ROMIO OR ROMEO [07]
Mina memperhatikan alya yang terlihat kayak lagi dikejar-kejar sama anak kelebihan asi bapak atau sebut saja anak itu maxime, cowok yang kemana-mana nempel sama samuel itu emang seneng jahilin alya.
Yaa siapa sih cowok yang gak suka kalo cewek yang mereka jahilin itu nanggepin apalagi alya itu sedikit gampang terpancing amarahnya kalo berhubungan dengan maxime dan Samuel, gitu sih dari penglihatan mina selama ini.
Tapi, walaupun gitu. Alya yang paling bisa berpikir dingin, dan bisa dibilang lebih tenang. Intinya dia yang paling banyak stok kesabaran diantara ketiga sahabatnya. Berarti kebayang dong segimana pendek sumbu ketiga sahabat alya? "ehh al, lo balik gak akan kemana-mana kan? Buru-buru amat perasaan".
Alya tak menanggapi mina, tapi alya malah sibuk menempelkan sticky notes di buku paket B.Indonesia. jangan heran, alya kan anak teladan yang sedikit-sedikit bikin catatan. Mina merasa terabaikan karena kesal jadi cewek bermata sipit blasteran jepang itu menarik kasar tangan alya keatas.
Sekarang alya ini kesal-sekesal nya "issshhhh!!! Apaan sih mina!!!! Lo---
"apaaan hah! Apaan, gue apa hah!" sungut mina marah.
"yaa lo apaan? Gue lagi buru-buru nih!" ngegas kan jadinya. Alya menarik paksa tangannya dari genggaman mina. Lalu dengan cepat ia menutup buku-buku yang bertumpuk di atas mejanya.
Ersya datang dengan tiba-tiba dan langsung merangkul erat mina hingga membuat gadis itu terhuyung kedepan dan mendesis kesal "eyoow!-ada apa ini my honey yaya, my luvie nana? ehhh lo mau kemana? Napa buru-buru amat yaya?". Ersya sedari tadi gerah meliat kedua sahabat nya yang adu bacot, mana didepannya lagi. Kan ganggu dia yang lagi mojok sama arka!
"maaf na, gue kebawa rusuh nih!--intinya gue cerita nya gak bisa sekarang ini. Lagi kejepit waktu banget gue asli! Tar malem gue ceritain deh di grup vidcall oke!" jelas singkat alya. Gue langsung masukin bar-bar buku-buku itu ke dalem tas. ngelupain fakta kalau ada beberapa sticky notes yang copot dan berjatuhan.
Ersya hanya bisa melihat tanpa banyak bicara walau jari-jarinya mengetik-kan pesan untuk orang bawahan nya agar bisa membuntuti alya. Mina juga hanya bisa berusaha buat nahan hasrat penasarannya. Sebenernya dia gak sama sekali marah kok sama alya cuma sedikit kesal karena merasa terabaikan. Mina tak terbiasa diabaikan oleh orang, apapun yang dikatakannya selalu didengar, diperhatikan dan dituruti sebab itu ia menjadi anak yang manja persis seperti kedua sahabatnya yang lain, ersya dan cipa. Jadi jika mina benar-benar marah karena hal sepele seperti tadi itu, tak mungkin mereka sahabatan sampai sudah lebih dari tiga belas tahun. Ya kan?
"ehhhh guys, gue sama dapid oppa baru aja dari kanti---
"---yaudah ya guys, gue pergi bye!" alya pergi gitu aja.
Cipa yang baru aja dateng bareng dapid cengo dong. Kayak gue baru dateng tapi lo main pergi aja dan gue dikacangin dengan semudah itu. What the---Kan gitu yaa pemikiran cipa.
"heh!" cipa nyenggol-nyenggol sikut ersya yang ada di sebelahnya. "napa tuh anak? Tumben rusuh-rusuh gitu".
"gak tau gue juga, gak jelas gitu dia tumben. Tapi tenang gue dah nyuruh orang buat ngikutin dia pas balik." Ersya menghampiri arka dan menariknya keluar kelas tentunya untuk pulang. Kata ersya sih, kalo ngapel nya gak bisa di sekolah bisa lah dirumahnya atau rumah arka. Rumah dia banyak kok sudut-sisi yang bisa dipake mojok. lebih enak nya lagi kalo dirumah itu bisa sambil ngunyem-ngunyem manja. gratis pula, apalagi kalau mojok nya di kamar, tanpa takut ketahuan siapa-siap—EEH!, oke, lupakan ini seolah apa yang dikatakan tadi itu hanyalah angin lewat.
