ROMIO OR ROMEO [16]
Malam ini, adalah malam dimana pertama kalinya dev balapan dengan bimbingan alya kesini. arena balap briska ini biasanya sangat penuh, namun entah apa yang dilakukan pasti oleh dev yang membuat srena sengaja dikosongkan dengan sebegitu mudahnya bahkan sebelum alya datang. Saat ditanya alasannya dengan enteng dev menjawab.
"tenang aja, kita bisa latihan disini hari apa aja. private pun bisa". Gue yakin dev itu sultan yang sekasta sama ersya.
Awalnya alya membuat jadwal untuk balapan setiap menjelang senja di hari minggu. Tapi, dev menolak itu mati-matian. Entahlah apa alasan spesifiknya. Sejak itu alya tahu jika dev itu cowok penyuka malam sama sepertinya. Mereka sama-sama lebih menyukai ber-aktivitas di malam hari ketimbang di siang hari. Yaah! Baguslah alya jadi memiliki seorang teman yang bisa menemaninya saat ia insomnia.
Mengingat hal itu, alya tiba-tiba kepikiran masih tentang perkataan Romio waktu itu. Jika saja Romio menjadi matahari di kala pagi dan senja, mungkin kah dev yang akan menjadi bulan disaat matahari terbenam?.
"FOKUSSS DEVV! FOKUSSSS!!!".
SRETTTTT---
Dev berhenti tepat di garis final, kemudian ia melepaskan helm full face nya, lalu sembari mengelap peluh di dahi nya ia bertanya "berapa gue tadi la?". Dev udah yakin banget dia itu cepet apalagi tadi itu cuma satu putaran. Tatapan percaya dirinya diarahkan pada alya yang berwajah datar dan berdiri dengan menggenggam stopwatch.
"tujuh belas, lima Sembilan detik".
Pundak Romeo meluruh begitu saja. Kepercayaan dirinya luntur."hufffttt---".
"---al? sebegitu lama nya gue ya?".
Alya maju mendekati Romeo dan menepuk pundak nya dengan wajah sungguh-sungguh nya ia mengatakan "semangat! Lo gak boleh nyerah! inget lo harus bisa sampe se-arena sama valentino rosi!".
"HAHAHA! komuk lo lucu. But thanks ya!". Dev tersenyum tulus dan dibalas alya dengan senyuman juga. Walau tak menampik pada awalnya alya tertegun melihat senyuman itu. Gak papa lah dibilangin komuk, rasanya sebanding dengan ngeliat dev yang tersenyum tulus soalnya dari awal kenal alya gak pernah sekalipun liat dev senyum kek gini. Intinya senyum dia itu punya efek yang beda buat hati nya hari ini.
"dari dulu cita-cita gue untuk jadi pembalap motor selalu ditentang dan ditolak termasuk temen-temen deket gue. baru kali ini cita-cita gue didukung sama seseorang, dan bikin gue kembali berharap".
Alya menyeritkan dahi dengan polos ia memiringkan kepalanya "hah? Siapa?".
"elo, elo yang bikin harapan gue ada lagi. Jadi gue bakal bunuh lo kalo lo bisa-bisanya main pergi aja suatu saat nanti ataupun sekarang".
Alya terdiam, matanya melebar, hatinya menghangat. Jujur kata-kata tadi memberikannya harapan juga.
Romeo, lo juga sama-sama ngasih harapan ke gue tapi, gue masih terlalu asing dengan dunia itu, dunia dimana banyak rasa bahagia berbunga-bunga juga rasa patah hati.
Alya menguasai raut wajahnya "sebelum lo ada kesempatan buat ngebunuh gue dah gue bunuh lo duluan kali. Dah aah lanjut latihannya". Romeo atau dev itu menundukkan kepalanya, dirinya patah semangat mengingat ia meningkat dengan sangat lambat.
"---Eemmh, jujur gue juga dua tahun lalu sama sekali gak bisa naik motor bahkan sim aja gak ppunya karena gue masih dibawah umur tapi, gue gak patah semangat. saat itu kebetulan gue punya tetangga baik yang jadi pembalap dan rela ngajarin gue secara gratis. Jadi gue diajarin dengan diam-diam karena tentunya orang tua gue juga gak akan ngijinin gue. And finally gue beneran bisa naik motor bahkan bisa ikutan banyak balapan. Asal lo tau, daddy pasti bakal ngirim paksa gue ke belanda kalo sampe tau gue suka balapan. itu alasannya kenapa gue ngerahasia-in identitas gue selama ini". Romeo membulatkan matanya, merasa tak percaya dengan akhir perkataan alya.
Suasana menjadi canggung, untuk mengatasi itu Romeo mengenakan kembali helm full face nya. "eummm-lo jangan gampang nyerah suatu saat nanti pasti bakal ada cewek yang dukung lo sepenuh hati kok. Gue yakin sama itu! pasti ada cewek kek gitu yang pastinya bukan gue".
Alya melotot dan reflek menutup mulutnya, PENGALIHAN MACAM APA ITU ALYA! yang ada bukan teralihkan malah malah makin focus yang ada!
