Aku terus menatap bulan di sepanjang malam ini, bulan yang bersinar terang menyinari pantai yang sepi ini. Aku merasakan dinginnya udara pantai yang menusuk tulang, bertemu dengan tiga orang sekaligus di satu tempat membuatku sangat galau aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan
"Kamu kenapa langsung pergi saja Sani?" tanya Fadil mengagetkanku
"Eeehhh... Mmm tidak ada..." desahku pelan
"Apa kamu merasa tertekan oleh bisikan Samuel?"
"Tidak juga, cuma sedikit... Bingung"
"Bingung kenapa?"
"Kenapa banyak pria yang menginginkan berkontrak denganku? Bahkan Samuel juga menginginkan itu?..." desahku pelan
"Kalau bukan karena janji kita dan aku bukan wakilmu aku juga sudah melakukan kontrak denganmu Sani.." desah Fadil menatap bulan di langit
"Kenapa kamu juga berpikir sama?"
"Ya siapa yang tidak mau punya istri sepertimu. Udah mandiri, kuat, pintar, hebat, bahkan seorang ketua mafia terkejam. Siapa yang tidak ingin istri sepertimu..." desah Fadil pelan
"Kalau ingin aku menjadi istri kenapa tidak istri beneran? Kenapa harus kontrak?" protesku kesal
"Menjadi istri sungguhan tidak semudah yang kamu bayangkan Sani.."
"Tapi menjadi istri kontrak hanya membuatmu seperti seorang pembantu Fadil!!!" protesku kesal
"Ya memang namanya juga istri kontrak"
"Tapi Fadil... Aku sangat bingung"
"Bingung kenapa?"
"Aku bingung harus apa.."
"Lebih baik jangan pikirkan hal itu, sekarang pikirkan cara kamu untuk mencapai tujuanmu apalagi pekerjaanmu bertambah saat kamu menjadi ketua mafia pusat Sani"
"Hmmm iya aku tahu makanya itu aku menolak tapi tetap di paksa" desahku pelan
"Tidak apa, itu lebih menguntungkan kita"
"Maksudmu?" tanyaku terkejut
"Kamu punya banyak pendukung dan mempunyai wewenang jadi tidak ada yang berani melanggar perintahmu"
"Mmmm benar juga perkataanmu" desahku pelan
"Kita ambil positifnya saja Sani sambil menata lagi mafia kita. Aku akan membantu menata lagi dan melatih anggota kita Sani" gumam Fadil menatapku serius
"Oh baiklah, tolong ya Fadil ..." deshaku mencoba tersenyum
"Tidak masalah adikku, kamu harus jaga dirimu. Banyak yang menginginkanmu tapi banyak yang menginginkanmu mati, ini daftar mafia yang menargetkanmu" gumam Fadil memberikanku secarik kertas
"Oh... Baiklah makasih" desahku pelan
"Aku mau tidur dulu ya, besok ada pertemuan lagi tapi besok organisasi San tidak ikut jadi hanya organisasi milik Han saja. Kamu tidak ikut besok?"
"Tidak tahu, aku kan bilang aku netral tidak ikut organisasi manapun"
"Tapi kan Han pasti akan memaksamu ikut.."
"Terserah dia, aku tidak ikut..."