Mohon yang tadi jangan dicontoh apalagi sampai ke tahap dimana diantara kalian penasaran dan dicoba. Jangan!
"lah? Tapi sukur dah tinggal nunggu berita jadi aja. Padahal sih gue mau cerita-cerita ada apa aja hari ini gue sama dapid oppa tapi lo pada dah bubar, story-story nya bisa lah nanti lagi aja".
Mina mengalihkan tatapannya pada tangan cipa yang seolah tak ingin melepaskan pelukan nya pada tangan dapid. Iri dengki nan julid dia tiba-tiba tak bisa menahan untuk menunjukan eksistensi-nya. "apaansih kemana-mana nempel mulu lu berdua!"
"iri ya? makanya cari nya satu aja na. yang bisa ditempelin tiap hari nan setia kek dapid oppa nih. Tapi bukan dapid oppa nya gue ya!". cipa menggoyang-goyangkan tangan dave. Padahal dave nya dah kek risih gitu. Kasian sih sebenernya lihat nasib dave yang begitu tragis karena harus ketemu ma spesies cewek gila, gak usah jauh-jauh, cipa adalah contoh nyatanya.
Dave kan jadi positif kalau di kehidupan yang sebelumnya dia itu jadi babu nya cipa. Perasaan dia setiap disuruh-suruh cipa mau-mau aja. Entah faktor ia yang terlalu muak menanggapi atau faktor hati yang mulai menerima kehadiran cipa.
Mina memang dengki sama cipa, "awas aja lu yeh! Gue rebut si dave nangis-nangis lo tar!" focus mina teralihkan saat melihat kejanggalan pada satu sticky notes milik alya yang terjatuh. Ia mengambil nya tak lama kedua mata sipit itu melotot. Ekhmm meski tak bisa terlihat melotot karena kedua mata sipitnya karena terlihat sama saja. Ia menggumam aneh "siapa itu 'cowok sialan'? alya digangguin cowok lagi?" mina aneh aja gitu, siapa cowok sialan dari apa yang alya tulis di sticky notes nya tapi, dengan cepat gadis itu memasukan sticky notes itu ke dalam saku rok nya. biar urusan ini ia tanyakan sendiri pada alya.
Pura-pura tidak terjadi apa-apa. Kini giliran mina sebal dengan pasangan lain di depannya re: arka, ersya. jari telunjuk nya menunjuk-nunjuk "hiiiiih! Jijik! Bucin!, Apaan sih kalian semua! Gak setia kawan banget, masa gitu ya? Gue sendiri yang kagak ada cowok!. Kalian ini—adalah golongan orang-orang yang pura-pura gak paham gimana rasa susahnya jadi jomb---"
"—ohhh kakak jomblo ya? Tar-tar, itu cincin tunangan dari siapa tuh sist?! Berlian ya? Mahall dong, aduhhh beruntung banget sih sist. Siapa sih cowok nya?" mina diam. Masalahnya itu denan sendiri yang tiba-tiba datng ke kelasnya dan mergokin dia. Berasa ke-gep selingkuh, sialan!. Pasalnya mina ini udah terlalu berpengalaman ke-gep selingkuh sama pacar-pacar nya yang dulu. padahal dia udah sering nyari tahu dan memperbaiki kenapa alasan ia sering ke-gep sampe dia punya tiga handphone dengan nomor yang berbeda biar gak ketauan chatan sama banyak cowok tapi, tetep aja per-cheating-an nya selalu ketauan.
Dengan cengengesan ia menghampiri denan yang terlihat dikelilingi aura suram. Melupakan teman-teman nya yang terkaget-kaget saat mereka baru menyadari jika jari mina sudah tidak sepi lagi. Yaa, tepatnya jari telunjuk kanan yang sudah tersematkan cincin berlian yang terlihat sederhana namun tentunya dengan harga yang tak bisa disebut sekedar sederhana.
