Setelah aku mengetahui kalau anak pertamaku adalah seorang anak laki - laki seluruh keluarga Li sangat senang mendengarnya bahkan aku di rawat baik di kelaurga Li seperti seorang sandera yang di perlukakukan baik sebelum akhirnya di bunuh
Saat kelahiranpun terlihat jelas wajah bahagia Tuan Li dan keluarga besar Li saat melihat wajah anakku pertama kalinya bahkan tuan Li tidak henti - hentinya menggendong anakku bahkan keluarga besar Li memberi nama anakku Satria Li yang artinya seorang kesatria di keluarga Li. Walaupun aku senang dengan kebahagiaan mereka tapi disisi lain aku sedih harus meninggalkan anak yang aku lahirkan itu
Waktu terus berlalu dan tidak terasa anakku kini berumur 4 tahun, walaupun sudah berlalu tapi perkataan San masih selalu muncul di pikiranku. Han sangat mencintai Satria bahkan Han sering mengajaknya bermain sepulang kerja sedangkan aku jarang sekali dia ajak bicara seperti saat pertama kali aku berada di rumah ini
Sebelumnya aku sudah menghubungi Fadil agar mafiaku terus berpindah tempat dan tidak menetap di satu tempat agar tidak dilacak oleh siapapun dan sesuai perjanjianku dengan Fadil kalau aku akan pergi dari rumah ini dan menghilang saat anakku umur 4 tahun, apalagi aku sudah izin kepada tetua untuk menghilang selama beberapa tahun untuk berusaha mengajak kerjasama dengan Fiyoni dan untungnya seluruh tetua setuju dengan ideku
Malam ini, Han sedang ada rapat dengan seseorang sehingga aku tidur sendirian. Aku memasukkan semua persenjataanku dan berapa barang milikku. Aku berjalan ke kamar anakku yang tertidur pulas, aku memakaikan kalung kristal milikku dan mencium keningnya lembut agar tidak membangunkannya
"Satria anakku, kamu harus kuat ya. Jangan nakal dan dengar perkataan ayah, maaf ibu tidak bisa menemanimu tumbuh dewasa. Semoga kita bertemu lagi anakku" gumamku pelan dan segera melompat dari jendela kamar anakku
Aku bersembunyi dan berlari meninggalkan rumah yang menyedihkan bagiku. Aku mengikuti jalan pintas yang di tunjukkan Fadil kepadaku dan berlari menemui Fadil
"Haah akhirnya sampai juga kamu" desah Fadil bersandar di mobil
"Yahh maaf sedikit terlambat"
"Tidak masalah, ayo kita harus ke Amerika sebelum pesawat lepas landas" gumam Fadil masuk ke dalam mobil
"Apa Fiyoni menyetujuinya?" tanyaku menyandarkan tubuhku
"Ya, dia ingin bertemu denganmu"
"Halah, jangan bilang dia ingin mengajakku bertarung" desahku pelan
"Tidak masalah, kamu sudah tidak memiliki tanggungan jadi lakukan saja"
"Hmmn ya benar, semoga saja mereka menjaga Satria dengan baik, kalau sampai anakku terluka tidak akan aku maafkan" gerutuku kesal
" Apa kamu masih tidak rela?"
"Siapa yang ingin berpisah dengan anak kandungnya coba?" desahku pelan
"Ya aku tahu, tapi kalau perkataan San tidak ada bukti dan Han benar - benar mencintaimu pastinya kamu akan bertemu dengannya lagi"
"Hmmm ya semoga saja" desahku pelan
"Udahlah jangan khawatir anakmu akan baik - baik saja"
"Ya semoga saja" desahku pelan
"Yang terpenting sekarang fokuslah pada tugasmu sebagai ketua mafia pusat apalagi mengajak kerjasama Fiyoni tidak akan semudah kamu mengajak dia bertarung"
"Ya aku tahu itu" desahku pelan
Aku berjalan memasuki bandara dan terduduk di dalam pesawat. Aku melihat pemandangan malam yang indah saat pesawat lepas landas
Tiiinnggg
Tiba - tiba handphoneku berbunyi, aku melihat ada satu pesan dari Han yang membuatku terkejut
Sayang, kamu kemana? Apa kamu benar - benar akan meninggalkanku dan meninggalkan Satria? Kenapa kamu mempercayai perkataan San itu, aku tidak pernah berpikir untuk memanfaatkanmu saja. Aku benar - benar mencintaimu sayang. Kembalilah aku memohon kepadamu - Han Li
"Hmmm..."
