ROMIO OR ROMEO [01]
"Makasih pak, Alya masuk dulu ya".
"ya non, hati-hati. Belajar yang semangat ya!". audi hitam itu meninggalkan area gerbang Sekolah Menengah Atas yang biasa dikenal dengan nama 'SMA GARUDA'. Tapi kebanyakan siswa menyebutnya dengan 'saga'. Widihh kesan nya kek keren gitu ya? Kata tetua alumni sih bilang awalnya itu sma garuda dipanggil 'saruda' tapi, semenjak keluar film twilight saga vers jadi sekolah juga disebut 'saga' karena saking mendemam nya film twilight kala itu.
Alya menghirup udara gersang jakarta banyak-banyak, lalu mengulaskan senyum indah di bibir tebal dengan warna pink alami itu dan berjalan masuk. Yaa, berjalan masuk ke salah satu tempat yang mungkin akan menjadi tempat nya untuk pertama kali jatuh cinta. Sudah begitu banyak kasus remaja yang menemukan cintanya di bangku putih abu-abu atau, banyak yang bilang jika masa putih abu-abu itu masa indah yang sayang jika dilewatkan begitu saja.
Banyak yang bilang juga jika masa sma itu akan terasa hambar jika tidak merasakan jatuh cinta, menjalin asmara, pengalaman baper sama ketos dan ambyar setiap ngeliat cowok basket, juga tentunya pengalaman rasanya sakit hati karena cinta tak seindah ekspektasi. Intinya sebenarnya masa sma itu bukan hanya berputar dengan segala yang berkonsep putih abu-abu tapi juga banyak rasa warna didalam nya.
Walau begitu sekarang kalian mungkin baru sadar kenapa itu disebut putih abu-abu soalnya kalau kita pakai baju yang banyak warna itu mah pelangi! Bukan putih abu-abu. karena untuk menghindari vibe-vibe anak tadika mesra yang punya banyak warna.
BRUKKK...
"hey bebs, senyum-senyum baee". cewek yang ini namanya Ersya biasa dipanggil eca, dia sahabat bar-bar gue yang tajir nya gak ngotak dan suka bikin banyak umat iri termasuk, gue.
Gue merangkul Ersya hangat "ca, gimana liburan kemaren. Di Finland ada apa aja?".
"yeuuu, lo kira di Finland emang ada apa? Sama-sama aja kok biasa. Mending gue ke curug[1] pelangi baliknya ke dufan anji---Eehh jalang! Jauh-jauh lo dari arka nya gue!!!". ersya tiba-tiba memekik lalu meninggal-kan alya begitu saja.
"ehhh ca!". melongo gue. gue ikuti arah dia pergi---lahhh, pantes. Di ujung lapangan gue liat pacarnya, Arka lagi ketawa ketiwi bareng cewek lain, re: Minzi. Yang notabe nya musuh bebuyutan ersya sedari jabang bayi.
Iri gue selain karena ersya yang tajir tapi juga iri karena kisah cinta dia. Dia itu emang bar-bar tapi pawang nya, Arka itu cowok yang baik nan soft banget walau image Arka diluaran sana kek kulkas berjalan tapi, gak se-keren kulkas berjalan spesies nya sehun exo, yang katanya ganteng itu. Karena nyatanya arka itu aslinya penakut, kagetan juga anaknya. Makanya tuh cowok hampir tiap hari diusilin ersya mulu. Memang gak ada akhlak dia jadi pacar.
Kisah cinta gue? Jujur kadang gue ngerasa jadi cewek yang ditakdirkan buat jadi jomblo selama gue delapan belas tahun hidup. Sebenarnya gue emang dari dulu gak begitu welcome sama hal-hal berbau cinta-cintaan. Dua empat per tujuh diisi belajar dan belajar.
