Chereads / romio or romeo / Chapter 14 - romio or romeo [14]

Chapter 14 - romio or romeo [14]

ROMIO OR ROMEO [14]

Di malah hari yang panas ini, karena Jakarta yang selalu panas nan gersang. Alya sedang berdiri bimbang di depan pintu apartement dengan nomor enam ratus sepuluh itu, alya sedang menimang-nimang. Akan kah lebih baik untuk menekan bel apartement itu atau menyimpan makanan yang ia bawa itu di bawah pintu saja. itung-itung salam perkenalan. Karena sedari awal pertemuan mereka itu tak bisa disebut baik-baik aja. Malah kesannya sedikit aneh.

Alya menggeleng, dahlah simpen dibawah aja lah, jadi pas dia keluar dia liat nih makanan. "ahhh! Napa dah gue susah---".

CKLEKKK

"-susah---".

"lo? What are you doing here?".

Alya menolehkan kepala nya kebelakang, mata nya memejam sebentar 'sialan!, bisa-bisanya tuh cowok keluar sekarang. Harus jawab apa gue?' gumamnya pelan.

"ee-eeum—".

"eum?".

alya langsung menyodorkan plastic putih dengan isi ayam crispy itu yang langsung diterima cowok itu. Gue langsung putar balik haluan dan bergegas pergi. "gu—gue mau ngasih ini buat lo, ta---tadi ayam nya beli satu gratis satu jadi ini buat lo eeum---bye!". gak, sebenernya kaepci hari ini gak ada diskon-diskonan, ataupun bonus-bonusan. Karena sejujurnya gue gak punya alesan selain itu.

"eh! Tar dulu". gue berbalik, tatapan gue turun kearah tangan nya yang menggenggam pergelangan tangan gue.

Cowok itu menatap datar cewek didepannya, kan aneh gitu ya? tiba-tiba aja dateng dan ngasih dia ayam? Dia emang laper tapi, kalo tuh cewek ngasih tetiba gak ada angin gak ada hujan, kan dia jadi nethink takutnya aja karena dendam ke dia, si cewek didepan nya ini jadi ngeracunin dia lewat nih ayam. "lo---lo bawa balik nih ayam, gue dah kenyang". cowok itu menyodorkan kembali plastic itu.

Alya terdiam sejenak, 'yah, sia-sia donk gue beli ini? Ehh---tar-tar kenapa gue ngerasa kecewa gini?' batin nya.

"ee-eumm yaudah kalo gitu". alya menatap aneh cowok itu, loh? Katanya gak mau? Tapi, kenapa gak dilepas gini plastic nya? alya kembali menarik pelastik itu dari genggaman erat cowok itu.

Jujur, cowok itu agak sedikit tidak rela mengembalikan ayam itu pada pemberinya, wangi nya tu lohhh! menggoda indra perasa dia. Mengundang ingin melahap nya habis-habis sampai ke sumsum tulang tuh ayam. "eehh—ah i—ini".

Krroookkkk---kroookkk

Cowok itu menekan perutnya, berharap suara itu hilang, malu rasanya apalagi liat ekspresi melongo cewek didepannya ini. Bisa-bisanya bunyi pas dia bilang 'dah kenyang'. Harga diri dia jatoh gitu aja dengan tak tahu malu nya.

Krrooookk----krokkkk—krooookkkk

Sialan! Keinginan nya buat ngubur diri hidup-hidup semakin tinggi.

"lo laper? Ini lo gak papa makan aja, gue gak ngapa-ngapain nih ayam kok, belum gue buka-buka juga". alya kembali menyodoran plastik itu. Ia memutar tubuh cowok itu dan mendorong punggung lebar nan tegap itu ke dalam apartemen cowok itu dan dengan cepat cewek itu menutup pintu apartement. Ya, sekarang alya ada di dalam apart cowok itu.

Sedangkan cowok itu masih mematung, memproses apa yang sebenarnya terjadi dengan nya hari ini. Tak mengindahkan keberadaan alya yang sudah mengobrak-ambrik pantry yang menyatu dengan ruang tengah apartemen.

"nih, gue juga beli cola yang satu liter, gue pake gelas yang ini aja ya? Sambil nonton tv enak nih kayaknya". walau keliatan gak tau malu tapi di dalam hatinya alya bener-bener gelisah. masalahnya ini pertama kalinya dia Cuma berduaan di apartement orang, mana dia masuknya gak ijin terlebih orang itu adalah cowok.

