ROMIO OR ROMEO [11]
"yayaaaa! minta kemurahan hatinya donnnkkk!"
"ya-allah. Semoga di pagi hari ini hamba mu sekaligus sahabat kami semua yaitu alya haddict diberikan banyak kemurahan hati mu---" "amiiin!"
Alya mendecih mellihat drama di pagi hari ini.
"alyaaa! Plisss, pagi ini adalah hari jum'at. Barang siapa yang bersedekah dan membantu orang yang membutuhkan niscaya diberikan imbalan yang berkali-lipat. Maka berikanlah bantuan mu kepada kami-kami yang membutuhkan ini. Berupa buku pr mu juga tak papa alyaaaa!".
alya menutup kupingnya, bisa pecah gendang telinga dia. "---iya, berisik tau masih pagi juga---nihhh-nihhh!". alya mengeluarkan buku tulis dari dalam tas nya dan langsung menyerahkan nya pada eca yang langsung diterima nya senang.
"WOY! COWOK! YAYA UDAH NGERJAIN SOAL FIFIKA! SINI MENDEKAT". semua cowok dikelas itu menyerbu meja di mana eca sedang menyalin tugas. Karena seruan mina ke semua cowok di kelas tadi itu yang sekarang ngebuat alya berdiri terpaku sembari menatap dingin pemandangan di depannya.
"arka, lo yang ngambil tip-ex punya gue. Sialan lo!".
"wahh! Fitnah lo, bams".
"itu jelas-jelas yang lo pake punya gue bangsat! Balikin buru".
"arka sayang, jangan kek orang miskin gitu lah. Gue punya yang mahal ngapa pake yang murah mana dah butek lagi tip-ex nya iyuuuh".
"sialan lo ca! dah balikin sini buru ka!".
"udah lah, bams pake ini aja kan bisa".
"GOBLOK! Itu penghapus anjim!, gue nulis pake pulpen! Ancur udah tulisan gue kan? Samuel simatumpang IQ rebahan ye lu?!".
"anjimmm! Gue belum nyalin yang itu jun. sante napa buru-buru amat".
"ya han, lo bisa liat yang gue, gampang kan?".
"yang ada gampang bikin gue gila!. Tulisan macem rumput bergoyang. Mending juga liat ke jeika".
"jeika lebih parah goblok!, lulove luna bergoyang dia mah!".
"hahaha".
Yaa, dimana semua cowok kelas [minus nara karena, cowok yang jadi ketos merambat sekertaris kelas itu anak rajin lagi ngerubunin mejanya dan dua meja pojok dibelakangnya. Alya menatap nanar tas baby blue kesayangannya yang tergeletak hancur karena terinjak-injak. Padahal, jelas-jelas alya dah simpen di bangku nya apik-apik.
Keadaan buku tulisnya sudah gak perlu di jelaskan lagi, jelas-jelas dari sisi manapun juga dah kelihatan. Kalau buku itu adalah bukti fisik dari sebegimana bar-bar nya anak yang katanya ipa satu ini. Sampai-sampai buku nya jadi lusuh, tak berbentuk, bahkan ada beberapa robekan akibat saling berebut.
Padahal yaa, di rumah dah alya kerjain baik-baik, setulus jiwa raga, sampai-sampai di hiasi dengan pulpen warna-warni, tak lupa juga sampul putih yang membungkusi buku pr itu yang sekarang entah kemana perginya sampul putih itu. Emang seniat itu seorang alya, sang pemegang ranking satu parallel.
Dengan susah payah, merangkak-rangkak. Alya berusaha mengambil tas baby blue nya di kolong meja---KRAKKK--- "aaaaa---aisshhh---anjimm". alya meniup-niup telapak tangan kiri nya perih terinjak. Kemudian, dengan penuh emosi dia memukul keras tulang kering yang entah punya siapa, yang pastinya dia cowok karena cuma seragam cowok aja yang pake celana panjang abu-abu kan? Seenaknya aja tuh cowok nginjek tangan gue!
"ANJIM! VIN! Lo kalo mau ngajak baku hantam jangan pas waktu gue lagi mempertaruhkan hidup dan mati gue. Lo tau kan?sepatu lo itu kotor jangan najong-najong kaki gue. Pliss tau diri".
"EEH---LO HOBI fitnah yee bakwan! Gue mana sempat baku hantam. Gue juga sama! Umur gue ditangan hartika anjimm!".
"vin! Hartika ibu lo!".
"lah iya? Duhhh serah lah!. Durhaka nya bisa ditunda nanti dulu gak? Maaf lagi sibuk nyalin gue".
Dibawah kolong meja sana, alya terkikik-kikik geli, sembari menahan tawanya. alya menatap puas kaki yang sebelumnya ia pukul. Hahaha! Si bakwan ternyata! Dah lah anggep sedekah dendam aja! kan katanya jum'at itu hari baik.
