Rencana untuk pulang kandas, ketua Boo meminta semua ketua mafia berkumpul dan membahas suatu masalah dan juga waktuku untuk memergoki San terus saja tertunda hampir seminggu lamanya.
Seharian ini aku dan Han mengikuti rapat membosankan itu dan hanya membahas masalah hal yang tidak penting, kalau aku tidak melakukan kesalahan itu aku pasti sudah memulangkan mereka semua dan aku sudah tidur enak sekarang
"Ya baiklah sudah selesai pertemuan kali ini, kalian bisa beristirahat" gumam Boo pelan
"Baik tetua" gumam seluruh orang berjalan keluar ruangan kecuali aku dan Han, aku masih sibuk mengurusi urusan ketua mafia pusat. Ya walaupun aku tidak terbebani sama sekali tapi tugas yang banyak membuatku muak
"Kamu belum selesai?" gumam Han pelan
"Belum.." gumamku menulis laporanku
"Padahal aku mau mengajakmu memergoki San loh" mendengar perkataan Han aku langsung menutup bukuku dan menatap Han serius
"Mari , aku sudah tidak sabar"
"Katanya belum selesai"
"Laporannya bisa di tunda..." gumamku menarik tangan Han
"Eeeh kamu mau mengajakku kemana?"
"Ke kamar Han lah"
"Ngawur, bukan kesana!!" gumma Han menarik tanganku ke lorong yang lain
"Loh bukan di kamarnya?"
"Tidak... Di cafe bawah" gumam Han menarikku masuk ke dalam lift
"Di bawah ada cafe?" tanyaku terkejut
"Ya bukan cafe sih lebih tepatnya klub malam" gumam Han menarikku keluar lift dan melewati lorong yang gelap dan sempit. Di depan aku melihat ada sebuah pintu, Han membuka pintu itu dan ternyata di balik pintu itu adalah ruangan klub malamyang berada tidak jauh dari gedung
"Tunggu, jadi lorong tadi?"
"Ya itu jalan tercepat ke klub malam tanpa diketahui pihak manapun"
"Ohhh pantas saja..." desahku pelan
Tiba - tiba ada dua orang berpakaian terbuka berdiri di depan kami dengan senyuman ramah
"Ingin memesan apa tuan?" tanya salah satu wanita itu
"Aku ingin kalian tunjukan tempat San"
"Oh tuan San... Mari saya antarkan" gumam wanita itu berjalan mendahului kami
Wanita itu berjalan menyusuri lorong yang tepat di kiri dan kanan kami terdapat banyak pintu
"Ini ruangannya tuan, mau saya panggilkan?"
"Tidak perlu, kamu boleh pergi" gumam Han dingin
"Baik tuan" gumam wanita itu berjalan meninggalkan tempat itu
"Kamu di belakang saja tidak perlu kelihatan kalau kamu memberitahukanku" gumamku membuka pintu itu
Di dalam ruangan itu aku melihat San yang sedang bercumbu dengan wanita lain dan itu membuatku sangat sakit
"San... Sani?" gumam San terkejut
"Oh maaf aku salah menilaimu, maaf dan lupakan" gumamku berjalan menuju ke pintu kamar, San menggenggam erat tanganku dan mendorongku ke dinding
"Kenapa kau kemari?" gumam San dingin
"Aku hanya ingin melihat seperti apa si pria mesum beraksi" gumamku dingin
"Pria mesum ya? Aku akan kasih tahu seperti apa pria mesum yang sesungguhnya" gumam San mendekatkan wajahnya di leherku
"Heeh memang kau pantas di panggil pria mesum" gerutuku dingin
"Aku sudah biasa di panggil pria mesum"
"Oh ya? Jadi kau juga sudah biasa ya pembunuh yang menyebalkan ya!!" protesku mendorong San
"Apa maksudmu? Semua ketua mafia pasti seorang pembunuh dan kau juga Sani!!" protes San kesal
"Oh benarkah? lalu kenapa kau membunuh ayahku!!!" teriakku mendorong San hingga San terjatuh
"Ka... Kamu..."
"Kau kira aku tidak tahu apapun tentang hal itu, kau bilang ayahku baik - baik saja di keluargamu tapi ternyata ayahku kau bunuh, kenapa kau berani membohongiku!!!" teriakku kesal
"Bukan seperti yang kamu pikirkan..."
"Lalu apa!!!" teriakku kesal, San menarikku dan mendorongku ke tempat tidur
"Aku mencintaimu Sani, aku benar - benar mencintaimu" gumam San berusaha menciumku. "Han bodoh kemana kau!!" gerutuku dalam hati
Tiba - tiba Han datang dan memukul San kuat, Han menarikku ke dalam pelukannya dan melindungiku.
"Dasar bodoh kalau kau telat menyelamatkanku bisa gila aku nanti" gerutuku pelan
"Maaf aku baru mengurusi beberapa hal di sebelah" gumam Han menatapku
"Bodoh, aku hampir di perkosa tahu!!" gerutuku kesal
"Oh benrakah? Aku tidak akan mengizinkan anakku tercampur dengan DNA si pria mesum ini"
"Tunggu anak?" tanya San terkejut
"Ya dia akan mengandung anakku..." guman Han dingin
"Beeaninya kau menodai wanitaku!" gerutu San kesal
"Dia milikku jadi suka - suka aku lah"
"Aku akan merebut Sani kembali"
"Heleh rebut? Apa yang bisa kau rebut!!"