Cowok itu segera tersadar, ia terkejut melihat adanya kehadiran cewek yang berasa 'tuan rumah' itu. Ia bergegas menghampiri cewek itu dan mencengkram tangan gadis itu erat hingga sang pemilik meringis. "ngapa lo disini? Lo tau ini tuh apart gue, privasi gue, lo gak boleh dan gak gue ijinin buat berbuat senaknya apalagi ini kasus nya gue gak sama sekali ngundang lo kesini" .

Alya tersenyum lebar seolah olah ia adalah seorang gadis murah senyum dan periang. ini jenissenyum nya, senyum pepsodent lima jari. "ehe! Anggep aja ini sambutan perkenalan dari gue, ayo gue ada request film sci-fi terbaru di netpliks". alya menepuk pundak cowok itu dan dengan begitu lancar nya melangkah melewatinya.

Cowok itu melebarkan matanya, dimana alya tahu ia menyukai segala yang berbau sci-fi? Ia kemudian memperhatikan gerak-gerik cewek itu, dilihatnya alya yang menyalakan tv yang entah sudah berapa lama ia tak gunakan dan dengan pw nya alya duduk bersila diatas sofa coklat kesayangannya. Sofa yang bahkan untuk sahabatnya duduki saja tak ia izinkan, laah nih cewek?

Sabar "haaaahhh----"ia menghela nafas dan medekati posisi alya. Ia kemudian duduk tepat disebelah cewek itu. "mana cola nya?". berusaha ramah saja lah, lagi pula percuma rasanya mengusir cewek di samping nya ini. Apa dia gorok saja leher cewek ini dan membuang jasadnya di koper lalu dibuang nya di depan apartement? Tidak! Jangan!. Rasanya opsi itu kurang sadis.

Alya tersentak "aah iya ketinggalan di meja pantry lo". lagi, cowok itu memperhatikan pergerakan alya. Tuh cewek emang dasar nya wajib diawasin kalo kagak bisa-bisa nyeludupin bom di apart nya. oke cowok itu udah terlalu banyak diberi asupan film konspirasi dan sci-fi di netpliks.

Alya yang pertama menuangkan cola itu, dengan sedikit kesusahan karena ukuran cola yang besar itu Cessssss, glukkkk---glukkkk---

"omong-omong nama gue alya haddict, saga tiga ipa satu tapi, kalo di tempat balap lo panggil gue al jangan nama gue oke! Dan satu lagi lo dilarang buat nyebarin tentang identitas asli gue ke siapapun itu".

"peduli apa gue ma yang lo omongin?".

"ya, lo harus peduli. Kalo lo pengen jadi pembalap beneran lebih baik lo nurutin gue dan gue juga gak akan minta apa-apa kecuali tentang yang tadi aja, gue tau lo mau jadi pembalap makanya jangan banyak ngelawan gue". alya berujar santai namun jelas dengan ancaman yang sedikitnya membuat cowok disebelahnya tersentak.

"lo!? Lo tau gue mau jadi pembalap??". cowok itu menatap alya dengan tatapan penuh penasaran dan mata yang melotot lebar.

"heum! poster lima puluh kali empat puluh cm lo ngejelasin semuanya, banyak poster-poster pembalap legendaris bahkan di balik pintu apart lo btw. Dan lagi, lo balapan dengan penuh emosi, sedari start lo terlalu menargetan untuk di posisi pertama padahal yang terpenting itu lo harus memperhatikan gerak-gerik lawan depan dan belakang lo. posisi pertama di detik-detik akhir pun bisa di dapet kalo lo pinter baca situasi. Dimana waktu pas saat lawan lo bakal lebih meningkatkan kecepatannya, gerak tubuhnya, kemiringan juga jadi tolak ukur lo saat balapan dan lo melewat kan itu semua". jelas alya enteng.

Cowok itu melotot, ba-bagaimana bisa!? Seorang cewek kek alya ini memperhitungkan dan menjelaskan semua kekurangan dia saat balapan yang bahkan hanya dalam satu kali pertemuan? "l—lo?! Tau kekurangan gue pas balapan? Please be my teacher". Ucap cowok itu tiba-tiba merubah intonasi suaranya yang walnya sirat akan ketidaksukaan sekarang menjadi penuh semangat memohon. Sungguh jika alya menjadi gurunya mungkin saja ia benar-benar bisa menjadi seorang pembalap motor?

