ketua Boo, Han, dan yang menatapku dari bawah
"Sejak kapan mereka berdua ada disitu?" gumamkh bingung
"Entahlah tapi ketua Boo dari tadi memanggilmu terus"
"Hmmm temani aku Fadil..."
"Lalu untuk rencana?"
"Ya itu paling kita menggunakan rencana awal tapi karena aku sudah lama pensiun jadi aku harus mencari kelemahan dua orang itu terlebih dahulu" gumamku melompat ke bawah gedung yang berjarak lima lantai
Aku menatap Samuel dengan kesal dan samuel menatapku dingin, walaupun aku sejujurnya sangat rindu dengan San dan Samuel tapi rasa kesalku dan dendamku
"Tidak aku sangka bisa bertemu denganmu wanitaku..."
"Wanitamu? Jangan bermimpi!!!" gerutu Han menarikku ke dalam pelukannya
"Heei dia kekasihku!!" protes San kesal
"Dia milikku!!" protes Han kesal
"Dia wanitaku!!" protes Samuel kesal
Aku saat ini berada di tengah - tengah laki - laki yang memperebutkanku, tahu kan rasanya di rebutkan oleh tiga orang yang mencintaimu tapi kamu sendiri sangat membenci mereka bertiga karena suatu hal yang menyakitkan
"Tidak aku duga ternyata banyak yang menginginkanmu Sani..." gumam Samuel menatapku dingin
"Aku tidak peduli dan aku bukan milik siapapun" gumanku melepaskan diri dari pelukan Han
"Ada apa aku diundang kemari? Kalau tidak ada apapun aku mau pergi dari sini" gerutuku berjalan pergi tapi Samuel menangkap tanganku dan menarikku kepelukannya
Aroma parfum tercium di hidungku dan aku bisa merasakan tubuh Samuel yang sangat sempurna berbeda saat dulu kami masih kecil badan Samuel kurus seperti kayu triplek yang tipis. Aku menatap wajah Samuel yang menatapku dingin, bibirnya mendekat ke telingaku dan aku bisa merasakan nafas yang berhembus dari hidungnya
"Aku sangat merindukanmu, aku tidak peduli seberapa besar bencimu kepadaku tapi yang harus kau tahu kalau kau adalah nyonya rumah keluarga Kim. Dan suatu hari aku akan merebutmu kembali..." bisik Samuel pelan
"Nyonya rumah keluarga Kim? " gumamku pelan
"Yups benar sekali. Masalah kontrakmu dengan Han bisa aku urus jadi kamu akan berkontrak denganku"
"Tunggu dulu? Aku tidak mau!!!" protesku berusaha melepaskan diriku tapi pelukan Samuel sangat kuat bagiku
"Bisa kamu pikirkan lagi perkataanku wanitaku. Aku bisa membatumu seperti saat kita bersama dahulu apalagi tingkatanku saat ini lebih tinggi dari pada kamu di sunia mafia. Yang penting aku benar - benar mencintaimu..." bisik Samuel pelan dan melepaskan pelukannya
"Hmmm..." desahku berjalan pergi meninggalakan mereka berempat
"Sani... Tunggu!!!" teriak Fadil berlari mengikutiku
Aku berjalan cepat meninggalkan area gedung, di pinggir pantai aku menatap bayangan bulan di air laut yang terlihat sangat indah. Tidak tahu kenapa aku sangat galau memikirkan perkataan Samuel. Kontrak? Kenapa semua pria mengikatku dengan kontrak apa mereka takut aku akan kabur atau bagaimana aku tidak tahu, hidup di bawah tekanan kontrak membuatku sangat menderita