Semua tuntutan membentuk gue jadi seorang cewek yang mengesampingkan hal yang gue anggap gak penting buat nasib masa depan shining, shimmering, splendid gue. Tapi, entah kenapa akhir-akhir ini gue sedikit membuka pintu welcome yang biasanya gue tutup rapat-rapat dengan seribu gembok perunggu plus diganjel batako seberat lima kilo gram sebanyak tiga lapis dibayar tunai, biar gak ada yang bisa buka sekalipun didobrak.
Dulu gue kira gue bisa nyari cinta gue sendiri walau nyatanya itu gak bisa karena gue sering dijodohkan sama kedua orang tua gue dengan banyak cowok yang gak pernah gue kenal. Oke mari kita alihkan pembicaraan ke bagian yang lain terlebih dahulu karena pembahasan ini mengandung unsur sensitive. Ini miris bor!
Kaki gue berlari pelan menghampiri salah satu sahabat gue yang lain "na!, ihhh kangen asli". tangan Mina gue rangkul-rangkul gemas.
"ishhh, apaan sih lo. Kita gak ketemu itu cuma dua hari aja. Gak usah lebay". Mina menoyor kening alya. Sahabat nya ini kadang suka menempel-nempel dengannya.
Kening gue mengerut saat menyadari adanya kehadiran seorang cowok yang keliatan baby face banget tepat di samping Mina. "yang keberapa nih na? wajahnya gak familiar gini, gak pernah liat yang ini gue.".
Mina mengangguk lalu menjepit tangan cowok disebelahnya "kenalin ini Denan, dekel baru saga. Yang ini mah gak neko-neko. Dah tobat gue".
"cih! tobat lo mah bullshit. Dua hari yang lalu perasaan lo bilang gitu juga ke Fakhri anak sebelah dehh. Makanya musrik kalo gue percaya lagi".
Mina tergagap dengan mata yang melebar ia mendorong alya jauh-jauh "ahahaha!, engakk kok hahaha---dah bye-bye yaya!".
gue menggelengkan kepala lalu berbelok memasuki kelas. Karena gue pinter jadi gue satu server di ipa satu. Tolong jangan salah paham walau gue gaul nya sama Ersya yang spesies bar-bar, Mina yang playgirl alias punya banyak harem, ohh ada satu lagi sahabat gue yang bikin image pintar gue banyak diragukan orang.
Tar, gue belum ada liat tuh orang…
Gue menolehkan kepala ke penjuru kelas mencari sahabat gue satu lagi, lah tumben si cipa belom dateng. biasanya dia yang paling pagi dateng diantara kami yang entah karena apa alasannya dia rajin begitu. Fyi cipa itu cucu yang punya sekolah. Finally, gue mengakui adanya hal yang membuat gue sedikit bangga temenan sama dia.
Tak lama datang seorang cewek dengan hijab gaya Marsha and the bear. Inilah yang dinamakan 'niat ingin menutupi aurat tapi apadaya diri yang bak selicin belut tak bertulang dan tak mau diam. jadi hasilnya bak nasi padang yang karet nya lepas, alias berantakan dan gak karuan'. Dia ini satu-satu nya yang berhijab diantara kami berempat juga diantara anak kelas. Intinya dia itu aesthetic dan extraordinary.
"AIGOO[2], dapid oppa[3]!...gue miss you, kakanda eneng happy meet dapid oppa". gue menggeleng melihat adegan yang bikin mual di depan kelas.
Cewek tadi itu syifa, dihh! Namanya adem ya? Tapi sayang dia seperti yang dikatakan diatas, dia gak waras. Mabok drama korea, keturunan sunda tapi gaul sama anak-anak bule. Yaa gue itu anak blasteran yang entah bagaimana mina dan ersya juga blasteran. Cuma syifa aja yang local original punya.