"hehe! nan-sayangg! Tadi Cuma keceplosan aja kok" mina merangkul lengan denan erat.
"HEH! Lo kagak ngasih tau kita-kita kalo lo udah tunangan??! Sialan. Jelasin ma kita sekarang!". Mina meringis.
"ehhh-denan kita pulang sekarang yuk. Ekhhmm tar gue ceritain di vidcall pas malem aja yaa!". Dengan cepat mina mengambil langkah seribu. "HEH LO MAU KEMANA AISHHH—"
"—sorry guys!, gue belum tunangan sebenernya!-bye" semuanya terdiam melongo dengan tatapan yang menyiratkan satu hal yang sama.
Mina memang dengki sama cipa, "awas aja lu yeh! Gue rebut si dave nangis-nangis lo tar!" focus mina teralihkan saat melihat kejanggalan pada satu sticky notes milik alya yang terjatuh. Ia mengambil nya tak lama kedua mata sipit itu melotot. Ekhmm meski tak bisa terlihat melotot karena terlihat sama saja. Ia menggumam aneh "siapa itu 'cowok sialan' alya digangguin cowok lagi?" mina aneh aja gitu, siapa cowok sialan dari apa yang alya tulis di sticky notes nya.
Ersya bersedekap dada "aissssh—napa lagi tuh anak? Ikut-ikutan berubah kek alya lagi? Hih! Awas aja kalo mereka berdua kagak ngasih tau kita-kita tar malem."
"heum!, kalo gak kita bakar apartemen nya alya, bakar rumah mina juga. Oke!" arka, dapid melotot tak percaya dengan apa yang dikatakan cipa. Gak salah apa ini?!
Mina merangkul lengan cipa "call!". Lalu kedua gadis itu tertawa gila yang justru terlihat seperti tertawaan khas psychopath. Ohh tuhan! Saat ini dapid dan arka serempak merinding.
"udah ahh gue balik ya! Bye cipa! Hati-hati"
"yaa, bye juga!"
Ersya jadi cemas sama sahabatnya, yaya-alya, gimana enggak? Orang dia baru dikasih tau sama orang suruhannya kalo alya lepas dari jangkauan orang suruhannya. "banjingan! Sia-sia papah ngegaji mereka gede-gedean! Kalo kerjaan nya ngawasin yaya aja gak becus!, sialan ka! Ayo kita cari alya!"
arka menekan pundak ersya. "tenang ca, tenang dulu ya. Aku yakin kok kalo alya bakal baik-baik aja. Alya juga dah bilang kan kalo dia bakal ngejelasin nanti"
amarah ersya belum sepenuhnya padam "arka!, gue sahabat nya jelas lah gue khawatir sama dia! alya itu rapuh! Dia gak sekuat yang diliat---a-arka, gue takut" tubuh gadis itu meluruh. Arka jelas tahu kegundahan di hati pacarnya itu. "ca, kadang sahabat juga gak bisa menekan sahabat nya buat langsung terbuka saat itu juga, ngerti kan ca? pasti ada alasan nya keanapa alya kayak gitu. Lagian menurut aku, alya udah tau kalau kamu nyuruh orang-orang buat mata-mata in dia". ersya mengangguk pasrah. ia sudah lebih tenang dari sebelumnya. Walau ia tak memusingkan tentang trik nya yang terbongkar.
Alya sebenarnya memang tahu kalau ersya bakal nyuruh orang suruhannya buat ngebuntutin dia. Karena alya udah bener-bener tahu watak ersya yang khawatiran, pikir pendek, sumbu pendek, intinya emosi dia gampang banget kepancingnya. Makanya alya sudah menyiapkan ide cemerlang dari otak licin nan mengkilap nya.
Alya emang punya dua sweater garis-garis yang warna nya sama, baby blue. yang dia simpen satu si locker jaga-jaga gitulah intinya. Jujur nyatanya emang sesuka itu alya sama segala yang berbau biru segala yang dipake nya hampir berwarna baby blue.
Dipakai nya satu dan satu nya lagi dia kasih ke adek kelas yang lewat dan kebetulan punya body yang bisa dibilang sebelas-dua belasan sama dia meski sejujurnya dia ngerasa dia yang lebih mulus, bagus, nan aduhai. Oke jangan aneh. biasa, cewek itu suka begini.