"haa—hah?". Romeo menatap focus alya, tercengang lebih tepatnya. Otaknya teralihkan dengan pernyataan mengejutkan dari alya, hati nya sedikit sakit. Entah kenapa--- 'huh! Cewek itu ternyata emang kayak gitu ya? Gampang menyakiti. Gue seharusnya dari awal teguh sama pendirian gue buat gak jatuh sama cewek'. batin nya. tatapannya berubah cepat menjadi datar.
Alya menatap Romeo diam "lo harus inget focus itu utama, jangan lengah sama suara apapun itu termasuk gue, tekad lo buat jadi yang tercepat juga penting. di sini lo jangan mikir buat jadi yang pertama karena kadang kita gak bisa munafik dengan rasa sakitnya atau kecewa-nya kalo gak jadi yang pertama. makanya lo ngejar tuk jadi yang paling tercepat, karena di arena balap bagi gue peringkat terakhirpun bukan yang terlambat—lo ngerti kan maksud gue?".
Romeo mengangguk singkat. kemudian dengan arahan yang tunjukan alya ia mulai melajukan motor nya, mengulangi lagi. Entah sudah ke-berapa puluh kalinya ini. Sedari tadi peningkatannya sungguh lambat.
Padahal gue udah meyakinkan dan percaya diri sama kecepatan gue. Dan di tempat biasa gue dulu balapan gue selalu jadi yang pertama tapi, begitu gue balapan sama alya dan cowok yang kata orang namanya, mark itu. Gue sadar kalau gue gak sebaik yang gue kira selama ini. Gue terlalu berbangga diri dengan apa yang gue punya sampai mengabaikan sekitar. dimana mereka-mereka lebih dari apa yang gue punya.
SREEEKKKK
"l—lo tujuh belas, lima delapan detik".
Romeo melebarkan matanya, apa katanya? Itu artinya dia cuma menggurang satu kan??
SREEEKKKK----BRUMMMMMMM
"LOH?! HEEEE! DEVV!!, JANGAN PERGI DULU OYYYY, BELUM SELESAI INI!". alya dengan dramatis nya menjatuhkan sebotol mineral dingin nya yang semula ia beli untuk diminum Romeo. Ohh! Ayolah! bahkan masih ada setengah jam lagi buat latihan! dan—dan Romeo main niggalin gue sendirian dengan keadaan mengenaskan gitu aja!?
Bukan apa-apa. TAPI, INI GUE BALIK NAIK APA ANJIMMM! DIA LUPA HAH! KALO GUE KESINI DIBONCENGIN DIA?!
Hufffftttt---"terpaksa lah gue balik walking alone—alonee---aloneeee, huwaaaa sialan Romeo devano huhu!". tauk gini gue tadi bawa motor gue kesini, mana gak ada kuota nih hp, uang juga kagak punya. Ada tiga rebu dah abis dibeliin air mineral yang ujung-ujungnya gak diminum Romeo, heh! Disentuh dia aja kagak kesampean!.
Ihh, gue menolehkan kepala ke sekeliling, sepi…. YA! MANA ADA SIH! Yang dateng jam sebelasan malem gini mana ini hari minggu lagi!, huwaaa gak bisa minta anterin kesiapa-siapa lagi… mau minta anterin ke penjaga disini tapi gak enak—eumm takut sih lebih tepatnya. Takut diapa-apain gue. Huffttt dahlah jalan aja, lima kilometer ada gak sih?
"huftttt----hah! harus berapa lama lagi sihhh! Rasa-rasanya udah jalan puluhan kilometer".
"mana Jakarta panas gini lagi, kek di gurun anjim!. gue udah mulai halu liat si kembaran Romio". bahkan ucapannya sudah mulai melantur tak jelas, mengabaikan perhatian orang disekitar padanya. karena kesal dan capek jadi satu gue tendang keras kaleng coca-cola bekas dengan emosi.
Srenggg—TUKKK
"ASSHHH, SIALAN! SIAPA INI! WOYYY TANGGUNG JAWAB LO!". alya melebarkan matanya, ohh! Astaga bisa-bisanya dia bikin masalah di saat dia lagi keadaan kek paceklik gini!
"ohhh—lo yee? Untung lo. Kalo kagak dah gue gotong lo langsung ke uncle gue lu. Sukur-sukur deh lo!". alya menjauhkan tubuhnya dari cowok yang sekilas terlihat seperti Romeo. Awalnya juga alya mau ngomong gini pas pertama kali liat 'HEH! LO NYESEL YA NINGGALIN GUE?, MAKANYA JANGAN SOK MUNA MAU NINGGALIN CEWEK CANTIK SENDIRIAN! KENA KARMA KAN LO HAH!?'. tau-taunya cowok itu bukan cowok yang sebelumnya membuatnya jengkel setengah mati siapa lagi kalau bukan, Romeo devano.
