ROMIO OR ROMEO [19]
"gimana, Enak ya?".
Alya mengangguk. "iya enak! Kayaknya nasi goreng di seberang seven eleven bakal jadi pav gue deh! Padahal gue sering banget lewat situ tapi, gak pernah nge-notice. Untung aja lo ngajakin kesitu". Romio terkekeh seraya mengangguk. Setelah ia bersedih hati di sekolah karena kejadian pagi hari. Ia mampu memikiran jalan lain agar bisa mendekati alya. Ya! Dengan jalur traktir makanan, sebelumnya ersya bilang padanya.
"alya itu suka banget sama spaghetti carbonara, ayam geprek, nasi goreng. Hobi-nya baca buku fisika, anti film horror. Oh ya! dia ada nulis banyak buku di platform online bahkan ada tiga buku yang udah diterbitin. Dia juga suka banget baca buku nya raditya dika. Jadi kalo lo mau cari pembahasan sama alya lo bisa tanya-tanyain soal fisika atau tentang buku-bukunya raditnya dika. Jamin deh dia bakal terlena dan cerewet banget!".
Sejenak Romio merinding mengingat bagaimana jika ia membicarakan hal-hal berbau fisika dengan alya walau hanya sebatas modus cari pembahasan. Tubuhnya alergi dengan fisika, alasan itulah yang menjadikannya tergabung di klan ips.
Romio menahan nafasnya demi menetralkan degupan jantung nya. dengan perlahan ia mengulurkan tangan kanan nya dan mendaratkannya di pucuk kepala gadis pujaan hatinya yang sedang fokus menyetir.
Perlakuannya berhasil mendapatkan atensi alya. Gadis itu mengalihkan tatapannya pada Romio tepat saat mobilnya berhenti bergerak disebabkan adanya lampu merah yang menyala. Seolah-olah lampu lalu lintas pun ikut mendukung Romio sekarang. "ada apa mio?". Tanya nya.
"heum? Gak ada apa-apa kok! Cuma rambut lo halus aja. jadi candu buat ngelus-ngelus". Alya melihat nya!-alya melihat nya!
melihat senyuman tulus dengan pipi merona dari seorang Romio devano. Sejenak alya terperengah dengan senyuman itu. cahya senja yang melintasi kaca mobilnya membuat seolah-olah matahari pun ikut menghangatkan mereka, lagu I love you 3000 pun mengudara. Membuat kedua insan itu terlena dalam suasana yang terbilang manis itu.
Tiba-tiba saja---
---Alya kembali terfokuskan kepada jalanan yang tertutupi beberapa mobil didepannya. Begitupun Romio yang perlahan menarik kembali uluran tangannya. Suasana menjadi canggung. Ini menjadi sejarah dimana pertama kalinya seorang Romio tak bisa membuat suasana menjadi tak canggung.
"oh ya! gue pengen beli buku sotong kerja malem. Biasanya beli dimana ya?".
Celetukan Romio mengundang kerutan di dahi alya. Apa katanya tadi? Sotong kerja malem? Apaan tuh? Yang bener aja buku apaan itu!?
"hah? Buku yang mana?". Tanya alya meyakinkan.
Dengan tatapan polosnya Romio mengangkat suara "itu loh! Yang ditulis sama raditya dika". Alya semakin mengerut kan dahinya dalam-dalam. Pasalnya sebagai raditnya lovers sejati alya kagak pernah denger buku yang judulnya 'sotong kerja malem'.
"ada gitu? Buku yang judulnya sotong kerja malem?".
Romio mengangguk, pasalnya sebelum ia berani berkata cowok itu sudah searching-searching tentang buku-buku raditya dika. Biar modus ngalus nya berjalan makmur lancar jaya. "iya ada! Coba lo inget-inget lagi ada gak yang judulnya sotong kerja malem?".
Alya mengguman "sotong kerja male—Aah!". Romio tersentak dengan pekikan alya. Pasalnya sebenarnya dari awal Romio merasa ikut asing dengan judul buku raditya dika yang sudah ia hapalkan. Jangan-jangan dia salah judul buku lagi?
"—Aah! Maksud lo ubur-ubur lembur kali! Ya?". duga alya benar buktinya cowok itu melebarkan matanya seolah-olah mendapatkan ingatnnya kembali. "aah iya that's! baru inget gue!". Sentak Romio. haduh rasanya ini moment yang embarrassed atau ingin sekali ia sekarang menyanyikan lagu twice shy-shy-shy. Modus nya gagal total.
"ada-ada aja lo. Lagi pula mana ada ubur-ubur disebul sotong, jauh kali! Yang ada cumi itu mah!".
"gak papa, nilai gue masih lima puluhnya.". alya memiringkan kepalanya.
"maksudnya, kan setengah nya lagi bener. yang kerja malem nya itu anggep nama lain dari lembur".
"Hahahah! Adohhh! Ada-ada aja lo! Kan lembur bisa aja karena main game atau nonton apa gitu kek".