Lalu dengan cepat ia meraih tas nya dan segera keluar dari kolong meja yang dikelilingi bau kaki, jangan ditanya karena biasa cowok kalo abis futsal, basket, terus nyeker kemana-mana dengan telanjang kaki. dah tau kaki atau kaos kaki nya kotor nan bau tapi, pas balik-balik gak nyuci kaki. Jadi beginilah hasilnya. Bau semerbak.
Alya menepuk-nepuk tas nya yang kotor terinjak-injak. Banyak cap kaki menapak, sialan! Mana tas nya warna baby blue yang cerah-cerah gitu lagi. Ingin aja rasanya memaki-maki di pagi yang cerah ini.
Huffft kadang—Eeh! —bukan kadang lagi sebenarnya tapi, udah ke tahap sering kali. Ya! Seringkali alya ragu sama anak-anak di kelasnya. Yang keliatan rajin dan ekhhm pinter. mana ada nama suci, besar, tinggi ya 'tiga ipa satu' di belakang nama mereka kek marga . tapi, keliatan luarnya aja kek pinter, kek sebangsa anak buahnya albert Einstein lah.
Cuih! Padahal itu aslinya yang keliatan kek anak ipa satu tuh cuma nara, alya, dan cewek yang selalu nganggap alya sebagai musuh, maya. Sisanya mahluk primitive yang bisa diandalkan cuma diawaktu-waktu kek dibawah ini.
"pssstt—ya, gue udah nomor dua puluh. Lo bagi nomor tiga donk".
"psttt--- barter nomor dua belas lah ya".
"ya pssttt…pstttt lo mana yang belum? gue cariin isinya.tapi, Ini—nih! gue ada satu yang belum".
Itu contoh modus-modus pas ulangan melalui jalur berani dan tak malu-malu dalam menyatakan dirinya sebagai anak yang tak dapat menyerap ilmu meski sudah belajar semalaman. bak ilmu itu hilang ditelan segitiga bermuda begitu saja padahal sudah begitu keras dihapal, sialan memang. Murid seperti ini adalah tipe orang yang menaruh kepercayaan pada temannya, mampu mengandalkan orang lain, dan juga tak memasalahkan jika jawaban yang diberikan teman nya hanyalah tipuan. Begitu hebatnya tipe murid seperti ini bukan, teman-teman?
Tukkk…
Alya mendapati gulungan kertas saat dibuka ada tulisan 'ya ini daftar no yg blm gue isi 12,13,20,23,30. Lo tulis no yg blm diisi tar gue bantu jwb'. setelahnya alya meremas kertas itu penuh emosi, ia mengalihkan tatapannya pada kolong meja dimana masih banyak lagi gulungan-gulungan kertas yang pasti satu tujuan yaitu jawaban ulangan.
Dengan kesal alya mengode tatapan pada semua anak kelas yang sedari tadi menunggu jawabannya alya mengode dengan penuh penekanan. 'gue.belum.selesai.semalem.lupa.belajar.gue'. namun tak lama dari itu alya bangkit dai singgasana keagungan-nya dan melangkah.
Disaat-saat tegang itu semua pemikiran teman-temannya itu sama "please! Semoga alya Cuma ke wc". sebenarnya sialan memang tipe teman yang seperti ini.
Tapi, semua harapan itu pupus saat alya mengumpulkan kertas ujiannya, pertama. Itu lah yang menyebabkan sekelas menatapnya kecewa dengan pundak yang meluruh pasrah. Yaa pasalnya alya itu kunci mereka lulus ujian pelajaran sejarah. Mereka memang pintar namanya juga ipa satu tapi, kebanyakan dari mereka pintar di pelajaran yang berhubungan dengan rumus dan hal-hal berbelit yang dibenci hampir oleh seluruh rakyat ips. seperti sekarang ini. Tapi sejujurnya ipa satu itu lemah di pelajaran sejarah seperti sekarang ini. Dan hubungan persaudaraan mereka diuji, untungnya terbukti jika persaudaran mereka itu erat dan dibutuhkan untuk saat-saat seperti ini.
Entah mengapa anak-anak seperti itu dimasukan di kelas para Einstein dan lagi kedua puluh lima murid itu semuanya adalah juara di dua puluh lima peringkat teratas di sekolah. Ahh mungkin karena murid yang totalnya satu per empat dari seratus itu semuanya adalah juara olimpiade-olimpiade pelajaran akademik. Berbanding terbalik dengan tiga ips satu yang jagonya dalam non akademik. Walaupun begitu ipa satu itu juga tebilang tinggi untuk non akademik. Intinya mereka bak dua sisi koin yang berbeda satu sama lain.
"oiiii! Bu hartika di koridor!".
"ANJIMM! Belum selesai gue".
"aaaaa! Tinggal masukin rumus!".
"anjimmm! Itu yang lo bawa punya gue saiton!".
"fuck! Hartika ngapain bikin soal banyak sih!".
"jeika! Ibu gue itu! Fuck budi!".
"duli amat lo, dodin!".
"sialan lo jei! Dodin bapak gue itu! gue dari tadi diem loh ya!".