"Tapi kamu ketua mafia pusat sekarang Sani, mau tidak mau kamu hadir besok karena ketua Boo memilih ikut organisasi Han"
"Gak tahu kakak... Udah ah tidur sana!!" gerutuku kesal
"Hmm baiklah, jangan lama - lama diluar dingin. Aku tidak mau adik kecilku sakit" gumam Fadil mencium keningku dan berjalan pergi meninggalkanku
Aku dan Fadil bukan kakak dan adik kandung, tapi karena aku dulu orang yang sangat manja dan kekanak - kanakan Fadil gemas kepadaku dan menganggapku adik kandungnya dan aku juga karena ditinggal pergi kakak kandungku jadinya aku juga menganggap Fadil kakak kandungku dan kami berjanji menjadi kakak dan adik kandung sejak kecil itulah kenapa aku dan Fadil walaupun memiliki rasa tapi kami tidak bisa menjalin hubungan
Aku menatap Fadil yang berjalan meninggalkan menuju ke arah bangunan berada, setelah tidak melihatnya aku kembali merenung kehidupanku ditemani dinginnya malam ini. Tidak berapa lama ada seseorang yang menyelimuti dengan sebuah jas hitam dari belakang, aku berbalik dan menatap Han berdiri dibelakangku sambil menatapku khawatir
"Sudah malam tidak baik kamu disini sendirian" desah Han pelan
"Kenapa kamu kemari?" desahku pelan
"Aku mengkhawatirkanmu, dari tadi aku berkeliling mencarimu. Kalau Fadil tidak memberitahukanku pasti aku tidak tahu posisimu" desah Han terduduk di sebelahku
"Kenapa kamu mengkhawatirkanku? Aku baik saja" desahku pelan
"Hmmm apa yang kamu pikirkan istriku?"
"Aku bukan istrimu!!" protesku kesal
"Aku tidak peduli kamu tetap istriku!!"
"Aku udah sering bilang aku bukan is..." Han merangkulku dan mencium bibirku yang membuatku tidak bisa berkata apapun lagi, matanya terlihat penuh dengan kesedihan dan kekhawatiran kepadaku
"Aku tidak peduli, kamu tetap istriku dan aku tidak peduli kamu menolak atau apapun kamu tetap milikku" desah Han serius
"Hmmm apa kamu khawatir tentang sesuatu?" gumamku pelan
"Yups dugaanmu benar.."
"Apa yang kamu khawatirkan?"
"Tentang kekasihmu dahulu Samuel Kim" desah Han pelan
"Apa hubungannya denganku?"
"Ada, dia ingin merebutmu dariku dan itu membuatku sangat sedih dan khawatir"
"Sedih? Khawatir kenapa? Kan masih banyak wanita diluar sana" gumamku pelan
"Tidak mau!!!"
"Hmmm jangan kayak anak kecil Han.." desahku
"Aku gak mau ya gak mau!!"
"Hmmm" desahku melepaskan jas di tubuhku dan menyelimutkan kepada Han
"Kenapa kamu berikan lagi kepadaku?"
"Kamu gak boleh sampai masuk angin, aku lagi capek jadi gak mau mijitin kamu" desahku pelan
"Aku tidak butuh dipijitin, hanya denganmu selalu berada di dekatku sudah membuatku senang"
"Hmmm..." desahku pelan
"Kamu tidak tidur?" gumamku mengalihkan pembicaraan
"Tidak, aku mengkhawatirkanmu"
"Sudah hampir pagi, tidurlah"
"Tidak... Aku ingin menemanimu"
"Tidurlah Han!!!" protesku kesal
"Kalau kamu menyuruhku tidur..." desah Han menggendongku dengan tiba - tiba
"Kamu juga harus tidur!!" gumam Han berjalan meninggalkan pantai
"Turunin aku Han!!" protesku berusaha turun dari gendongan Han
"Diemlah"
"Turunin aku!!" teriakku meronta - ronta tapi gendongan Han sangat kuat yang membuatku terdiam pasrah dan melingkarkan tanganku di leher Han
"Nah kalau diam seperti ini kan tidak mengundang curiga orang" desah Han pelan
"Kamu kenapa menggendongku?" tanyaku pelan
"Hanya ingin saja..."
"Hmmm apa aku berat?"
"Tidak sama sekali"
"Benarkah?" desahku pelan
"Ya kamu jadi kurusan sekarang dari pada yang dulu apa kamu tidak pernah makan kalau tidak ada aku ya?"
"Ka... Kamu pernah menggendongku?" tanyaku terkejut
"Ya kamu selalu ketiduran di sofa tahu" gumam Han pelan
"Ohh hmmm...." desahku pelan
"Apa kamu jarang makan?"
"Tidak, aku makan kok cuma emang beberapa hari kemarin aku tidak makan" desahku pelan
"Hmmm lain kali kamu harus makan ya" gumam Han membuka pintu kamar
"Tidak mau"
"Kenapa tidak mau?"