"aigoooo, mau kemana atuh opaa, gue ikut ya!". yaa gitu keseharian syifa yang dah kek anak piyik ngikutin ibunya pergi ke mana aja. Eeh kayaknya syifa itu kebagusan namanya, makanya kebanyakan orang dari dulu tuh manggil dia cipa. Dan untuk yang penasaran siapa itu Dapid, dia itu cowok yang jadi km kelas gue, sebenarnya namanya itu Dave tapi entah gimana berubah jadi Dapid semenjak dia kenal cipa. tercemar sudah Namanya, dah bagus-bagus dave tapi malah jadi dapid. Sebenarnya ikut prihatin gue.
TRINGGGGG...TRINGGGGG…. TRINGGGGG...
Bel masuk berbunyi tanda pelajaran pertama akan dimulai bertepatan juga dengan kedatangan Mina yang langsung duduk disebelah gue dan eca yang dateng bareng Arka. mereka memang duduk bersama tepat di belakang bangku gue. Bukan karena arka yang pengen ngapel atau mojok tiap hari bukan, tapi karena si sultan ersya yang posesif nya minta dimampusin. Kebalik bukan?
"anjim! ---al, lo bukannya waktu itu liat si tomo di rumah sakit ya? Napa si Tomo bisa masuk?". bisik mina.
Gue mengendik-kan bahu, kaget juga sebenernya liat guru kimia yang tidak diharapkan kehadiran-nya oleh seluruh umat kelas tiga ipa satu "gak tau tuh gue. Perasaan emang dua hari yang lalu gue liat pak Tomo di rawat. Kena cahaya illahi kek nya jadi langsung sembuh gitu".
"hahahaha" kami berdua tertawa begitu saja. Padahal pak Tomo sudah mulai menerangkan pelajarannya. Tak menegur karena itu sudah hal yang biasa bagi hampir setiap guru.
Tuk…
Gue mengusap tengkuk leher dan mendapati bulatan kertas. Bak angin lalu gue membuang kertas itu sembarang dan kembali fokus pada pelajaran kimia di depan.
Tuk…
Ada lagi yang lempar gue kertas, but it's okay gue masih punya stok kesabaran.
Tuk…tuk…tuk…trutuktuktuk..
"HAAAH!".
seluruh perhatian kelas mengarah ke gue. Tapi perhatian gue terarah pada Samuel, cowok yang tak mau gue akui sebagai bagian dari spesies manusia karena dia itu sebenernya sejenis babi blasteran rubah jantan ber-ekor sembilan yang tak tahu diri nan licik. Dan, yaa! Dia tersangka kasus di pagi hari yang tadi nya cerah ini.
Gue tatap tajam Samuel bak laser, tapi dia mengacuhkan tatapan gue dan semakin asyik buat banyak bulatan-bulatan kertas lagi… Dia ini emang beda.
Trutuktuktuktu…. tuk…
Sialan! Dengan tatapan dingin Samuel, dia ngeleparin bulatan kertas itu dengan jumlah banyak kearah wajah gue, inget! langsung ke wajah gue nya!.
"SOMETHING BROKEN WITH YOU!". gue memekik kesal. Pekikan itu sekali lagi mengalihkan atensi kelas, sekali lagi. Gue meringis bersalah saat bertatap mata dengan pak tomo yang berkali-kali menghela napas lelah. gue tau dalam hati nya pak tomo lagi istighfar banyak-banyak. kenapa harus dapet cobaan jadi pengajar di tiga ipa satu.
Gue bangkit dan menundukkan tubuh sebentar pada seisi kelas termasuk pak tomo dan melangkah menuju pintu kelas. iya ini niat nya mau bolos gue. Setidaknya gaya gue bolos itu versi sopan, maksud nya sedikit sopan. Yaa, Mana ada bolos itu sopan? Dari nama nya aja seolah mengatakan 'BARANG SIAPA YANG BOLOS NISCAYA DIA ADALAH ANAK DIDIKAN NYA TUAN DAKJAL'. Tapi, dibandingkan dengan sahabat gue, gue masih lebih baik lah yaa…
"hahahaha!"