Alya sejenak pura-pura memikirkan tawaran itu, membayangkan apa impact baik dan buruknya karena sebelum datang ia sudah menduga akan terjadinya hal ini. Dan bravo! Ini benar-benar tak meleset dari dugaan nya. Lalu ia memutuskan. "e—eum tapi, lo sanggup gak nih bayar gue takutnya lo gak sanggup lagi".

"please—lala gue minta tolong ma elo. Gue bakal kasih lo apapun demi bisa ngajarin gue"

"lala?".

"iya nama lo lala kan? Ohh bukan-bukan tapi, alya. Yaudah anggap lala itu panggilan gue buat lo".

"enggak-enggak panggil gue al, tar kalo pas ada balapan lagi lo panggil gue gitu takutnya orang makin curiga sama identitas gue".

"lala bagus tau! yaudah gue panggil lo diluar al, didalem lala gimana?".

Alya sejenak terdiam. "serah, yang penting dalam semalem kalo lo beneran mau gue ngajarin lo balap lo wajib baca dan setujuin sama apa yang dah gue buat di sini". alya mengeluarkan map dari laptop bag nya yang ia bawa sedari tadi. Memang sebelum berinistif untuk kemari alya sebenarnya berada di sebuah café untuk mengerjakan tugas sembali menyemil beberapa makanan kecil.

Lumayan wifi di café nya kuat bor! Mana dia duduk pas didepan wifi nya banget. sempet ngedownload empat film sci-fi sama dua film thriller full episode juga. yang kalo gak salah totalnya tiga sampe empat giga-an. Maklum fakir wifi gue yaa, abisnya bayar apart mahal-mahal tapi, wifi apart status nya poor mulu kan sialand!.

"hah? Apa ini?". cowok itu menerima map itu, ketika ia akan membuka nya. alya menahan tangan nya. "jangan dibuka sekarang, tunggu nanti gue dah pergi dulu". cowok itu mengangguk dan menyimpan map itu dia atas meja.

"ngomong-ngomong tentang perjanjian gue menang balapan waktu itu juga ada dibahas di map itu. Tapi, gue ngasi lo keringanan. For first week's I give you free but, gue ada satu syarat yang mesti lo kabulin yaitu lo cuma harus jawab pertanyaan mudah dari gue aja".

Cowok itu antusias "what?".

"nama lengkap lo apa?".

Cowok itu berusaha menahan raut wajah melongo nya, Cuma nama lengkap nya aja? "Romeo devano. Panggilnya aksen indo kek tulisannya bukan kek di film italia itu Romeo tulisannya dibaca romio, bukan".

Diluar alya terlihat biasa-biasa saja tapi, di dalam nya dia begitu terkejut 'huh! Jadi benar ya? Kalo ternyata Romio dan Romeo itu saudara kembar?, wajah, suara, bahkan mereka memiliki nama kepanjangan yang sama yaitu devano oh! Atau devano itu merupakan marga belakang? Entahlah' intinya alya tertarik mendekati Romio atau Romeo karena ia penasaran akan identitas dan apa sebenarnya yang terjadi dengan mereka.

Apalagi mengingat kejadian di basement kala ia bertemu Romio yang disangkanya sebagai hantu. Alya ingat betul apa yang pernah dikatakan Romio tentang untuk jangan mendekati orag yang memiliki wajah yang sama dengannya.

Untuk pertama kalinya alya penasaran dan ingin ikut terlibat dengn urusan orang lain yang masih tergolong 'asing'.

"di map itu ada data diri lo yang wajib diisi. Tar malem besok lo dah harus isi itu semua dan lo yang harus ngasih itu map ke apart gue, apart enam ratus tujuh belas". alya kemudian dengan terburu-buru pergi begitu saja meninggalkan cola yang memang sengaja ia tinggalkan untuk cowok itu. Ia tak memberikan kesempatan kepada Romeo untuk mengantarkan nya pulang.

Cowok itu masih asing dengan suasana tadi, apa yang terjadi dengan nya yang tiba-tiba berubah dari yang begitu angkuh, sombong menciut menjadi kelinci? Bahkan ia memohon-mohon begitu. Dan ia juga sebenarnya bingung dengan sikap cewek itu yang berubah sekejap mata dari yang awalnya ramah, periang menjadi bossy, dan eumm--- sedikit angkuh? Entah iya merasa ada yang aneh dengan dirinya.

Sedangkan alya sekarang sedang menyender di pintu apartement nya dengan kepala yang menengadah berharap Romeo mau menyetujui segala yang tertera di map itu. Karena semua itu bisa menjadi kunci dari rasa penasaran nya.