Walau hampir terkecoh alya jelas sadar mereka berdua punya perbedaan, cowok didepannya sekarang ini, Romio alias cowok yang memiliki bekas luka jahit kecil yang hampir tak terlihat jika tidak diperhatikan baik-baik di rahang kanannya, sedangkan dev tidak ada. Ya! itulah yang membedakan mereka dan hal itu disadari alya satu hari yang lalu.
Tar-tar! bararti dia tadi itu bukan sekedar halu dong? Ini asli beneran ada mahluknya!
"loh!? Kenapa uncle lu?".
Romio bersedekap dada "dia? Gak papa tuh sehat walafiat walau jujur gue dah nyium-nyium bau-bau uzur kasian juga sih sebenernya ma uncle. Dia pengen punya anak cewek tapi, apadaya setiap dicoba anaknya yang brojol cowok mulu. Padahal mah kalo uncle minta gue jadi anaknya gue juga rela nyamar jadi cewek". Romio menatap sungguh-sungguh.
Alya menatap Romio seolah-olah mengatakan 'apa hubungannya bangsat! Gila iQ rebahan'
Tapi, kayaknya Romio itu peka. Ia mengusap tengkuknya. "gue pinter plus waras dan udah gue maafin lo, tenang aja. btw lo mau pulang? Apart lo kan jauh dari sini? Atau lo mau pergi kemana gitu? Ma pacar ya? Eehh tapi, cewek galak kek lo mah gak mungkin punya pacar, kudet, ngenes sad girl lagi huhu sedihnya jadi elo".
BLETAKKKK---BUAGHHH-BUAGHHH
"Aah—ahhh sakit!--alya!, lo mah spesialis kdrt ya? Bisa-bisanya lo nendang kaki gue AKHHH".
"buat permintaan maaf lo, gimana kalo lo anterin gue balik ke apart gue? Mobil lo yang ada stiker sailor moon nya kan? Yang bmw putih itu kan? Okeee gue kesana duluan byeee!". Romio yang masih merintih kesakitan akibat tulang keringnya ditendang cewek gila itu, ia menatap tajam pada cewek gila yang dengan seenak nya berjalan kearah mobil nya yang diparkirkan sedikit jauh dari posisi nya sekarang.
Romio tersenyum licik, hahaha sana saja! Orang kunci mobilnya saja ada di saku kanan celana nya, ia meraba-raba saku nya.
LOHHHH-HILANGGGG?
"gi—giimana bisa?". Romio meraba-raba saku di seluruh bajunya. Sekarang dia panik! masalahnya kunci mobilya gak ketemu di manapun, dengan pikiran yang sudah sepenuhnya kusut mengingat kunci mobil itu terdapat gantungan sailor moon official yang bisa dibilang langka!, ohhhh kakinya mulai benggetar saat ia menyusuri jalanan sekitar yang ia pijaki.
TINNNN---TINNNN---TINNNNNN
"HEH! MIO! AYO NAIK BURU! MAU BALIK NIH GUE". saat itu Romio seketika ingin pingsan saat melihat kepala alya yang menongol dari kaca mobil bmw putih nya dan memutar-mutar benda yang sangat familiar baginya.
"YAK! SIALAN itu gantungan kunci punya gue!". saat itu Romio ingin sekali mengubur alya hidup-hidup di pasir putih pantai. Tapi, sayang hanya jadi khayalannya saja. Romio terlalu takut untuk melakukan hal itu---jadi---
---Sepanjang perjalanan Romio menatap tajam alya yang begitu terlihat comfortable di singgasana kesayangan nya. bahkan seperti tuan dari mobilnya sampai-sampai alya dengan berani-beraninya mengunyah-nguyah pocky yang ia simpan di dashboard dan entah bagaimana cewek gila itu bisa menemukannya. Dan yang lebih gilanya lagi cewek itu menyalakan lagu di radio mobilnya.
Dari saat itu Romio sadar, berasama dengan alya ia akan selalu "WOYYY! DAH ILANG HARGA DIRI GUE SEBAGAI MAHLUK JANTANNN ANJIMMM!". niat nya yang sedari awal ingin terlihat sebagai cowok yang mengintimidasi dan mendominasi luntur begitu saja. Mengingat kadang mental nya sering menjadi lebay nan berlebihan seperti sekarang ini. ya, begitu. Kadang harga diri dia tak bersisa dekat-dekat dengan alya.
Tapi, seharusnya Romio juga sadar, kalau sejak cowok itu memberitahu alya jika dia fanatic dengan segala yang berbau sailor moon, alya sudah ilfeel.
Alya tidak menyadari perubahan suasana hati nya yang menjadi lebih baik karena kehadiran Romio. cowok itu mampu membuatnya tertawa karena sifat unik nya. Lucu sekali, ingat bukan? saat pertama kali mereka bertemu di sekolah Romio begitu tengil dan sok mendominasi. Tapi, sekarang cowok itu menciut dengan lebay nya. mana cowok itu sangat menyukai sailor moon lagi! Lihat saja, bahkan seluruh dekorasi pada bmw putih itu dipenuhi dengan segala yang berbau sailor moon.