Sekumpulan cowok-cowok itu meninggalkan meja tanpa mengucapkan sepatah kata 'terimakasih, thank you, hatur nuhun, gomawo, xie-xie, arigato'. Dan yaa sudah tahu bukan? meja nya yang sudah hancur tak karuan bak dijatuhi bom nuklir nagasaki hiroshima.
Hufffft! Sudah dibilang kan? Alya itu paling sabar dari pada ketiga sahabatnya. makanya alya dengan emosi yang sedang diredakan ia menggeser meja nya yang tadinya entah kenapa memutar Sembilan puluh derajat dari posisi awal.
Lalu duduk bersedekap tangan dengan sopan sembari menunggu datangnya bu hartika, guru fisika yang sekaligus jadi emaknya Alvin atau sering dipanggil vin. Tapi ketenangan pada diri nya itu hilang begitu saja saat----
"GREET TO THE TEACHER!".
"GOOD MORNING MA'AM".
"MORNING STUDENT'S".
ANJIM! si romio titisan lucifer, cucu-nya kakek sugiono, keponakan nya sumanto!. Iya dia! Bukan kek novel-novel lainnya yang pas guru dateng bareng sama anak baru. Bukan, tolong jangan berharap lebih tapi, Ini seorang cowok ganteng bernama romio, mungkin. Yang mengantarkan tumpukan buku bersamaan dengan datang nya bu hartika. Segimana nya dia tengil tapi, gue gak bisa menampik kalo dia memang ganteng.
Alya sebenarnya masih sedikit parno dengan cowo itu, mengingat kejadian malam tadi. Alya masih ragu didepannya ini manusia, kloningan, atau apalah itu. Walau parno tapi alya tetap menatap lekat-lekat romio sampai setelah cowok itu selesai menyimpan semua kumpulan buku itu di meja guru. Romio menatap lurus alya, tepat pada matanya.
Seketika alya tersentak saat romio menatapnya riang dengan dihiasi senyuman lebar. Lalu cowok itu pergi begitu saja menyisakan alya yang bingung akan dua hal yang pertama bingung karena, tak tahu untuk siapa senyuman itu. Apakah untuk nya? Atau---untuk siapa?, dan yang kedua karena, jantungnya yang berdegup kencang dua kali lebih cepat dari biasanya.
Saking sibuk dengan kebingungan nya ia mengacuhkan lemparan-lemparan kertas dari Samuel yang menatapnya tajam sarat akan cemburu juga tatapan dingin yang cowok itu harapkan agar alya menatap nya balik dan seperti biasanya alya akan membalas perbuatan cowok itu atau memaki-maki nya.
Bukan rahasia umum jika Samuel menyukainya sejak smp, yaa hampir semua orang tahu itu.Tapi, yaa begitu---alya tak peka juga Samuel yang masih sok 'tsundere'. Tak ada yang mau maju jadi hubungan mereka masih stuck jauh di belakang garis start karena, memang tak ada salah satunya yang memulai bukan?
Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa Samuel tak berusaha untuk menjadikan alya sebagai pacarnya Maka ia akan menjawab "ini perasaan gue, gue juga yang harus tanggung jawab. Gak mungkin gue minta pertanggung jawaban atas perasaan gue kalo tar diterima tapi alasannya karena kasian. Tapi, kalau dia punya perasaan yang sama baru kita tanggung jawab bareng-bareng. Dan gue jelas tahu dia gak ada rasa yang sama".
Terus kalau ditanya "gak capek apa lo statusnya temenan mulu dari lama? Dari smp bahkan".
Samuel bakal jawab gini "Gue sedari awal menyukai tanpa adanya ambisi untuk memiliki. Cukup jadi temen aja yang berantem-berantem kecil juga bakal tetep jadi temen. Beda resiko nya kalau jadi pacar. Gue suka sama cewek bukan karena menuntut status. Serah mau sebut gue cowok pecundang karena gak ada usaha buat nembak dia, tapi gue jelas tahu cowok pecundang itu cowok yang seenaknya ngejauhin cewek yang udah nolak pernyataan cintanya. Cih! Gak bisa nerima kenyataan itu yang pecundang".
Dan kalo ditanya lagi "bukannya kalo lo beneran suka itu diperjuangin ya?".
Samuel bakal jawab lagi "mungkin cinta tanpa keinginan memiliki itu kedengeran munafik. Gue sebagai cowok juga kadang ada sedikit ambisi buat berjuang dan memiliki. Tapi, saat ini gue belum punya apa-apa. Cowok keren itu cowo yang mau dan berani punya status lebih sama cewek disaat dia punya sesuatu yang bisa dibanggakan dengan kerja kerasnya sendiri. Gue aja uang jajan banyak karena bonyok, belum punya penghasilan sendiri. Lo kira pacaran modal cinta aja? Kalo Cuma cinta doang mah gak akan ada kasus keluarga kekurangan. Kalo gue siap segalanya gue juga bakal maju buat langsung lamar dia walau resikonya bisa ditolak. Itu baru cowok keren".