"Kalian keluarga Li hanya menginginkan anak dari Sani saja sedangkan kalian tidak menginginkan Sani seutuhnya!"
"Tunggu ... Apa?" tanyaku terkejut
"Ya itu kenyataannya.."
"Omong kosong!! Jangan dengarkan dia" gumam Han menutup kedua telingaku
"Itu kenyataan keluarga kalian, buktinya saja kalian keluarga Li tidak ingin menikah karena kalian tidak cocok dengan wanita yang dijodohkan dengan kalian!!" tawa San keras. Aku masih terkejut mendengar perkataan San itu "Ha.. Hanya seorang anak saja ya..."
"Apa yang dikatakannya benar Han?" gumamku dingin, aku melepaskan tangan Han dari telingaku
"Tidak, aku tidak melakukan itu percaya padaku"
"Hmmm aku capek aku ingin istirahat" gumamku melepaskan pelukan Han dan berjalan pergi
"Awas kau San !!! Sani tunggu!!" teriak Han di belakangku
Aku masih terpikir perkataan San. "Hanya ingin seorang anak?" desahku masuk lift dan bersandar di pintu lift
Setelah pintu lift terbuka aku berjalan masuk ke dalam kamar, aku terduduk merenungi nasib sial hidupku untuk kesekian kalinya
"Kenapa hidupku seperti ini?" desahku pelan
"Lalu apa artinya perjanjian pernikahan itu kalau aku juga bakal di buang" desahku pelan, aku membuka internet dan mencari tahu tentang kebenaran perkataan San. Di sebuah artikel ada yang menyebutkan kalau Wan membuang istrinya ke laut karena tidak bisa memberikan keturunan kepada keluarga Li
"Membuang? Ke Laut?" gumamku terkejut
"Aahh hahaha kenapa hidupku seperti ini!" teriakku kesal
Tiba - tiba perutku terasa tidak nyaman, rasa ingin muntah dan mual terasa menyakitkanku
Hhuuueeeeeekkkk.. Hhuuueeeeekk
"Sani.. Kamu tidak apa - apa?" gumam Han masuk kedalam kamar tapi aku hanya terdiam
"Apa kamu sakit?"
"Tidak" gumamku terus mual
"Apa kamu hamil?" tanya Han senang
"Mu.. Mungkin..." desahku pelan
"Baiklah besok kita harus ke dokter kandungan dan kamu harus menjaga kesehatanmu" gumam Han serius
"Han..." desahku menatap Han
"Ada apa sayang?"
"Apa yang dikatakan San benar?"
"Jangan percaya perkataan San, dia selalu mengadu domba..."
"Walaupun itu kenyataannya aku tidak masalah, akan aku berikan berikan anak ini kepadamu setelah itu bunuhlah aku atau izinkan aku untuk membunuh diriku sendiri"
"TIDAK!! KAMU ISTRIKU, TIDAK AKU IZINKAN KAMU MELAKUKAN ITU!" protes Han kesal
"Tidak apa, aku rela kok. Jaga anak kita dengan baik Han, carilah wanita yang bisa mencintaimu dan menyayangimu setulus hatimu"
"Tidak!! aku tidak akan melakukannya!!"
"Kalau keluarga Li hanya menginginkan seorang anak aku akan memberikannya" desahku pelan
"Aku menginginkan kalian berdua... Aku tidak ingin kehilangan salah satu dari kalian berdua"
"Tenang saja. Aku tidak apa Han sungguh asalkan anak ini kau jaga dengan baik" desahku pelan
"Sani.. Jangan bicara seperti itu... Aku sayang kamu, aku berbeda dengan kakakku aku bersungguh - sungguh"
"Hmmm apa yang dikatakan San benar?" tanyaku menatap Han serius
"Ya benar, tapi aku berbeda... Aku benar - benar mencintaimu Sani, aku tidak seperti kedua kakakku. Ayah juga mengetahui itu" desah Han serius
"Walaupun itu kebohonganpun aku tidak masalah, aku akan tetap memberikanmu anak ini dan jagalah anak ini dengan baik" gumamku mencoba tersenyum
"Aku tidak berbohong Sani, aku mengatakan yang sebenarnya, kakakmu kan bilang kepadaku untuk menjagamu juga kan itu karena aku berbeda dengan kedua kakakku!!"
"Ya terserah kamu lah, aku tidak enak badan aku mau tidur" gumamku merebahkan badanku dan membelakangi Han, Han memelukku dari belakang dan menciumku lembut
"Jangan khawatir sayang, aku tidak akan melakukan apapun kepadamu. Aku benar - benar menginginkanmu dan aku ingin hidup bersamamu" gumam Han di telingaku
Aku menatap di depanku dengan tatapan kosong, antara sedih kesal dan marah bercamour jadi satu di hatiku. Ingin sekali aku marah kepada ayah kenapa ayah mengikhlaskan anak perempuannya menikah kontrak dengan keluarga iblis ini dan anak perempuannya hanya di jadikan alat untuk menghasilkan seorang anak saja. Rasa sakit yang terasa menyakitkan ini aku hanya bisa menahannya dalam diam, aku memejamkan kedua mataku dan meneteskan air matakh diam - diam