"Ada apa?" tanya Fadil bingung
"Han mengirimiku pesan" gumamku menunjukkan handphoneku
"Kan sudah aku katakan kalau Han benar - benar mencintaimu dia akan mengingatmu"
"Tapi Fadil... Aku ingin segera menyeledaikan tugas ini" desahku pelan
Kriiinnggg
Tiba - tiba handphoneku berbunyi, Fadil menatapku dan menyuruhku mengangkat telepon dari Han itu tapi aku tidak mau akhirnya Fadil mengambil handphoneku dan mengangkat telepon itu
"Ya Hallo... Dia ada bersamaku.. Kenapa?... Tenang saja dia akan baik - baik saja, aku akan menjaganya... Ya tahu, kami hanya menjalankan beberapa tugas saja... Heeeh kau ketua mafia tertinggi jadi tugas ini tidak cocok untukmu...Ya Sani berbedalah, jangan samakan mafiamu dengan mafia kamilah... Iye - iye bawel banget kau... Hooh tenang saja, jaga tuh si Satria jangan kau buang dia ke laut juga... Hilih... Ya, ya aku tahu... Heeh oke bye..." gumam Fadil mematikan telepon itu dan menyerahkannya kepadaku
"Kenapa?" tanyaku bingung
"Biasalah Han bawel, dia khawatir denganmu"
"Oh benarkah? Aku tidak percaya" desahku mematikan handphoneku dan memasukkannya kembali ke dalam tas
"Tadi kau tidak mau mengangkatnya agar kamu tahu sendiri bagaimana khawatirnya Han"
"Hilih ini masih awal, liat aja nanti kalau sudah beberapa bulan kemudian" gumamku pelan
"Terserah kamu aja Sani, ayo kita turun..." gumam Fadil berjalan mendahuluiku turun dari pesawat
"Jadi... Siapa yang akan menjemput kita?" tanyaku pelan
"Tuh Fiyoni langsung" gumam Fadil menunjuk seorang pria tampan berkacamata hitam yang berdiri di depan sebuah mobil mewah
"Di... Dia Fiyoni?" tanyaku terkejut
"Ya dia Fiyoni"
"Oh ya? Aku tidak percaya" gumamku menatap pria itu terus menerus
"Kenapa kau melihatku seperti itu Sani?" gumam pria itu membuka kaca matanya, wajah tampan terlihat jelas saat kacamata itu terbuka, aku tidak menyangka kalau Fiyoni sangat tampan sekarang
"Hanya terkejut saja, aku hanya tidak menyangka saja" desahku pelan
"Tidak aku sangka kau semakin cantik Sani, tapi sayangnya kau sudah dimiliki Han" gumam Fiyoni mengangkat daguku tinggi
"Lalu kenapa?"
"Tidak ada, hanya sayang saja wanita cantik sepertimu dimiliki oleh Han pria bodoh seperti itu" desah Fiyoni melepaskan daguku dan masuk ke dalam mobil
"Hei ngapain kalian di luar, masuklah"gumqm Fiyoni menurunkan kaca mobil mewahnya
"Oh baiklah" desahku pelan dan masuk ke dalam mobil
"Kau ngapain di belakang, sini di depan" gumam Fiyoni dingin
"Hilih ribet banget" gerutuku pindah ke kursi depan dan Fiyoni segera menekan gasnya
"Tidak ku sangka kita bertemu kembali Sani" gumam Fiyoni menatapku
"Yaa benar.."
"Pasti kalau bukan tugasmu mengajak kerjasama aku kau tidak mau bertemu denganku"
"Ya memang, kata Tuan Boo kamu menantangnya melawan mafiamu.."
"Ya tapi dia kalah, jadi ya aku gak mau kerjasama lah"
"Lalu kenapa denganku kau mau menyetujuinya?"
"Menyetujuinya ya? Tidak, aku belum menyetujuinya.." gumam Fiyoni santai
"Tunggu dulu!! Kata kamu dataang saja!!" protes Fadil di belakangku
"Ya memang aku mengundang kalian datang bukan berarti aku menyetujui kerjasama itu"
"Heeh sudah ku duga, kau pasti seperti itu"
"Kau memang hafal denganku ya Sani?"
"Ya, bertanding denganmu terus membuatku muak"
"Tapi kan kau sekarang bisa sangat kuat di negaramu bahkan Samuel juga sama kan?"