"Aku tidak ingin makan banyak" desahku pelan
"Kamu harus makan banyak" protes Han merebahkan tubuhku di atas tempat tidur
"Kenapa kamu memaksaku!!" protesku menatap Han di atasku. Kedua tanganku di tarik keatas dan genggam erat oleh Han, matanya menatapku dengan tatapan dingin seperti terlihat sangat kesal
"Aku memaksamu demi kebaikanmu juga apa kamu tahu!!" gumam Han sambil menatapku dingin
"Aku bisa menjaga diriku jadi aku..."
"Jadi kamu apa?" desah Han mengendus leherku yang membuatku geli
"A.... Apa yang kamu lakukan?"
"Aku tidak melakukan apapun, hanya mencium aroma tubuhmu saja" desah Han terduduk di atas perutku
"Kenapa kamu lakukan itu? Kamu berat Han! kenapa kamu duduk di atas perutku?" protesku
"Karena aku suka melihat wajahmu memerah seperti itu" desah Han menciumku lembut
"A... Apa hubungannya?"
"Menurutmu tidak ada tapi menurutku itu ada hubungannya" gumam Han pelan
"Han lepasin..."
"Aku tidak mau melepaskanmu"
"Tingkah lakumu membuatku geli!!"
"Tidak masalah aku lebih suka itu" bisik Han ditelingaku
"Haaannn... Tolonglah... Jangan nodaiku!!" protesku kesal
"Kenapa kamu berpikir aku menodaimu? Apa kamu ingin aku menodaimu?" tanya Han menatapku dingin
"Ja... Jangan.."
"Lalu? Jangan berpikir aku merusak istriku sebelum menikah apa kamu mengerti!!" protes Han kesal
"La... Lalu apa yang kamu mau sebenarnya?" gumamku berusaha melepaskan genggaman Han
"Aku hanya ingin bertanya satu hal dan meminta janji darimu"
"Bertanya apa? Janji apa?" gumamku bingung
"Siapa yang kamu pilih? Aku, San atau Samuel?" bisik Han di telingaku
"Apa tidak ada pertanyaan lain?" protesku
"Tidak ada... Jawablah!!" protes Han menatapku dingin
"Aku tidak tahu..."
"Tidak tahu? Aku tidak percaya dengan perkataanmu" gerutu Han kesal
"Ja... Jangan lakukan itu!!" teriakku menahan geli
"Jadi jawab istriku sayang..." gumam Han lembut
"Kenapa kamu tanyakan itu?"
"Aku hanya bertanya kepadamu. Jadi jawablah!!"
"Aku ... Aku benar tidak tahu.." desahku menahan geli saat Han terus mengendus leherku
"Oohhh kamu masih tidak mau mengakuinya... Kamu ingin suamimu ini kalah gitu" gerutu Han kesal
"Kalah... Kalah apa?" tanyaku terkejut
"Aku sedang bertaruh dengan San dan Samuel dan kamu memilih musuhmu menang dan suamimu kalah begitu?" bisik Han di telingaku
"Ti.. Tidak... Itu tidak bisa aku membiarkan musuhku menang dariku!!!" protesku kesal
"Jadi.. Apa keputusanmu sayangku?" desah Han pelan
"Keputusan? Keputusan apa?" gumamku masih bingung
"Uuukkkhhhh..." rintihku kesakitan saat Han menggigit leherku kuat
"JAWAB!!!" protes Han kesal
"Ba... Baik - baik aku memilihmu..." desahku mengatur nafas
"Oh benarkah? Kalau begitu berjanjilah kepadaku" gumam Han terus menggigit leherku dengan sangat kuat
"Jan... Janji seperti apa?" gumamku pelan
"Berjanjilah seperti kamu berjanji kepada mafia" gumam Han terus menggigit leherku sampai terasa keluar darahku mengalir deras di leher
"A... Aku Sani Shin berjanji akan memilih Han dan mencintai Han dengan sepenuh hatiku...." rintihku menahan sakit
"Yang lengkap!!" protes Han kesal
"Aku Sani Shin berjanji akan memilih Han dan mencintai Han dengan sepenuh hatiku. Akan ku berikan seluruh tubuh, hidup, matiku untuk Han dan Han adalah suamiku, apabila aku melanggar Han boleh membunuhku jika Han melanggar aku boleh membunuhnya. Janji setiaku akan aku tepati sampai kapanpun..."