Romio terperengah mendengar suara gelak tawa alya yang baru ini ia dengar tuk pertama kalinya, exclusive nih. Hidih bucin ya gini!.
Kemudian ia menggelengkan kepalanya, "itu mah namanya begadang bukan lembur".
Alya mendelik "dih! Apa bedanya!". Kemudian entah apa yang membuat mereka kembali mengunci tatapan mereka satu sama lain. Semua ini terjadi tanpa kesengajaan mereka, membuat jantung kedua insan itu sama-sama berdegup cepat padahal hanya karena sepasang tatapan saja.
TINNNN!----TINNNN!---TINNNNNNN!---
Romio tersentak, tiba-tiba saja leher nya gatal dan terbatuk-batuk. "—Uhuuuk—uhukk-uhukk!---". Dengan gelagapan alya memutar setir nya. suara klakson kendaraan dibelakang mereka membuyarkan suasana merah muda disertai senja yang tadinya mengelilingi mereka "---lo ambil aja botol air di dashboard".
"Uhukk—uhukk-uhuk!". Dengan cepat cowok itu meraih botol minum berwarna baby blue dan meneguknya guna menghentikan batuknya. Kemudian ia menyimpan nya di atas dashboard, beberapa detik dari itu alya dengan cepat meraih botol minum itu dengan satu tangan. Dan langsung meminumnya tanpa menaruh perhatian pada Romio yang membulatkan matanya lebar-lebar.
Dengan cepat pula Romio menyemburkan air minum yang sebelumnya masih berada dalam rongga mulutnya tepat di wajah alya.
BYURRRR---
--Dengan pipi yang masih merona cowok itu menutup mulutnya, karena ia sendiri pun kaget saat melihat keadaan alya yang begitu poor karena ulahnya sendiri. Bagaimana tidak poor? Lihat saja rambut gadis itu yang sebelumnya cetar menjadi basah lusuh.
Alya masih saja terdiam di posisi awal sampai "ROMIOOOO!".
"i—iya kanjeng ratu!". Dengan tangan bergemetar cowok itu menarik beberapa lembar tisu kering di dashboard. Dengan cekatan ia mengambil botol minum yang semula masih dipengang alya dan menyimpannya ketempat awal. Tangannya terlihat terampil mengelap rambut alya sampai ke tahap---dimana ia sampai ke medan uji coba rudal korea utara.
"e—eumm maaf ya". Romio menelan saliva nya sediri hingga terdengar –Glekk—adam apple nya naik-turun. Tangannya kembali bergemetar, otaknya suddenly traveling ke Hawaii. Ingin sekali ia berteriak dengan menengadah ke atas langit senja. 'Ya tuhan! Ketahanan iman hamba mu yang hanya setipis tissue kering ini sedang di uji!'. Ya gimana enggak diuji kalo sedari tadi matanya terus terpusat kan di tulang selangka gadis itu, ditambah tetesan demi-tetesan air yang turun di leher jenjang bersih putih gadis itu membuat otak jorok nya terbang keawang-awang. Jujur Romio benci pemikirannya sekarang tapi, di satu sisi juga ia suka.
"elo kenapa sih? Ampe bikin badan gue wet gini?! Padahal gue hari ini lagi males banget buat mandi". Selama alya mengoceh Romio tak bisa fokus dengan suara gadis itu. Lagi-lagi ia meneguk saliva nya saat sadar jika baju seragam yang dipakai alya tembus karena basah, memperlihatkan apa yang sehharusnya tak Romio lihat. Haram hukumnya.
Dengan reflex Romio—Plakkk!—ya! cowok itu menampar pipi kanan nya sendiri hingga kepalanya tertoleh ke kiri. Alya sedikit tersentak. Demi menghentikan pemikiran joroknya ia menyakiti diri sendiri, huhu.
"ahh! Kesel gue sama lo! Lebay amat dah minum juga harus ampe disembur-sembur gitu.".
"emang rasa air nya gak enak? Padahal menurut gue ini biasa-biasa aja. gue isi juga dari galon le-minerale yang ada manis-manis nya itu".
"Eehh lo kenapa sih diem muluk!!".
Saat ini Romio ingin mengumpat sekeras-kerasnya pada gadis di depannya itu. 'HEH! Lo kagak sadar apa gimana?! Itu botol yang lo minum bekas bibir gue!—ngerti kagak sih itu artinya elo sama gue ciuman secara kagak langsung!--sekali lagi gue ulangi kalo elo sama gue abis ciuman secara kagak langsung!!. Kagak baper gimana coba gue!?' andai! saja ia berani mengatakan hal itu.
"turun'.
Romio melebarkan mata nya dengan cepat ia menolehkan kepalanya menghadap alya hingga terdengar suara—Kraakk!—dari kepalanya. "al, gue tau lo dendam sama gue, gue juga tau lo kesel banget gara-gara gue sembur lo. Tapi, pliss kalo lo niat nganterin orang apalagi orang nya itu cowok ganteng kek gue. lo jangan sekali-kali nurunin gue gitu aja di tengah jalan".