"Ya kau benar"
"Oh ya ngomong - ngomong kata bawahanku kau bisa hamil gara - gara obat perangsang Samuel ya? Dan Han yang mengambil kesempatan itu ya?" gumam Fiyoni menatapku
"Heei jaga omonganmu!!" protes Fadil kesal
"Ya benar.." desahku membuang mukaku
"A... Apa?" tanya Fadil terkejut
"Memangnya dia tidak kau beritahu?"
"Tidak, tidak ada yang tahu kecuali keluarga Li dan kakakku"
"Kau bertemu dengan kakakmu?"
"Ya, dia bekerja dengan keluarga Li"
"Oh pantas kakakmu tidak marah, kalau marah usah habis kalian berdua"
"Awalnya dia sangat marah tapi tuan Li membela Han jadi ya kakakku tidak bisa melakukan apapun"
"Heeh kasihan ya anak tuan Shin di perbudak oleh keluarga Li" gumam Fiyoni santai
"Yaah mungkin sudah nasib" desahku menatap luar jendela mobil
"Lalu anakmu kau tinggal begitu saja?"
"Ya..."
"Kau sudah jadi ibu tetap saja kejam Sani"
"Aku sebenarnya tidak ingin melakukannya tapi keluarga Li menganggap wanita sebagai alat penghasil keturunan saja, ya mau tidak maulah dari pada aku terbunuh mending aku kabur"
"Yaa kabar itu sudah diketahui seluruh mafia tertinggi dan seluruh ketua mafia pusat jadi tidak heran saja"
"Tapi tidak tahu kenapa Han berbeda menurutku, dia bilang dia berbeda dengan kedua kakaknya ya walaupun sedikit terbukti sih tapi tetap saja mereka hanya menginginkan seorang anak bukan seorang menantu" gumamku pelan
"Aku kalau itu tidak tahu sih, soalnya Wan Li ketua mafia pusat China ya bisa dibilang dia ketua mafia pusat ke dua setelah aku dan ya... Kamu tahu sendirilah seperti apa kehidupan keluarga Li"
"Ya benar, mereka tertutup dan sangat waspada"
"Ya hal itu wajar sih, namanya juga ketua mafia pusat tertinggi. Berbeda denganmu yang hanya di bawah rangking 10"
"Hmmm ya aku tahu, pasti tidak akan ada ketua mafia pusat yang mau bekerja sama dengan rangking di bawah sepuluh besar"
"Bisa saja kalau ketuanya itu kamu Sani, apalagi semua ketua mafia pusat sangat ingin mengajakmu bekerjasama" gumam Fiyoni membelokkan mobilnya masuk ke dalam rumah yang besar, luas dan dipenuhi oleh penjaga di setiap sudutnya
"Ini rumahmu?" tanyaku terkejut
"Ya benar, ini rumahku"
"Tidak aku sangka kau sekarang sangat kaya ya" desahku membuka sabuk pengamanku
"Aku ketua mafia pusat rangking pertama! Bagaimana aku tidak kaya!!"
"Hilih kau tetap saja sombong seperti dulu" gerutuku keluar dari mobil dan mengikuti langkah kaki Fiyoni, Fadil memegang tanganku dan menatapku dingin
"Kenapa kau sembunyikan masalah itu dariku Sani?" gumam Fadil dingin
"Aku tidak berani bilang kepadamu kakak, aku... Aku..." gumamju menundukkan kepalaku
"Kamu kenapa?"
"Otakku sangat kacau saat itu, apalagi keluarga Li langsung menyebarkan kalau aku menikah dengan dia dan akan memiliki anak sedangkan kamu terlihat begitu senang mendengarnya kakak. Aku... Aku tidak ingin mengecewakanmu"
"Hmmm kamu tidak bilang malah mengecewakanku Sani, tapi tenang saja aku akan membantumu balas dendam" gumam Fadil merangkulku erat
"Hei kalian berdua masuklah!!" teriak Fiyoni di dalam rumah
"Oh.. Mmm baiklah" desahku masuk ke dalam rumah mewah itu, aku tidak menyangka rumah luas di depannya tapi sangat mewah di dalamnya aku melihat banyak sekali dekorasi mewah dari rumah itu bahkan lebih mewah dari rumah keluarga Li
Berada di rumah mewah ini sama seperti berada di surga impian, semua tersedia bahkan pelayan Fiyoni terlihat sangat sibuk mengurusi urusan rumah yang besar dan mewah ini. Walaupun terlihat nyata tapi melihat Fiyoni seperti itu membuatku masih tidak percaya