Dan adek kelas cewek itu tentunya langsung tanpa banyak tanya mengenakan sweater itu alasannya yaa karena sweater itu bisa dibilang mahal buat dia yang orang biasa, merk puma bro. Original pula.
Dan alasan keduanya. adek kelas itu takut dengan alya. Siapa sih cewek garuda yang gak takut dan mau berurusan sama gank nya ersya? Oke! Jadi rencana nya tuh adek kelas pergi ke luar sekolah lewat gerbang depan tar dia yang keluar lewat gerbang belakang sekolah. Biar orang suruhan ersya salah ngikutin orang.
"huftttt lolos. Pintar kamu alya!—suruh siapa cara lo masih tetep sama aja kayak empat tahun lalu ca hahaha" alya menaiki audi hitam yang dikendarai yoyo, sebelumnya emang alya udah minta tolong ke yoyo dulu buat jemput dia. Biar lah mobil putih kesayangannya di tinggal di sekolah tar tinggal dia ambil pas maghrib-an aja.
Yang penting rencana nya buat gak ketemu sama cowok sialan itu terlaksana. Dan yang paling penting ketiga sahabatnya gak akan tahu apa yang bakal dia lakuin kali ini.
"mau sampai kapan sih lo nutup-nutupin hal ini dari sahabat-sahabat lo al? kalo mereka tau selama ini lo bohong ke mereka kira-kira apa respon mereka ke lo?" sumpah yoyo tak bermaksud untuk sarkasme ke alya.
Tapi alya jelas-jelas mendengar itu seperti sarkasme. emosinya masih aja tinggi akibat cowok sialan pagi tadi. Tadi juga sebenernya dia udah nahan baik-baik emosinya selama jam pelajaran buat gak meledak-ledak. Tapi karena mina. emosi dia jadi agak tersulut ke permukaan.
Padahal sebelum nya gak ada cowok yang bisa buat dia marah gitu aja, kalo dipikir-pikir lagi alya bahkan gak tau siapa dan dari mana cowok sialan itu.
Alya positif nama cowok itu bernama dakjal azab bin haram dari kelas f neraka. Terburuk dari yang terburuk atau bahkan dari kelas z neraka Jahannam? Another level emang.
"gue gak tau yo!, sejauh ini cuma bohong jalan satu-satunya yang bikin gue setidaknya terihat hidup biasa. gue muak!, lo tau itu?!!"
Yoyo mengusap muka nya, sumpah dari awal yoyo sama sekali gak niat marah atau sarkasme tapi alya mungkin emang lagi marah banget yang entah apa alasannya. Sebenarnya juga yoyo bingung otak nya bertanya-tanya dia ngerasa alya yang ini beda dari yang sebelum-sebelumnya.
"lo mau sampai kapan nutupin kalo lo itu si 'ratu malam' ?" alya diam.
Dia, gak tahu jawab apa yang harus dia katakan. Ada pilihan untuk menjawab pun pasti pilihan itu sama-sama membawa jurang. Jika alya maju dia akan jatuh, dan begitupula sebaliknya. Jika ia mundur ia pun akan jatuh walau jurang-jurang itu terlihat curam dan gelap tapi alya yakin resiko apa yang didapati tentu brbeda di tiap jurang. Karena itu untuk saat ini ia hanya bisa berdiri di tengah tebing yang terjal. Menunggu waktu yang pas untuk lebih memilih berjalan maju atau mundur, atauu—
--atauu, menunggu gempa yang tak bisa ia diprediksi kapan datangnya dan membuatnya jatuh yang entah ke sisi mana. Tak ada yang tahu apa yang akan kita lalui esok hari bukan?
Tapi, alya hanya yakin akan 'takdir yang tak akan pernah berubah'. Logika-nya, jika kamu berusaha giat maka kamu mendapatka hasil yang tidak menghianati. Begitupula sebaliknya. Dan itu adalah takdir yang memang sudah tertuliskan. Apa yang kamu lakukan detik ini dan detik berikutnya sudah tertuliskan di lembar-demi lembar buku takdir. Jadi alya hanya akan mengkuti kaki-nya melangkah sekalipun dia banyak keraguan dan berbagai macam ranjau yang menghalangi langkah kaki-nya.