Syaland, dari luar kelas aja gue masih bisa denger suara dia ketawa. Siluman babi!
Jangan heran kenapa gue bisa sebegitu enaknya ninggalin kelas tanpa dicegat pak tomo. Itu karena gue punya kunci keselamatan hidup para guru disini, siapa lagi kalau bukan cucu pemilik sekolah? Cipa. Bahagia gue sekolah bareng cipa. Tapi, walau begitu gue gak pernah nganggep enteng pelajaran dan sering bolos. Gue bolos paling cuman tiga sampai empat kalian dalam setahun. Gak sesering sahabat gue yang lain.
Kaki gue mengarah sendirinya menuju perpustakaan sekolah, tubuh gue berhenti mendadak gitu aja pas gue baru aja masuk pintu perpus. Wait-wait …baru kali ini gue melihat keganjilan yang tak bisa dipercaya selama delapan belas tahun hidup. walau gue sendiri liat langsung pakai mata telanjang "ehh cipa! Lo belajar? Thanks a lot, tuhan!". sungguh pemandangan di depan ini bikin gue terharu. Yaa lebay nya gitu.
Cipa tersenyum lebar pada Alya, senang dia dipuji-puji soalnya selama hidup cipa jarang banget dipuji Alya. dua empat per tujuh hidupnya diisi hujatan Alya. Untung dia menuruti perkataan Dave tadi "iya nih, gue disuruh belajar khusus bareng Dapid oppa sama kakek gue. jadi gue gak masuk kelas, kek privat gitu. Eeh sini duduk dulu lo".
Gue menerima ajakan cipa. Tapi penasaran kan gue 'tumben banget tu anak gak waras mau belajar gini'. Masih gak percaya aja.
"plisss al, tatapan lo ngatain gue banget". hehehe, gue cengengesan. yaa abisnya selama delapan belas tahun gak ada yang bisa bikin cipa rajin belajar gini dan baru sekarang gue nemuin kecualinya, yaitu seorang dapid. Ada apa-apa nih pasti.
"ini juga gue mati-matian mempertaruhkan kehidupan gue di masa depan. gak mau dong tar anak-anak gue jadi bego kek ibu-nya". celetuk dapid seraya melirik alya. Ohhhoho pantesan. Walau dapid keliatan ogah-ogahan sama cipa tapi, sebenernya dia itu suka juga sama cipa.
"iya! dapid oppa bakal jadi guru les gue al! seneng bangettt gila". cipa kegirangan sampai ia khilaf, dengan secepat kilat ia mendongakkan kepalanya dan mengecup pipi kiri Dapid.
Gue terkejut. "eehhh cipa! anak orang itu!---masih perjaka dia!". gue memukul pelan tangan cipa, lihat saja tak tahu malu nya marsha jadi-jadian itu. Gak ngeliat gitu dia, Dapid yang udah blushing tapi dia malah cengengesan gila.
Dapid pergi gitu aja, malu bercampur kaget kayaknya soalnya ini ada kaitannya sama keperjakaan pipi dia! Dan kodrat seorang cowok yang biasanya memulai duluan. Soalnya cowok kayak dapid itu keliatan anak remas[4] banget, pipi dia masih suci. Dan sekarang kesucian itu dirampas gitu aja sama cipa, sahabat gue. Entah gue harus bangga atau enggak.
Cipa cuma cengengesan seneng, seneng jadi yang pertama kek nya dia. Gak tau diri emang.
Asli, dia bukan sahabat gue, gak kenal gue. Oh, ya tolong ingatkan kalau di belakang mereka tertera poster 'DILARANG BERISIK, INI PERPUSTAKAAN".
Facepalm pun dah gak berguna karena satu sekolahan kenal baik sama gue yang notabenya sahabat cipa.
[1] Curug : air terjun
[2] Aigoo : astaga
[3] Oppa :kakak laki-laki/ laki-laki yang lebih tua.
[4] Remas : remaja mesjid