"Hmmm kamu ternyata menambah kalimatmu sendiri ya" desah Han melepaskan gigitannya, aku terdiam menahan sakit bekas gigitan Han di leherku ini
Gigitan dileher saat berjanji bagi para mafia adalah bukti kalau suatu janji yang diucapkan harus di tepati dan kalau dilanggar oleh pengucap janji maka pengucap janji akan di bunuh sedangkan aku memang menambahkan agar aku tidak rugi dalam janji ini
Aku masih tidak percaya aku mengucapkan janji setia memilih Han malam ini dengan paksaan pula. Sedih, sakit, kesal bercampur aduk di dalam hatiku. Aku hanya ingin fokus melakukan tujuanku tapi sekarang aku malah melakukan janji setia kepada Han
"Sani kamu menangis?" gumam Han menatap mataku yang mengeluarkan air mataku, aku hanya terdiam dan masih tidak percaya dengan apa yang aku katakan tadi
"Hmmm maaf sudah memaksa kamu istriku. Aku harus lakukan ini untuk memenuhi tanggungjawabku" desah Han melepaskan kedua tanganku dan menciumku lembut yang membuat air mataku turun dengan deras
"Baiklah kamu boleh menggigitku sekarang" gumam Han menarik tanganku yang membuatku terduduk di depan Han
"Gigitlah aku, aku akan melakukan janji setia kepadamu..." gumam Han memelukku erat. Ingin sekali aku menolak tapi Han sama sekali tidak melepaskan pelukannya jadi mau tidak mau aku memilih menggigit leher Han
"Uuuuukkhh" Rintih Han kesakitan
"A.. Aku Han Li berjanji kepadamu akan selalu setia menemanimu disisa hidupku dan akan aku berikan tubuh, hidup, matiku dan seluruh yang aku punya untukmu. Tidak pernah ingkar dan jika aku mengingkarinya kamu boleh melakukan apapun sesuka hatimu... Janji setiaku kepadamu" gumam Han pelan.
Mendengar janji Han membuatku sedikit terkejut, ini kali pertamanya melakukan janji setia oleh kedua belah pihak sekaligus, berbeda dengan peraturan janji setia sebelumnya
"Sudahkan, aku juga berjanji setia kepadamu jadi apapun yang kamu inginkan dariku walaupun itu tubuhku sekalipun akan aku berikan kepadamu" desah Han serius
"Hmmm..." desahku membuka kancing pakaian Han yang membuat terlihat jelas dada bidang dan perutnya yang kotak - kotak itu
"Kamu mau melakukannya?" bisik Han terkejut
"Melakukan apa? Darahmu hampir menodai pakaianmu jadi gantilah pakaianmu dahulu" gumamku pelan
"Aku tidak mau"
"Lalu kamu maunya apa?" tanyaku bingung, Han mendorongku kembali dan terlihat jelas roti sobek di atasku
"Aku ingin tidur denganmu sekarang" desah Han memejamkan matanya terus berbaring di sebelahku sambil memelukku erat, aku menatap wajah Han yang terlihat senang setelah melakukan janji setia kepadaku
"Apa kamu senang sekarang?" gumamku pelan
"Ya aku senang, sangat senang ..." desah Han menciumku sambil terus memejamkan mata
"Hmmm..." desahku pelan membalas ciuman Han
Aku tidak tahu apa konsekuensi aku melakukan janji setia dengan Han ini, melakukan janji setia harus aku lalui dengan paksaan dari Han sendiri padahal melakukan itu harus dengan tulus ikhlas tanpa paksaan. Tapi sekarang aku sudah melakukan janji setia kepada Han, bisa terbebas dari kontrak, perjanjian, dan janji setia mungkin adalah keberuntunganku dan kalau memang mungkin aku harus bersama dengan Han di seluruh hidupku ini