"turun---".
"---al! gue mohon. Sekarang Jakarta banyak penculikan. Kalo gue diculik giman—".
"turun Romio! ini kita udah sampe depan basement!".
"ehehe!, makasih alya cantik muahhh!". Dengan flying kiss Romio turun dari mobil. Kiranya kan tadi ia akan dipaksa turun di tengah jalanan Jakarta yang rawan segala jenis kejahatan mana ini sudah mendekati jam enam malam. Tar bisa-bisa dijalan ia di begal tapi, ternyata alya menitahnya turun karena sudah sampai di depan basement apartement.
Alya emnggelengkan kepala nya leleh. Kapok dia pulang bareng sama itu cowok. "rasanya kek gak ada yang bisa gue harapin dari elo, Romio. awal aja lo manis-baik tapi, tetep aja gak ada yang tau kapan elo kambuh". Dengan langkah lesu alya menekan tombol naik di lift basement yang letaknya tak jauh dari tempat mobilnya terparkirkan.
Oh ya! mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa bisa ia dengan Romio pulang bersama. Jadi sepulag sekolah Romio menghampirinya yang sedang menyapu kelas karena memang hari selasa adalah jadwal piket nya.
"balik bareng yuk al!". saat itu alya menatap sinis Romio. kek seenaknya aja tuh cowok dateng dengan senyum pepsodent, positif dia kena amnesia. Lupa sama kejadian tadi pagi kek nya. ya sekiranya begitu isi hati alya.
Awalnya alya tak meladeni sampai---"gue traktir makan nasi goreng paket kumplit yang paling enak di seberang seven eleven". Oke, alya mulai tertarik apalagi ini menyangkut masa depan perutnya tapi, alya masih harus menahan dan jual mahal karena tujuan utama nya belum tercapai.
"ini gue mau bayar yang waktu itu—". Alya menatap Romio dengan binar. Sembari menghela nafas berat Romio melanjut kan "plus bunga nya".
"call!".
"Ini yang waktu itu". Romio menyerahkan tiga lembar uang berwarna merah tapi, langsung alya kembalikan kepadanya.
Romio menatap aneh alya "ini gue balikin aja. gimana sebagai gantinya lo traktir gue nasi goreng ini lagi tiap minggu?". Tanya alya.
Alya tersenyum kala Romio ikut setuju dengan usulannya, ya gimana enggak? Orang tuh cowok udah men-imagine kan appa saja yang akan dia lakukan selama beberapa hari kedepan. Ahhh untung saja alya menyaran kan itu, jadi Romio tak perlu susah-susah cacri akal buat ngalus sekaligus pdkt-an.
Kala itu Romio berubah menjadi cowok kalem nan adem. Tak ada tanda-tanda akan kambuhnya penyakit petakilan nan absurd nya. hingga---
"al, baliknya gue bareng mobil lo ya".
"ya, kan emang dari awal kesini nya juga ma gue".
"untung deh!, soalnya gue baru ganti mobil. Barang-barang yang lama belum semuanya dipindahin jadi masih berantakan. Gak enak dibawa pergi---".
"oh ya! tar besok lo mau nganterin gue ke yang jual stiker mobil enggak? Mau bikin mobil gue yang baru kayak yang dulu itu loh! Stiker sailor moon udah pesen dari dua hari yang lalu gue".
"enggak".
"lah, kenapa? baliknya gue traktir deh!".
"ya, elo mikir aja! mau pasang stiker tapi, mobil lo kagak dibawa".
"ahh iya ya, oh! Gimana kalo pas berangkatnya gue bareng di mobil lo tar pas udah nyampe. Elo pesen taksi terus ke apart buat ngambil mobil gue biar gue yang jaga mobil lo disana. Tar yaa lo tinggal bawa aja mobil gue ke tempat stiker mobil".
Bleetakkk!---
"---aishh! Sakit al! lo mah jadi main jitak-jitakan. Gak seru ah!".
Alya dengan penuh dendam menyuapkan secaa paksa sesendok nasi goreng yang diambilnya dari piring Romio sendiri. "euehhhh—kewpenuwh han muwhlut gwue".
"sengaja biar lo diem". Romio diam.
"nih ya! hidup lo kenapa ribet amat sih? Besok gue gak mau pergi bareng lo kalo gak pake mobil lo sendiri---"
"—matre lu ye? Kek gak sudi banget sama cowok yang gak naik mobilnya sendiri".
Bletakkk!---
Romio ingin mengaduh protes tapi, melihat alya yang dalam keadaan panas beungeut[1] jadi dia gak berani.
"pertemanan kita sampai sini aja ya". Romio salah romio diam. Ternyata kalau alya marah bisa seseram singa juga ya?
[1] Beungeut: kepala